Brawijaya Hospital Luncurkan Layanan Bedah Plastik dan Perawatan Estetika

4 September 2024 21:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Acara opening Brawijaya DAPS pada Selasa (3/9). Foto: Dok. RS Brawijaya
zoom-in-whitePerbesar
Acara opening Brawijaya DAPS pada Selasa (3/9). Foto: Dok. RS Brawijaya
ADVERTISEMENT
Ladies, apakah kamu khawatir dengan kerutan di wajah? Untuk menjawab kekhawatiran itu, kini telah hadir Brawijaya Dermatology Aesthetic and Plastic Surgery (DAPS) Antasari, Jakarta, yang resmi diluncurkan pada Selasa (3/9).
ADVERTISEMENT
DAPS Brawijaya tidak hanya melayani pasien dengan keluhan luka bakar atau patah tulang di wajah, tetapi juga tersedia layanan bedah plastik.
“Dengan beroperasinya DAPS, kami harap mampu menjawab kebutuhan masyarakat Jakarta khususnya dan Indonesia pada umumnya ingin melakukan tindakan bedah plastik,” ujar dr Uf Bagazi, SpOG, Direktur Brawijaya Hospital Antasari.
Bagazi menjelaskan dengan tagline ‘One Stop Solution’, fasilitas kesehatan ini berkomitmen untuk memberi pelayanan bagi masyarakat luas yang membutuhkan bedah plastik atau layanan estetika non invasive dan layanan transplantasi.
dr. Uf Bagazi, SpOG, Direktur Brawijaya Hospital Antasari. Foto: Dok. RS Brawijaya
Menurutnya, DAPS memiliki teknologi transplantasi rambut menggunakan teknologi NeoGraft. Proses dari transplantasi ini akan berlangsung cepat dan bekas di rambut menjadi lebih halus.
Selain itu, DAPS Brawijaya juga berkomitmen memberikan pelayanan yang mengedepankan keamanan dari pasien. Salah satunya yaitu melakukan semua prosedur sesuai dengan umur pasien. Terpisah, dr. Rionaldo Dhiparedja, M.Ked.Klin., Sp.B.P.R.E., mengungkapkan semua prosedur yang dilakukan, seperti penanganan luka bakar di wajah atau kelainan bawaan pada bayi, harus dilakukan secara terukur.
ADVERTISEMENT
Rionaldo juga menambahkan bagi pasien berusia muda yang menginginkan perawatan, seperti suntik botox atau filler wajah, pasien disarankan untuk benar-benar memahami apakah perawatan tersebut diperlukan atau tidak. Untuk itu, pasien harus terlebih dahulu melakukan konsultasi agar mengetahui jenis perawatan yang dibutuhkan.
“Harus terukur semuanya, jadi kalau memang membutuhkan pasti akan kita lakukan. Kalau belum perlu, kita sarankan pada pasien untuk tidak melakukan,” ungkapnya.