Cara Meyakinkan Orang Tua agar Hubungan Asmara Direstui

6 Maret 2020 20:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Minta restu pada orang tua. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Minta restu pada orang tua. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Hubungan asmara tentu akan terasa lebih menyenangkan jika mendapat restu dari orang tua. Namun, tak sedikit dari pasangan kekasih justru tak mendapat restu karena beberapa alasan; seperti perbedaan suku, strata sosial, agama, hingga jarak usia.
ADVERTISEMENT
Menurut survei yang dilakukan tim global Closeup dengan melibatkan 514 anak muda di Indonesia, 79% dari pasangan mengaku telah mengikuti keinginan hati dan sedang atau pernah memilih berada di hubungan yang ‘tidak konvensional’, seperti hubungan yang berbeda suku dan kelas sosial, atau selisih usia yang terpaut jauh.
Lebih lanjut, survei ini juga menunjukkan bahwa pasangan-pasangan yang menjalani hubungan ini menghadapi beragam tekanan, sehingga 43% dari mereka akan merahasiakan hubungannya karena tidak direstui orang tua. Sementara 31% merasa bersalah terhadap keluarga mereka, 58% merasa didiskriminasi atau di-judge, dan 44% dari pasangan tersebut terpaksa mengakhiri hubungan karena tidak direstui orang tua atau masyarakat.
Ilustrasi pasangan menghadapi tekanan karena tidak mendapat restu orang tua. Foto: Shutterstock
Atas dasar itulah, brand pasta gigi dari PT Unilever Indonesia Tbk, Closeup, meluncurkan kampanye #SpeakUpForLove untuk mengajak pasangan atau anak muda menyuarakan isi hati dalam memilih dan memperjuangkan hubungan cinta mereka.
ADVERTISEMENT
“Closeup percaya bahwa kebebasan untuk memilih pasangan yang sejalan dengan pandangan hidup tanpa terbelenggu pada batas-batas konvensional seperti persamaan suku, latar belakang sosial, atau selisih usia adalah hak setiap manusia. Sehingga, mereka bisa mengungkapkan cinta dengan percaya diri, serta bebas dari keraguan akan penilaian dari orang lain,” kata Fiona Anjani Foebe, Head of Marketing Oral Care PT Unilever Indonesia Tbk., saat peluncuran kampanye #SpeakUpForLove di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, padad Kamis (5/3) lalu.
Ditambahkan Pingkan Rumondor, M.Psi, Psikolog Klinis dan Peneliti Relasi Interpersonal, bahwa masalah dalam hubungan ini rentan memicu terjadinya ‘sliding’ daripada ‘deciding’.
Sliding itu maksudnya jadi si pasangan itu cenderung patuh ke batasan-batasan cinta konvensional yang ditentukan oleh masyarakat, tanpa aktif mengeksplorasi dan secara sadar memutuskan pilihannya sendiri,” kata Pingkan.
ADVERTISEMENT
Alih-alih memutuskan untuk sliding, Pingkan menyarankan pasangan untuk lebih berani memutuskan (deciding) dan mengungkapkan hal-hal yang dianggap penting dalam hubungan. Cara ini, menurut Pingkan, bisa dilakukan dengan meyakinkan orang tua atau keluarga agar hubungan yang sedang dijalani bisa mendapat restu dan dukungan.
Memperkenalkan pasangan pada orang tua. Foto: Shutterstock
“Namun sebelum meyakinkan orang tua atau keluarga, kita harus meyakinkan diri sendiri dulu. Kita harus aware atau paham apakah pasangan ini sesuai dengan apa yang kita cari, lalu apakah visinya sama dengan kita saat menjalin hubungan. Setelah itu, cobalah untuk komunikasikan masalah atau kekhawatiran ini dengan pasangan,” lanjutnya.
Ketika pasangan sudah saling terbuka dan sama-sama yakin dengan hubungannya, Pingkan menyarankan pasangan untuk membicarakan kekhawatiran tersebut dengan orang tua atau keluarga.
ADVERTISEMENT
“Memang tidak gampang, tapi ada teknik khusus mengkomunikasikan hal ini ke orang tua atau keluarga. Pertama, Anda dan pasangan harus tahu dulu apa sih concern atau ketakutan yang mereka punya kalau Anda menjalin hubungan dengan pasangan. Setelah itu, cobalah pelajari ketakutan tersebut dan tunjukkan bahwa kekhawatiran itu tidak akan terjadi ataupun kalaupun itu terjadi risikonya lebih kecil,” tambah Pingkan.
Sebagai contoh, jika orang tua tidak setuju Anda menikahi seorang musisi, karena khawatir pekerjaan tersebut tidak bisa memberikan penghasilan yang mencukupi, maka yang perlu Anda menunjukkan bahwa pasangan Anda ini memiliki sifat pekerja keras dan mau berusaha. Sehingga dengan kata lain, ini bisa menjadi strategi atau pembuktian untuk menangkal kekhawatiran tersebut.
Ilustrasi pasangan. Foto: Shutterstock
“Lalu, bagaimana cara mengkomunikasikannya? Pertama, carilah momen yang santai dan tidak tegang. Setelah itu, usahakan untuk memulai percakapan dengan kata saya lalu selanjutnya ungkapkanlah perasaan yang Anda alami. Anda bisa mulai dengan curhat, setelah itu request lah sesuatu dari orang tua Anda (mengenai hubungan tersebut),” katanya.
ADVERTISEMENT
Menurut Pingkan, diskusi semacam ini diharapkan bisa menemukan titik temu, sehingga kekhawatiran baik itu dari orang tua maupun keluarga tidak akan pernah terjadi.
“Sebenarnya enggak ada rumus khusus untuk mengkomunikasi ini ke orang tua, karena setiap keluarga atau orang tua memiliki kekhawatiran yang berbeda-beda. Karena itulah, sebelum membicarakan hal ini dengan orang tua, pastikan Anda dan pasangan sudah memiliki persiapan dan perencanaan yang matang. Selain itu, pastikan bahwa bukan cuma Anda yang melakukan ini ke orang tua, tapi pasangan Anda juga melakukan hal yang sama ke orang tuanya,” tutup Pingkan.