Cerita Angkie Yudistia jadi Stafsus Presiden dan Majukan Disabilitas

26 November 2019 16:29 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Difable Womanpreneur, Angkie Yudistia. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Difable Womanpreneur, Angkie Yudistia. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo menunjuk Staf Khusus (stafsus) yang terdiri dari para kaum milenial. Ada tujuh orang kaum muda yang dipilih, salah satunya adalah perempuan disabilitas bernama Angkie Yudistia, untuk membantu program pemerintahannya.
ADVERTISEMENT
Angkie bukan perempuan disabilitas biasa. Perempuan 32 tahun itu mendirikan Thisable Enterprise pada 2011, sebuah pusat penyedia jasa untuk memberdayakan dan memberikan kesempatan kerja bagi para penyandang disabilitas. Melalui jerih payahnya untuk memberdayakan penyandang disabilitas, mengiringi langkah Angkie untuk menjadi staf khusus Jokowi.
Perjalanannya sampai menjadi staf khusus presiden merupakan petualangan yang panjang. Berawal dari bekerja di sebuah perusahaan, menghadapi berbagai macam penolakan, dan mendirikan socioprenuer melalui disabel entrepreneur. Meski ia divonis tuli pada usia 10 tahun setelah mengalami demam malaria, kejadian itu tidak membuat Angkie menjadi pribadi yang lemah.
Difable Womanpreneur, Angkie Yudistia. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Kepada kumparanWOMAN, Angkie menceritakan proses penunjukannya menjadi staf khusus presiden. Selain stafsus, ia mendapat tugas tambahan menjadi juru bicara Presiden di bidang sosial.
ADVERTISEMENT
Angkie menuturkan, proses yang dilalui untuk menjadi stafsus tidak dilakukan dengan instan. Beberapa bulan lalu, ia sempat berkali-kali diundang pihak presiden untuk membicarakan isu disabilitas. Pertama kali ia bertemu Jokowi, melalui Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Diaz Hendropriyono.
“Beliau memberikan kesempatan bercerita tentang apa yang saya kerjakan selama kurang lebih hampir 10 tahun di isu disabilitas,” ucap Angkie dalam keterangannya pada kumparanWOMAN, Senin (25/11).
Setelah menceritakan segala tentang yang diperjuangkannya dalam isu disabilitas, ia kembali diundang oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Pratikno, awalnya Angkie berpikir ini hanya audiensi. Menurut Angkie, ini sudah saatnya pemerintah bisa lebih memperhatikan tentang isu-isu disabilitas.
Setelah berbulan-bulan lamanya, dua minggu sebelum pengumuman staf khusus, Angkie mendapatkan penawaran untuk menjadi stafsus Presiden Jokowi. Saat itu, ia tidak langsung menerima penawaran tersebut. Baginya, banyak yang harus ia pertimbangkan terutama tentang social enterprise yang didirikannya dari nol.
ADVERTISEMENT
“Awalnya saya membutuhkan waktu untuk menjawab. Tentunya (mendapat) restu dari keluarga, dan memastikan social enterprise yang saya bangun tetap berjalan dengan baik. Setelah semua merestui, saya berdoa, jika Allah mengizinkan ini, tentu semua akan berjalan atas kehendak-Nya. Akhirnya saya menerima (tawaran menjadi stafsus),” jelas Angkie.
Langkah Angkie Yudistia sebagai staf khusus dan juru bicara Presiden
Sebagai stafsus dan jubir Presiden di bidang sosial, Angkie akan mendapatkan arahan dari Presiden agar program pemerintahan dapat mencapai target. Angkie dan keenam stafsus lainnya akan menggalangkan kartu pra-kerja. Program ini merupakan rangka pelatihan dan pembinaan warga negara Indonesia yang belum memiliki keterampilan. Kartu tersebut dipromosikan Jokowi pada masa kampanye pemilihan umum Presiden Indonesia 2019.
ADVERTISEMENT
“Saat ini langkah pertama saya dan stafsus lainnya adalah soal kartu pra-kerja. Sehingga dapat dirasakan untuk orang-orang yang tepat dan membutuhkan. Kami akan berproses dalam inovasi ini,” tuturnya.
Untuk langkah Angkie sendiri, ia ingin mematangkan program yang berkaitan dengan disabilitas agar tidak menjadi kelompok minoritas. Dengan mengajak penyandang disabilitas ikut serta dalam proses pembangunan, khususnya di ranah birokrasi. Sebab bagaimanapun, kebutuhan yang tepat harus sesuai dengan kebutuhan penyandang disabilitas. Namun itu dilakukan dengan tetap menyesuaikan birokrasi negara.
Sebagai disabel entrepreneur, Angkie berharap program yang akan dibuatnya bagi penyandang disabilitas dapat menjadi program nasional. “Tentu (saya) tidak bisa bekerja sendirian. Dibutuhkan kegigihan karena ini pekerjaan yang tidak mudah,” katanya.
ADVERTISEMENT
Meski belum genap sebulan menjadi staf khusus presiden, Angkie dan staf lainnya berusaha terus membuat pola kerja dan memegang teguh hasil dari tindakan.
“Bapak Jokowi memberikan kesempatan ini kepada kami dan tentu saja kami akan berusaha maksimal. Kami juga sudah terbiasa bekerja dengan target,” tandas Angkie Yudistia.