Cerita Co-Founder Talk to Coach Rastrianez Dirikan Platform Pengembangan Karier

27 September 2021 17:21 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cerita Co-Founder Talk to Coach, @talktocoach, Rastrianez Dirikan Platform Pengembangan Karier. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Cerita Co-Founder Talk to Coach, @talktocoach, Rastrianez Dirikan Platform Pengembangan Karier. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Ladies, apa yang ada di pikiran kamu saat mendengar kata coach? Tentu gambaran sosok penuh semangat, memakai pakaian training, dan meniup peluit di pinggir lapangan sempat terbesit di pikiran. Jika memikirkan hal tersebut, kamu sama sekali tidak salah. Namun bedanya, coach yang ditemui oleh kumparanWOMAN kali ini tidak mengenakan training dan mengalungkan peluit, tapi energinya sama-sama membangkitkan semangat orang yang berada di dekatnya.
ADVERTISEMENT
Ia adalah Rastrianez, seorang career coach yang punya misi membantu generasi muda mengembangkan diri menjadi lebih baik dalam dunia profesional. Dengan pribadinya yang selalu bersemangat saat membicarakan tentang pengembangan diri, perempuan yang lebih akrab disapa Anez ini punya impian untuk bisa membantu anak muda dalam berkarier.
Bersama dengan rekannya, Anez mendirikan platform Talk to Coach (@talktocoach), sebuah platform yang fokus membantu teman-teman yang ingin membangun dan mengembangkan diri tapi masih bingung harus mulai dari mana. Sama seperti perintis usaha lainnya, Anez pun juga melewati berbagai tantangan. Ia harus mengambil keputusan berani untuk meninggalkan pekerjaan kantoran dengan jabatan tinggi.
Berbekal tekad, keinginan untuk selalu berkembang, dan jiwa muda dengan semangat membara, Anez pun mulai mempelajari dunia coaching. Kepada kumparanWOMAN, Anez berbagi banyak cerita mengenai pengalamannya meyakinkan diri sendiri agar berani meraih impian hingga mengatasi musuh terbesar, yaitu dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT
Untuk tahu lebih lengkap mengenai perjalanan Anez sebagai career coach, simak selengkapnya berikut ini.

Apa saja kesibukan Anda saat ini?

Saat ini, saya lebih fokus menjadi full time coach. Karena coach itu masih jadi salah satu profesi baru di Indonesia, ada banyak yang harus dilakukan. Salah satunya mencari banyak platform untuk memperkenalkan diri dan memberikan awareness tentang coach dan coaching itu sendiri. Jadi sejauh ini saya melakukan coaching melalui platform Talk to Coach. Selain itu saya juga terlibat dalam dua project di bawah naungan perusahaan lain. Peran saya menjadi career coach, membantu orang-orang yang ingin perubahan karier dari bidang apa pun.

Saat ini Anda memiliki beberapa profesi. Boleh dijelaskan masing-masing peran Anda tersebut?

Jadi saat ini saya menjadi co-founder sekaligus coach di Talk to Coach. Karena masih baru, saya dan rekan saya berusaha untuk mengerjakan semuanya sendiri. Mulai dari bisnis, marketing, hingga coaching. Selain itu, saya juga menjadi career support trainer & advisor yang membantu orang-orang yang mau alih profesi. Pekerjaannya membantu mempersiapkan CV yang lebih baik, melatih interview, sampai membahas soal strategi yang lebih baik untuk membangun karier. Di proyek yang satu lagi saya membantu perusahaan untuk mengembangkan talenta karyawan. Menemukan siapa saja orang-orang yang punya potensi, dan memberikan program coaching.
ADVERTISEMENT

Dulu Anda pernah bekerja kantoran dan memutuskan untuk membangun bisnis sendiri. Apa alasan utama yang mendasari Anda untuk memutuskan hal tersebut?

Sebagai manusia, saya merasa kita harus selalu berkembang. Dulu saya selalu ingin menambah value atau nilai pada diri sendiri, tujuannya supaya bisa bersaing dengan orang lain. Lama-lama keinginan itu tidak hanya sebatas ingin bersaing, tapi saya ingin dilihat dan bisa melebihi orang lain. Singkat cerita, hal itu membantu saya bertahan dan berjuang dalam berkarier.
Lalu pada 2015 saya dapat kesempatan untuk bekerja di Starbucks Indonesia sebagai recruitment specialist. Profesi ini membuat saya jadi people oriented. Saya sangat enjoy dengan pekerjaan ini tapi kadang saya kesal karena saat bertemu dengan kandidat anak muda yang melamar, mereka kurang maksimal. Kalau ditanya kenapa mau bekerja di perusahaan ini, mereka hanya jawab ingin coba-coba. Sedangkan menurut saya, kalau melamar kerja itu kita harus berusaha meyakinkan recruiter bahwa kita adalah kandidat terbaik.
Co-Founder Talk to Coach Rastrianez. Foto: Dok. Istimewa
Dari kejadian-kejadian itu, saya jadi punya cita-cita supaya bisa lebih berkontribusi untuk anak-anak muda. Saya ingin melakukan hal lebih yang membuat mereka mau berdaya, bersemangat untuk mengembangkan diri agar selalu bisa jadi yang terbaik. Setelah melalui banyak lika-liku dan naik level beberapa kali, saya memutuskan untuk resign dan kuliah S2.
ADVERTISEMENT
Ini adalah awal mula perjalanan saya sebagai coach dimulai. Setelah lulus S2, saya mulai mengasah ketertarikan saya pada dunia pendidikan sampai akhirnya menemukan pelatihan menjadi coaching. Dalam prosesnya saya merasa sangat bahagia dan bersemangat. Saya pun akhirnya memutuskan untuk tidak lagi bekerja kantoran.

Dalam prosesnya, pernahkah Anda mengalami keraguan? Kalau pernah, apa yang Anda lakukan untuk meyakinkan diri?

Keraguan dan ketakutan tentu saja ada. Bahkan tidak hanya datang sekali atau dua kali. Saya juga pernah kepikiran menyerah dan balik lagi kerja kantoran. Saat itu saya merasa butuh uang untuk bertahan karena membangun bisnis itu tidak mudah, keuangan tidak stabil. Dan kebetulan saat kerja kantoran posisi saya cukup tinggi di jajaran manajerial, tentu saja gajinya besar.
ADVERTISEMENT
Tapi setiap saya ingin mencoba melamar, ada suara kecil dalam hati yang mengatakan apakah saya benar-benar yakin mau kembali kerja kantoran. Saya juga jadi bertanya-tanya pada diri sendiri, apakah selama ini saya sudah berusaha semaksimal mungkin, apakah nanti saya akan menyesal kalau belum berusaha sekeras mungkin. Ketika momen itu terjadi, saya mencoba untuk ambil langkah mundur sejenak supaya ada waktu berpikir. Kondisinya saat itu saya masih muda, belum menikah, dan belum ada tanggungan.
Akhirnya saya mantap memutuskan untuk lanjut dan mau berdarah-darah dalam berjuang karena saya ingin melakukan hal yang saya suka selamanya.
Saya punya skill mumpuni, pengalaman yang cukup, dan kemauan untuk terus belajar. Dengan bekal itu saya yakin akan banyak perusahaan atau orang yang nantinya mau mempekerjakan saya kalau sewaktu-waktu saya tidak berhasil membangun bisnis. Dan ternyata sampai sekarang saya bisa mendapatkan yang saya inginkan meski jalannya tidak mudah.
ADVERTISEMENT

Pada 2019 Anda mendirikan Talk to Coach. Bisa dijelaskan mengenai platform tersebut dan apa yang ingin dicapai?

Talk to Coach itu sendiri adalah platform yang saya buat bersama rekan untuk membantu teman-teman yang ingin membangun dan mengembangkan diri tapi masih bingung harus mulai dari mana. Platform ini targetnya adalah anak-anak muda, baik itu yang baru akan memulai karier, yang sedang menjalani karier, atau ingin mengembangkan diri dalam hal lain.
Tidak hanya membahas soal karier, Talk to Coach juga membahas soal isu lain, seperti relationship, kesehatan, lifestyle, dan parenting. Kami mempunyai lima orang coach dan menyediakan beberapa sesi, yaitu individual dan grup.
Jadi sebenarnya platform ini dibuat untuk membantu mereka yang membutuhkan dan memperkenalkan peranan coach dan coaching kepada khalayak luas. Sistem yang kami terapkan juga cukup berbeda, tidak seperti kelas. Suasana yang kami bangun lebih mengarah ke pertemanan yang bermanfaat. Dan menurut kami, teman yang bermanfaat adalah teman yang bisa menantang kamu untuk menggali jawaban dan solusi dari diri kamu sendiri.
ADVERTISEMENT

Berjuang membangun bisnis dari nol tentu bukan hal yang mudah, apa saja tantangan terberatnya menurut Anda?

Buat saya pribadi, you are your worst enemy. Jadi tantangan terbesar itu adalah diri saya sendiri. Tapi di saat yang bersamaan saya menyadari bahwa saya harus bisa menjadi satu-satunya teman yang bisa diandalkan karena kita tidak bisa mengandalkan siapa pun. Saya sadar sering menghambat diri sendiri, tapi saya juga adalah teman terbaik untuk diri saya yang bisa membantu keluar dari hambatan.
Dulu saya sempat mundur sejenak dari Talk to Coach dalam artian tidak banyak melakukan coaching karena merasa punya hal negatif yang harus diatasi. Salah satunya adalah tidak mengurus diri sendiri dengan baik. Kondisi ini membuat saya overweight. Tapi saya merasa tidak perlu menurunkan berat badan hanya karena omongan orang lain, saya tidak mau berusaha buat orang lain. Di sisi lain, saya selalu merasa sedih dan sakit hati kalau dibilang gendut dan lain sebagainya. Saya jadi lebih tertutup karena malu untuk membicarakan ini.
ADVERTISEMENT
Akhirnya suatu ketika, saya menyadari bahwa yang saya lakukan itu salah. Tidak mungkin saya menyuruh orang terbuka dengan dirinya sendiri sedangkan saya melakukan hal sebaliknya. Setelah itu, saya mencoba berdamai dengan diri sendiri. Dibantu pasangan, pelan-pelan saya mulai berani terbuka dan berusaha memperbaiki diri. Perjalanan ini membuat saya banyak belajar dan bisa lebih berempati dengan teman-teman yang datang kepada saya untuk coaching. Saya jadi bisa lebih memahami kondisi mereka dan dapat membantu memberikan solusi yang tepat. Bukan sekadar mendengarkan lalu memberi tahu secara teori.

Sebagai seorang coach, tentunya Anda pernah dihadapkan dengan kesulitan. Apa yang dilakukan saat sedang membutuhkan bantuan dalam berbisnis?

ADVERTISEMENT
Di masa-masa sulit, saya juga punya sosok coach yang bisa membantu mengatasi masalah. Tapi bagi saya, coach itu bukan seseorang yang punya sertifikasi profesional, namun mereka memiliki peran sebagai coach dalam hidup saya. Mereka adalah orang-orang yang terus mengembangkan diri dan peduli dengan pengembangan diri. Ketika ingin berkembang, mereka akan beraksi dan tidak pernah berhenti. Bisa saja coach itu adalah orang tua, pasangan, atau teman.
ADVERTISEMENT
Saya memastikan kalau orang yang saya anggap sebagai sosok coach itu sudah lebih berpengalaman dari saya. Sehingga mereka bisa membagikan insight, mau menantang saya untuk jadi lebih baik, dan bersedia berbagi pengalaman.

Bicara soal sosok coach, menurut Anda seberapa penting perempuan harus punya coach atau mentor demi menunjang karier?

Sebenarnya yang bisa tahu kita butuh coach atau tidak itu diri kita sendiri. Kalau kamu merasa sudah mengenali diri sendiri lebih baik, merasa bisa mengontrol diri lebih baik, bisa mengarahkan hidup ke arah yang lebih baik untuk terus mengembangkan diri, then, you don't need a coach. Tapi kalau sadar memiliki masalah dan sudah berusaha mengatasinya dengan berbagai cara namun belum berhasil juga, that's the right time to say you need a coach.
ADVERTISEMENT
Jadi kenali diri sendiri dulu sebelum memutuskan untuk punya coach. Sebab sebelum kita meluangkan waktu dan mengeluarkan uang untuk melakukan coaching, kita harus tahu dulu apakah itu memang hal yang tepat.