Cerita Designer Yogiswari Pradjanti & Maggie Hutauruk Tampil di NYFW

29 September 2019 14:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yogiswari Pradjanti dan Maggie Hutauruk. Foto: dok. Tim Muara Bagja
zoom-in-whitePerbesar
Yogiswari Pradjanti dan Maggie Hutauruk. Foto: dok. Tim Muara Bagja
ADVERTISEMENT
Pergelaran musiman New York Fashion Week (NYFW) memang selalu jadi acara yang ditunggu-tunggu pencinta mode dunia. Acara yang digelar pada 6-14 September lalu tersebut telah berlangsung dengan meriah.
ADVERTISEMENT
Selain menampilkan brand-brand papan atas, ini juga menjadi momen untuk memperkenalkan brand-brand fashion dari seluruh dunia untuk tampil di panggung New York Fashion Week. Salah satunya, dua brand dari Indonesia, yakni 2madison Avenue karya desainer Maggie Hutauruk Eddy dan brand desainer Yogiswari Pradjanti.
Keduanya tampil di panggung NYFW yang dilangsungkan di Spring Studio, New York, pada 9 September 2019. Spring Studio sendiri merupakan lokasi yang sering dipakai untuk merepresentasikan karya-karya desainer papan atas dunia, seperti Diane Von Furstenberg dan Calvin Klein.
Beberapa waktu lalu, kumparanWOMAN berkesempatan bertemu dengan kedua desainer yang tampil di New York Fashion Week tersebut. Mereka bercerita tentang koleksi yang dibawakan, pengalaman yang didapat, hingga pelajaran yang diambil untuk masa depan.
ADVERTISEMENT
Maggie yang membawakan koleksi Vivify The Block lewat brand busananya 2madison Avenue, menceritakan pengalamannya untuk mempersiapkan koleksi New York Fashion Week dalam waktu singkat.
"Saya dihubungi oleh IFG (Indonesia Fashion Gallery) untuk berpartisipasi di New York Fashion Week. Saya buat sketsa, gambar, dan plan bagaimana, dan saya dinyatakan ready. Tapi persiapan saya itu hanya sebulan, jadi semua serba instan," kenang Maggie saat ditemui di 2madison Gallery & Art Space.
Bukan hanya persiapan saja yang sempat membuat 'kelimpungan', Maggie juga sempat dibuat bingung dengan jumlah koper berisi baju-baju pergelaran yang begitu banyak.
"Saya bawa sembilan koper dan semua overweight! Saya juga sembari harap-harap cemas supaya semua baju ini muat di model dan dalam keadaan baik-baik saja," cerita Maggie.
ADVERTISEMENT
"Tapi yang namanya fashion show, ada saja masalahnya. Ada yang bajunya rusak, heels patah, baju nggak bisa dipakai. Tapi balik lagi, kalau hal seperti ini terjadi kita memang harus think fast dan punya back up plan," tambahnya.
Salah satu baju yang tidak bisa dipakai adalah jaket yang terbuat dari karung beras merk 'Ramos'. Dalam proses pembuatannya, Maggie merasa jaket ini memiliki pesona yang menarik dan unik. Namun sayang, begitu sampai di New York, jaket tersebut menjadi menciut dan tak bisa dipakai lagi.
Meski demikian, berbeda dengan desainer Yogiswari Pradjanti yang membawakan koleksi Colorful Bring Happiness. Untuk panggung New York Fashion Week, ia memiliki waktu persiapan selama enam bulan. Tentu, jauh lebih panjang dari waktu persiapan Maggie. Desainer yang akrab disapa Yogi ini juga bercerita bahwa ia tak banyak membawa barang bawaan.
ADVERTISEMENT
"Koleksi saya itu simpel, sepatu juga saya buat sendiri dengan model kasual. Saya datang sendiri dan hanya bawa satu koper besar dan koper kecil. Saya juga rajin nimbang supaya tidak overweight. Cara mengakalinya, saya nggak terlalu pusing bawa baju untuk diri sendiri," kenang Yogiswari.
Maggie yang sudah dua kali tampil di panggung New York Fashion Week mengaku bahwa ini adalah kesempatan yang besar bagi seorang desainer. Ia merasa bangga karena banyaknya tamu undangan yang hadir.
"Antusias sekali mereka dengan koleksi kami. Tamu yang datang pun very diverse. Mulai yang datang dengan baju minimalis, fungky, elegan, fancy, semua diwakili," ceritanya.
Berbicara soal potensi pasar luar negeri, keduanya pun mengaku mendapatkan respons yang baik. Namun, tentu, ini baru permulaanz Pergelaran fashion tak otomatis membuat keduanya langsung berharap untuk mendapatkan 'potential buyer' dalam jumlah tertentu.
ADVERTISEMENT
"Banyak orang berpendapat, bahwa ketika sudah tampil fashion show di luar negeri, otomatis langsung mendapatkan buyer dalam jumlah yang besar. It does not work like that. Kita perlu menunjukan konsistensi terlebih dahulu, sehingga bisa dinilai sebagai desainer yang diperhitungkan. It is a very competitive field," jawab Maggie.
Hal serupa juga disampaikan oleh Yogiswari Pradjanti. "Saya tidak berharap terlalu banyak, karena yang mereka perlukan adalah konsistensi. Saya sendiri menargetkan diri untuk ikut dua sampai tiga kali lagi New York Fashion Week selanjutnya agar mereka semakin kenal dengan karya saya," tambahnya.
Koleksi 2madison Avenue karya Maggie Hutauruk. Foto: dok. Tim Muara Bagja
Koleksi 2madison Avenue karya Maggie Hutauruk. Foto: dok. Tim Muara Bagja
Koleksi desainer Yogiswari Pradjanti. Foto: dok. Tim Muara Bagja