Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Cerita Liam Payne Alami Gangguan Mental & Adiksi Sebelum Meninggal
18 Oktober 2024 18:14 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Mantan personel One Direction (1D), Liam Payne , meninggal dunia pada Rabu (16/10) waktu Argentina. Ia meninggal usai terjatuh dari balkon lantai 3 kamar hotelnya. Sebelum meninggal, ternyata Liam pernah bercerita soal gangguan mental dan adiksi yang dia alami semasa hidup.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, penyelidikan masih dilakukan oleh pihak kepolisian. Masih belum diketahui apakah jatuhnya Liam Payne disebabkan oleh kecelakaan atau bunuh diri. Namun, sebelum meninggal , ia diduga berada dalam kondisi di bawah pengaruh alkohol dan obat. Kamar hotel Liam di Argentina kabarnya dalam keadaan berantakan. Obat-obatan terlarang serta botol alkohol juga ditemukan.
Liam Payne bergabung dengan 1D pada 2010, saat usianya 16 tahun. Boy band tersebut dibentuk saat ia menjalani audisi pencarian bakat X Factor. Liam dan empat remaja laki-laki lainnya, yakni Louis Tomlinson, Zayn Malik, Niall Horan, dan Harry Styles, tidak lolos audisi sebagai penyanyi solo.
Namun, juri X Factor memutuskan untuk menggabungkan kelimanya ke dalam grup vokal dan meloloskan mereka di audisi. Dari sanalah terbentuk One Direction.
ADVERTISEMENT
Meskipun tidak meraih juara pertama, One Direction justru mendulang kesuksesan di luar X Factor. 1D menjadi salah satu boy band terbesar di masanya, mengumpulkan puluhan juta fans di seluruh dunia dan menelurkan lima album yang digandrungi banyak penikmat musik.
Sayangnya, meledaknya kesuksesan di usia yang sangat muda membuat Liam kepayahan. Dikutip dari People, Liam pernah mengaku bahwa ketenaran dan kesibukannya selama di One Direction membuatnya tertekan dan mengalami gangguan kesehatan mental.
“Sangat sulit bagi saya, memiliki ketenaran semasif itu saat saya berkarier di One Direction. Banyak orang (di industri hiburan) yang mengalami masalah dengan kesehatan mental mereka dan tidak mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan. Bagi saya, itu adalah masalah dalam industri ini,” kata Liam dalam wawancara bersama Men’s Health Australia pada 2019 lalu.
ADVERTISEMENT
Saat diwawancara di podcast Diary of a CEO pada 2021 lalu, Liam mengaku terpikir untuk mengakhiri hidupnya saat ia masih aktif di One Direction. Di masa tersebut, Liam mengatakan, dirinya berada di titik terendah.
“Sebagai seorang remaja, satu hal yang kamu butuhkan adalah kebebasan untuk mengambil pilihan dan kebebasan untuk melakukan hal-hal apa pun. Kami (personel One Direction) selalu ‘terkurung’ dalam sebuah kamar di malam hari. Setelahnya, kami akan berada di mobil, kamar hotel, di atas panggung, menyanyi,” ucap Liam.
“Jadi, rasanya seperti mereka menarik kain penutup yang menutupi kami, membiarkan kami keluar sebentar untuk berteriak, ‘Woohoo’, lalu mereka akan segera menyuruh kita untuk ‘Sini, masuk lagi!’” lanjutnya.
Tanpa adanya banyak momen untuk beristirahat dan menjalani hari seperti remaja normal pada umumnya, Liam pun mengalihkan perhatian lewat konsumsi alkohol. Karena ia merasa sering ‘terkurung’ dalam kamarnya, satu-satunya cara untuk Liam menenangkan diri adalah dengan mengonsumsi minuman keras dan obat penenang.
ADVERTISEMENT
“Saat itu, saya sering kali mabuk karena tidak ada cara lain bagi saya untuk memahami apa yang sedang terjadi. Ya, hari-hari itu menyenangkan. Kami bersenang-senang, tapi ada juga beberapa bagian yang akhirnya menjadi cukup toksik,” ucapnya, sebagaimana dilansir People.
Kemudian, selama pandemi COVID-19, Liam mengaku kondisi kesehatan mentalnya kembali memburuk. Selama berbulan-bulan lockdown, Liam semakin kecanduan alkohol dan sempat berhenti menciptakan musik karena merasa kelelahan.
“Karena menghabiskan banyak waktu di rumah, menurut saya banyak orang yang mengalami hal serupa: Mereka minum alkohol. Rasanya jadi semakin mudah. Berat badan saya juga sangat bertambah. Pola makan saya sangat buruk dan saya menyebutnya sebagai ‘periode membesarkan badan’,” jelas Liam pada 2021.
Mencoba untuk memperbaiki diri
Setelah sadar dengan kondisi dan gaya hidup yang semakin buruk, Liam Payne sempat memutuskan untuk memperbaiki hidup dan mencari pertolongan profesional.
ADVERTISEMENT
“Saya bertelepon dengan Harry (Styles) beberapa hari lalu. Dia menanyakan kabar saya. Rasanya seperti orang-orang punya indra keenam dan mengetahui bahwa saya sedang melewati masa-masa berat, dan mereka ingin mengecek kabar saya,” ucap Liam, dilansir People.
Pada 2023, Liam mengabarkan bahwa ia menjalani rehabilitasi di Louisiana, Amerika Serikat, selama beberapa bulan. Ia pun sempat bersih dari miras dan obat-obatan selama enam bulan lebih.
Kemudian, beberapa saat sebelum meninggal, kondisi mental Liam diduga kembali memburuk. Dikutip dari People, ia mengalami stres akibat masalah hukum yang melibatkan dirinya dengan mantan tunangannya, Maya Henry. Rumor pun tersebar di media sosial bahwa Liam pernah melakukan kekerasan, baik fisik maupun emosional, kepada Maya Henry saat masih menjalin hubungan.
ADVERTISEMENT
Pekan lalu, Maya kabarnya melayangkan surat Cease and Desist Order (CDO). Ini adalah surat permintaan kepada pengadilan untuk memerintahkan seseorang berhenti melakukan aktivitas yang diduga ilegal.
Maya mengeklaim bahwa Liam terus mengganggunya, padahal hubungan mereka sudah berakhir sejak 2022. Liam dituding terus menelepon Maya dan orang-orang terdekat Maya.