Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Cerita Pekerja Perempuan yang Sudah Pernah Cuti Melahirkan 6 Bulan
11 Juli 2022 19:21 WIB
·
waktu baca 4 menitDiperbarui 20 Juli 2022 14:41 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Puan beranggapan perpanjangan cuti melahirkan bisa menciptakan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul. Terkait perpanjangan masa cuti melahirkan menjadi 6 bulan, kumparan juga telah membuat polling yang diedarkan pada 27 Juni – 3 Juli 2022.
Hasilnya, sebanyak 59,58 persen pembaca kumparan setuju apabila masa cuti melahirkan menjadi 6 bulan. Dalam polling ini, ada 1.059 responden yang terlibat.
Beberapa perusahaan di Indonesia sebenarnya sudah ada yang menerapkan cuti melahirkan 6 bulan. Belum lama ini, seorang karyawan perempuan juga berbagi cerita kepada kumparanWOMAN tentang pengalamannya yang pernah cuti melahirkan 6 bulan.
Diajeng Karunia Cinta, Sales & Relationship Manager di sebuah perusahaan asing di Jakarta, mengaku sangat bersyukur bisa diberikan waktu 6 bulan untuk mengurus anaknya yang baru lahir.
ADVERTISEMENT
“Aku menemukan itu sebagai blessing banget. Kalau jadi ibu, apalagi melahirkan pertama kali, ya, pasti masih belum mengetahui segala hal. Meskipun sekarang ilmu banyak bisa didapat dari mana saja, kenyataannya sebagai ibu baru ada hal-hal yang kita skip (terlewat),” kata Cinta.
Ia mengambil cuti melahirkan pada tahun 2018, sejak sebulan sebelum hari perkiraan lahir buah hatinya. Berdasarkan pengalamannya sebagai ibu baru ketika itu, ada banyak hal yang harus dipersiapkan.
Sayangnya, kebanyakan perempuan hanya fokus mempersiapkan proses persalinan. Padahal, menurutnya, perempuan juga perlu memikirkan masa-masa setelah melahirkan, termasuk proses menyusui.
“Based on my experience, saat itu aku hanya mempersiapkan diri untuk bagaimana bisa melahirkan dengan cara gentle (gentle birth), dan bisa benar-benar berjalan secara lancar. Tapi aku lupa bagaimana caranya bisa menyusui, bagaimana ASI keluar banyak. Sebenarnya justru PR-nya ibu itu setelah anaknya lahir,” kata Cinta.
Ia pun tidak pernah menyangka bahwa usai melahirkan menjadi masa yang berat. Ia mengaku mengalami rasa sakit yang luar biasa hingga tidak bisa duduk karena harus mendapatkan banyak jahitan setelah melahirkan secara pervaginam atau normal. Di samping itu, ia juga mengalami postpartum depression atau PPD.
ADVERTISEMENT
Cinta mengatakan, setelah melahirkan, ia sangat kewalahan karena harus mengurus anak seorang diri. Meski ada bantuan asisten rumah tangga dari siang hingga sore hari, mengurus anak adalah pengalaman baru yang membuatnya merasa kesepian. Karena hal ini, Cinta merasa perempuan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak di masa transisi dari proses melahirkan hingga akhirnya kembali bekerja.
"Aku juga merasa sendirian karena saat itu ibu aku kerja, ibu mertuaku juga tidak bisa temenin, aku pakai ART cuman bisa pulang hari dan suamiku kembali bekerja. I was really alone dan akhirnya aku PPD," ujar Cinta.
Penting mengetahui nilai diri
Cinta beranggapan cuti melahirkan 6 bulan sangat penting. Dengan waktu yang lebih panjang, perempuan bisa mempersiapkan diri secara lebih maksimal di masa transisi setelah melahirkan dan sebelum kembali bekerja.
ADVERTISEMENT
“Cuti 6 bulan ini bisa membuat aku lebih mempersiapkan diri. Dengan waktu 6 bulan, aku juga berusaha mempersiapkan ASI perah untuk aku bekerja nanti.” ungkapnya.
Cuti yang lama itu juga memberikannya waktu untuk mempersiapkan stok ASI perah bagi anaknya. Di samping itu, ia juga berkesempatan mencari pegasuh anak saat ia kembali bekerja.
“Aku merasa 6 bulan ini harusnya sih ibu-ibu happy karena bisa mempersiapkan mental mereka setelah melahirkan. Aku juga punya waktu untuk mempersiapkan mencari pengganti yang nanti akan mengurus anakku agar lebih cepat fokus kerja lagi,” tuturnya.
Saat waktu untuk kembali bekerja semakin dekat, Cinta pun berusaha untuk mempelajari lagi pekerjaan-pekerjaannya. Ia berusaha mencari tahu proyek yang sedang dikerjakan oleh timnya dengan menghubungi rekan kerjanya.
ADVERTISEMENT
“Pasti butuh waktu untuk, ya, kembali ke rute kerja yang normal. Mungkin perusahaan juga khawatir apakah kita bisa catch up lagi atau enggak. Nah, di situ sih, kalau menurut aku, tugas kita sebagai pekerja untuk menunjukkan bahwa kita mampu kembali bekerja,” paparnya.
Cinta pun mengaku tidak merasa khawatir cuti melahirkan selama 6 akan berdampak terhadap kariernya. Baginya, yang terpenting adalah mengetahui nilai yang ada pada diri sendiri dan terus berusaha melakukan tugasnya dengan baik. Cinta percaya, dengan terus bekerja keras, kariernya pasti berkembang.
“Menurut aku, waktu sih yang akan buktikan ketika kita sudah balik (kembali bekerja), kita harus balik perform lagi, menunjukkan lagi kalau kita masih mampu,” tutur Cinta.
Terkait usulan perpanjangan masa cuti melahirkan bagi ibu yang bekerja menjadi 6 bulan, Cinta pun sangat mendukungnya. Menurutnya, cuti melahirkan 6 bulan bisa memberikan dampak positif terhadap generasi yang akan datang. Ia pun berharap pihak perusahaan bisa melihat faktor-faktor lain di luar keuntungan semata.
ADVERTISEMENT
"Menurut aku ini penting dan bagus banget (Undang-undang KIA). Ibu memiliki tugas untuk membentuk anak, generasi yang akan datang untuk menjadi jauh lebih baik. Salah satu cara untuk berkontribusi dalam penciptaan generasi yang lebih baik melalui support ibu bekerja dengan memberikan cuti 6 bulan," ujar Cinta.