Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Cerita Perempuan Berdamai dengan Psoriasis, Sempat Tak Pede saat Bercermin
16 Agustus 2022 12:26 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Ladies, apakah kamu mengenal seseorang dengan masalah kulit psoriasis ? Atau, apakah kamu mengalaminya? Psoriasis mungkin masih belum diketahui secara luas, khususnya di Indonesia. Namun, menurut National Institute of Health, jumlah penderita psoriasis mencapai lebih dari 125 juta pasien di seluruh dunia pada tahun 2015.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Mayo Clinic, psoriasis merupakan penyakit autoimun yang berlangsung seumur hidup dan belum bisa disembuhkan hingga saat ini. Psoriasis terjadi ketika sel-sel kulit mengalami pergantian hingga 10 kali lebih cepat dibandingkan siklus normal.
Kondisi ini ditandai dengan muncul ruam, serta kulit mengelupas dan bersisik. Psoriasis bisa muncul di seluruh tubuh, namun umumnya terjadi di bagian lutut, siku, batang tubuh, dan kulit kepala.
Psoriasis bukan hanya menimbulkan rasa kurang nyaman, tetapi juga bisa menurunkan rasa kepercayaan diri. Hal ini juga turut dirasakan oleh Maria Claudia Indahdewantari, seorang perempuan yang hidup berdampingan dengan psoriasis sejak tahun 2013.
Awal mula Maria Claudia divonis psoriasis
Perempuan yang akrab disapa Audi ini bercerita bahwa ia pertama kali mengalami psoriasis saat berada di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Audi mengatakan psoriasis pertama kali muncul berupa bintik-bintik di daerah selangkangan hingga menjalar ke kaki. Audi mengaku langsung berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan kondisinya. Namun, awalnya, ia hanya didiagnosis mengalami infeksi jamur karena bintik-bintik itu muncul di daerah yang lembap.
ADVERTISEMENT
“Saat itu dokter itu bilang kalau ‘Oh ini jamur kalau karena kamu kan aktif mengikuti kegiatan sekolah pulang sore terus juga belum bisa menjaga kebersihan lah’,” imbuh Audi.
Karena itu, Audi menganggap masalah kulitnya hanya sebatas infeksi jamur. Ia pun mulai mengubah pola hidupnya dan lebih memperhatikan kebersihan kulitnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, obat yang diberikan oleh dokter sudah tidak efektif. Kondisi kulit Audi pun semakin kering dan terkelupas di daerah kening serta kulit kepala. Audi pun memutuskan untuk kembali ke dokter dan akhirnya didiagnosis menderita psoriasis.
Kekhawatiran Audi saat didiagnosis menderita psoriasis
Saat mengetahui hal itu, Audi pun merasa tidak bisa menerima kondisi psoriasis yang dialami. Audi merasa kondisi ini memengaruhi kesehatan mentalnya dan juga menurunkan rasa kepercayaan diri.
ADVERTISEMENT
“Sebetulnya untuk psoriasis ini kan selain sakit di tubuh, tetapi juga bisa mengganggu mental. Apalagi saat itu aku remaja banget dan saat itu aku ngerasa takut tidak akan punya pasangan nantinya. Aku merasa duniaku sudah runtuh,” imbuh Audi.
Perempuan kelahiran 2 Mei 1997 itu pun merasa tidak percaya diri karena semua mata tertuju padanya ketika beraktivitas ke luar rumah. Perasaan itu pun membuat Audi merasa sangat menderita.
Parahnya lagi, Audi sampai tidak berani untuk berkaca melihat kondisi kulitnya yang mengelupas dan memerah. Bahkan ketika mandi, ia memilih untuk menutup matanya.
“Kalau lagi kumat, aku tidak pernah mau buka jendela atau buka yang buka hordeng karena takut banget melihat kulit sendiri, kalau mandi aja dulu sampai menutup satu mata karena tidak berani melihat kulit,” tutur Audi.
ADVERTISEMENT
Proses menerima kondisi psoriasis
Setelah delapan tahun hidup berdampingan dengan psoriasis, Audi mengaku bahwa dirinya kini sudah 90 persen bisa lebih menerima kondisi kulitnya.
“Kalau misalnya dibilang seutuhnya menerima menurut aku sih di 90 persen jadi memang masih ada 10 persen sisi di mana lagi parah banget aku menangis. Tapi sekarang yang paling aku rasakan itu tingkat kepercayaan diriku sudah balik seperti dulu,” ungkap Audi.
Hal yang bisa membuatnya kembali percaya diri dengan kondisi kulitnya adalah dukungan dari keluarga dan juga teman-teman dekat. Selain itu, Audi juga merasa bahwa kondisi psoriasisnya tidak menghalangi dirinya untuk bisa memiliki pasangan.
“Untuk sampai bisa menerima diri ini kalau menurut aku sih selain support itu tadi, ya, akhirnya justru apa yang aku takutkan itu tidak terjadi. Jadi psoriasis ini akhirnya membuka mata aku ‘oh walaupun Audi sakit ini, tetap bisa punya pasangan lagi dan enggak bakal hidup sendiri juga’,” imbuhnya.
Cara lain yang membuatnya bisa menerima kondisi psoriasis adalah berbagi cerita melalui media sosial. Ya, perempuan lulusan International Tourism Management di Taylors University itu aktif mengedukasi tentang psoriasis di Instagram dan YouTube sejak tahun 2019 silam.
ADVERTISEMENT
Audi merasa bahwa informasi terkait dengan psoriasis masih sangat minim sehingga ia ingin membawa perubahan dengan berbagi di media sosial yang bisa diakses oleh siapa pun dan di mana pun.
“Aku mau jadi suara untuk orang yang mungkin tidak bisa bersuara, be the voice of the voiceless. Untuk lebih bisa membuat kesadaran tentang psoriasis lebih tinggi dan baik lagi di Indonesia,” kata Audi.
Pesan untuk pejuang psoriasis
Bagi pejuang psoriasis, Audi pun berpesan untuk berkonsultasi ke dokter agar psoriasis bisa teratasi dengan baik. Merawat kulit juga penting dilakukan. Audi mengatakan jangan sampai lupa menggunakan produk yang melembapkan agar kulit tidak kering dan menimbulkan rasa kurang nyaman.
“Go get yourself a checkup. Mungkin banyak teman-teman yang belum pernah periksa ke dokter dan juga masih melakukan self diagnosed. Ini fatal dan nanti malah berkepanjangan sakitnya. Lebih baik periksa dan dapetin pengobatan yang sesuai dengan tipe psoriasis yang diderita,” kata Audi.
ADVERTISEMENT
Meskipun hingga saat ini belum ada obat untuk mengatasi psoriasis, ia berpesan agar tidak patah semangat dan jangan merasa sendiri. Audi juga mengatakan penting untuk menerima psoriasis agar bisa melihat sisi positif dari kondisi ini.
“Dengan psoriasis ini kita tuh spesial banget. Kita dipilih untuk mengatasi kondisi kulit kayak gini yang belum ada obatnya dan yang pastinya juga mungkin dialami seumur hidup. Tidak semua orang mampu untuk menjalani hal seperti itu. Jadi harus bangga banget,” tukas Audi.