Cuti Melahirkan 6 Bulan dari Pandangan Career Coach

8 Juli 2022 19:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Iustrasi cuti melahirkan. Foto: New Africa/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Iustrasi cuti melahirkan. Foto: New Africa/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Belum lama ini, Ketua DPR RI, Puan Maharani mengusulkan perpanjangan masa cuti melahirkan bagi ibu bekerja. Masa cuti melahirkan yang sebelumnya sudah ditetapkan dalam Undangan-undang no 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja hanya berlangsung selama tiga bulan, diusulkan untuk diperpanjang menjadi 6 bulan.
ADVERTISEMENT
Rastrianez, Career Coach, yang juga Senior HRBP Manager di perusahaan F&B Retail memiliki pandangan tersendiri terkait wacana tersebut dan hubungannya dengan pekerja perempuan, termasuk dalam berkarier. Baginya, ada nilai plus dan minus dari usulan perpanjangan cuti melahirkan menjadi 6 bulan.
“Kalau kita lihat dari makro perspektif sebenarnya regulasi itu kan ke depannya akan mencerahkan kaum ibu dan sebenarnya efek long term-nya, itu akan bagus. Karena kalau ibu sehat dan sejahtera, anak juga sehat dan sejahtera. Berarti generasi mendatang kita juga sehat dan sejahtera,” ujarnya wawancara khusus dengan kumparanWOMAN, Senin (4/7).
Di sisi lain, ada pula kekhawatiran bahwa usulan perpanjangan cuti melahirkan berisiko bagi karier perempuan. Belum lama ini, kumparan juga telah membuat polling yang diedarkan pada 27 Juni – 3 Juli 2022.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, sebanyak 59,58 persen pembaca kumparan setuju apabila masa cuti melahirkan menjadi 6 bulan. Dalam polling ini, ada 1.059 responden yang terlibat. Berkaca dari data tersebut, wacana masa cuti melahirkan menjadi 6 bulan cukup menuai polemik di dunia pekerja.

Perempuan perlu tetap relevan

Ilustrasi Cuti Melahirkan Foto: Thinkstock
Meski ada anggapan bahwa perpanjangan cuti melahirkan menjadi 6 bulan berisiko bagi karier perempuan, Rastrianez menyatakan bahwa perempuan justru bisa memikirkan daya jual lebih sebagai karyawan.
“Kita sebagai perempuan seharusnya memikirkan daya jual yang bisa ditonjolkan agar pihak perusahaan tetap mau merekrut kita. Pikirkan apa yang bisa kita lakukan untuk bertambah baik, hebat, dan menambah value hingga akhirnya bisa tetap survive. Karena kalau kita bicara regulasi pasti akan terus berkembang,” ujar Rastrianez.
ADVERTISEMENT
Ia mengimbau perempuan untuk tetap fokus dengan strategi yang bisa diambil dan sesuai dengan diri sendiri untuk mengembangkan diri. Dengan demikian, perempuan dapat tetap relevan terhadap perkembangan zaman.
“Nilai jual itu tahunya dari kelebihan dan kekurangan kita. Setelah itu pikirkan karier yang diinginkan dan cari tahu tentang karier kita, apakah sesuai dengan kelebihan dan kekurangan kita. Yang lebih penting, kita harusnya paham apa yang mau kita kembangkan,” ungkapnya.