Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Desainer Janet Teowarang Angkat Batik dan Sutra Pasuruan ke Kancah Internasional
6 Januari 2025 11:47 WIB
·
waktu baca 4 menitKabar membanggakan kembali datang dari dunia mode Tanah Air. Desainer asal Indonesia, Janet Teowarang, baru-baru ini berhasil meraih hibah pada program 2024 Australian Alumni Grant Round 1. Melalui program ini, Janet berkesempatan membawa batik dan sutra fabrikasi dari Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, ke panggung mode Australia.
Kabupaten Pasuruan merupakan salah satu daerah penghasil sutra eri. Melalui sebuah kolaborasi antara UMKM KaIND, Koperasi KUPU Sutera Kabupaten Pasuruan, PT Lakumas, dan Lenzing Indonesia, serat sutra eri ini kemudian dipadukan dengan serat TENCEL™ yang kemudian diolah menjadi benang sutra fabrikasi.
Benang ini kemudian ditenun menggunakan teknik ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) untuk menghasilkan kain berkualitas tinggi yang ramah lingkungan. Kain ini kemudian diberi sentuhan motif batik khas Kabupaten Pasuruan serta pewarnaan alami yang berasal dari sumber daya lokal di daerah tersebut.
Hadirkan 8 tampilan koleksi sustainable fashion
Melalui sentuhan kreatif Janet, kain sutra dengan motif batik khas Pasuruan ini diolah menjadi karya fesyen yang elegan, modern, dan penuh karakter. Setiap potongan kain diubah menjadi busana yang tidak hanya memancarkan keindahan estetika, tetapi juga mengangkat nilai budaya lokal dengan sentuhan inovasi berkelanjutan.
Berkolaborasi dengan Carla van Lunn, seorang pelaku akademik dan industri fashion di Brisbane, Australia , Janet menghasilkan 8 tampilan koleksi sustainable fashion berbahan dasar tenun ATBM sutra fabrikasi asal Pasuruan. Koleksi ini ditampilkan di Brisbane Fashion Month, sebuah event fashion tahunan terbesar di Queensland, Australia.
Delapan tampilan tersebut memadukan karakteristik gaya desain androgini dan feminin yang mencerminkan perpaduan visi kreatif Janet dan Carla. Inspirasi utama koleksi ini datang dari karya fotografi ikonik Helmut Newton berjudul “Le Smoking” serta film “A Simple Favor”, di mana Blake Lively tampil memukau dalam balutan tailored pieces.
Kedua referensi tersebut menjadi cerminan state of mind dan suasana yang ingin disampaikan melalui koleksi ini—sebuah perpaduan antara ketegasan maskulin dan keanggunan feminin dalam setiap potongannya.
Tampilan koleksi ini juga dirancang dengan mempertimbangkan minat dan preferensi fesyen perempuan Australia, menghadirkan tailored jacket, detail lipit pada rok, celana panjang lebar, halter jumpsuit, dan berbagai potongan lainnya yang memadukan gaya semi-formal dan resort wear.
Palet warna yang mendominasi koleksi ini adalah biru indigo, yang populer di kalangan masyarakat Australia karena kesan elegan dan fleksibel yang dihadirkannya. Sementara itu, motif batik diaplikasikan secara strategis hanya di area-area tertentu untuk mempertahankan kesan minimalis namun tetap berkarakter. Motif flora khas Kabupaten Pasuruan, seperti bunga sedap malam, bunga krisan, bunga anggrek, dan motif lawai (benang tenun), menjadi elemen utama dalam desain ini.
Untuk memperkaya tampilan, tambahan titik-titik (cecek) pada motif batik turut dihadirkan, memberikan detail estetis yang memperindah keseluruhan desain dengan tetap menjaga kesederhanaan dan keanggunan khas koleksi ini.
Dapat sambutan hangat dari fashion enthusiast di Australia
Janet mengatakan hasil karyanya ini mendapat sambutan hangat dari para pecinta fashion di Negeri Kangguru tersebut. “Responsnya sangat luar biasa, saya sendiri tidak menyangka akan mendapatkan sambutan yang sangat positif,” ungkap Janet kepada kumparanWOMAN baru-baru ini.
Janet yang juga berprofesi sebagai dosen Fashion Design and Business Universitas Ciputra Surabaya ini menjelaskan, kain tenun ATBM sutra fabrikasi ini mempunyai karakteristik yang mampu menyesuaikan suhu udara dengan pengguna sehingga sesuai untuk iklim di Benua Australia. “Jadi kalau musim dingin, pakaian ini terasa hangat. Sebaliknya, saat musim panas, kain sutra sangat adem dipakai,” ujar Janet.
Di sisi lain, Janet menyadari bahwa Australia merupakan salah satu negara yang lebih dulu mengadopsi praktik keberlanjutan dan memiliki apresiasi tinggi terhadap karya buatan tangan, terutama yang sarat dengan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.
Janet juga berkolaborasi dengan Nehemia Sugianto, seorang pakar IT dan AI asal Indonesia yang kini menetap di Gold Coast, Australia. Bersama-sama, mereka mengembangkan Initial Hub Website, sebuah platform digital yang bertujuan untuk menghubungkan produsen tekstil sutra dan sutra eri Indonesia dengan industri fesyen Australia dalam perdagangan internasional Business-to-Business (B2B) di masa depan. Inisiatif ini diharapkan dapat memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia di sektor industri kreatif dan berkelanjutan.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi Initial Hub Website: https://auid-silkconnecthub.com/. Kegiatan ini didanai oleh Australian Alumni Grants yang dikelola oleh Australia Awards in Indonesia.