Dr. Ines Atmosukarto Ungkap Suka Duka Meniti Karier Sebagai Perempuan Peneliti

11 Agustus 2020 20:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dr. Ines Atmosukarto Ungkap Suka Duka Meniti Karier Sebagai Perempuan Peneliti. Foto: Dok. Australian National University
zoom-in-whitePerbesar
Dr. Ines Atmosukarto Ungkap Suka Duka Meniti Karier Sebagai Perempuan Peneliti. Foto: Dok. Australian National University
ADVERTISEMENT
Satu lagi perempuan Indonesia yang patut dijadikan inspirasi. Ia adalah Dr. Ines Atmosukarto, peneliti sekaligus Chief Executive Officer dan Chief Scientific Officer untuk Lipotek, perusahaan start-up di bidang bioteknologi yang berpusat di Canberra, Australia.
ADVERTISEMENT
Dr. Ines sendiri merupakan seorang doktor di bidang Biokimia dan Biologi Molekuler Universitas Adelaide Australia. Selanjutnya di tahun 1995 ia mendapatkan gelar sarjana Biokimia dengan predikat First Class Honours, lalu kemudian pada 2001 mendapatkan gelar doktor di universitas yang sama.
Dr. Ines Atmosukarto, menjadi peneliti perempuan yang memenangkan penghargaan UNESCO-L'Oreal Women in Science di Indonesia. Foto: Dok. L'Oreal Indonesia
Setelah meraih gelar doktornya di tahun 2001, Dr. Ines memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan membuka laboratorium Riset Bioteknologi di Cibinong. Pada 2004, perempuan yang dulunya bercita-cita menjadi insinyur ini berhasil terpilih menjadi peneliti perempuan pertama yang memenangkan penghargaan UNESCO-L'Oreal Women in Science di Indonesia dan berkesempatan untuk melakukan penelitian tentang mikroba endofit di laboratorium Profesor Gary Strobel di MSU, Amerika Serikat.
Di tahun 2007, Dr. Ines kemudian mendapat tawaran untuk bekerja di Canberra Australia sebagai Chief Scientific Officer (CSO) di perusahaan start-up bioteknologi bernama Lipotek. Hingga saat ini ia masih bekerja di perusahaan tersebut dan duduk di posisi CEO (Chief Executive Officer)
ADVERTISEMENT

Belajar mengubah tantangan jadi motivasi dari orang tua

Dr. Ines Atmosukarto, peneliti perempuan sekaligus CEO Lipotek, Lipotek, perusahaan start-up di bidang bioteknologi yang berpusat di Canberra, Australia. Foto: Dok. Universitas Adelaide
Perjalanan karier Dr. Ines sebagai peneliti perempuan tidak selalu berjalan mulus. Seperti kebanyakan perempuan lainnya, ada banyak tantangan yang harus ia hadapi untuk membangun kariernya. Beberapa diantaranya adalah bahwa ia harus selalu berada jauh dari keluarga dan sempat juggling mengurus bayi sambil menyelesaikan studi S3.
Meski begitu, Dr. Ines mengungkapkan bahwa ia merasa sangat beruntung karena sejak dulu ia sudah diajarkan oleh kedua orang tuanya untuk meyakini bahwa gender tidak akan pernah menghalangi seseorang dalam meraih apapun yang mereka inginkan. Hal ini ia sampaikan pada virtual talkshow Girls in Science:Even the Number! yang diselenggarakan oleh ForMIND Institute (ForTI) pada Sabtu (8/8) lalu.
Dr. Ines Atmosukarto, saat menghadiri acara talkshow virtual, Girl in Science, Sabtu (8/8). Foto: dok. YouTube
ADVERTISEMENT
Dalam acara webinar yang juga dihadiri oleh sederet ilmuwan perempuan ternama seperti Prof. Herawati Supolo Sudoyo, Wakil Kepala Eijkman Institute for Molecular Biology dan Sastia Putri, Asisten Profesor di Osaka University Jepang sekaligus Managing Director dari ForMIND Institue, Dr. Ines bercerita bagaimana ia juga belajar dari kedua orang tuanya bahwa semua tantangan harus diubah menjadi motivasi agar bisa menghadapi berbagai hal sulit yang ada di depan mata.
โ€œDalam hidup kita harus berani mengambil risiko. Karena kalau tidak, kita tidak akan pernah bisa membuka pintu kesempatan. Dari dulu saya juga sudah diajarkan bahwa tantangan itu jangan dijadikan sebagai sumber keputusasaan, tetapi justru harus dijadikan motivasi. Semua ini saya rasa sangat penting untuk mendukung kita sebagai perempuan peneliti,โ€ ujar Dr. Ines.
ADVERTISEMENT

Rela menjalani hubungan jarak jauh dengan suami dan keluarga

Pilihan untuk bekerja dan menetap di Australia merupakan keputusan terbesar dalam perjalanan karier Dr. Ines Atmosukarto.Ia harus menghadapi konsekuensi untuk tinggal jauh dari keluarga dan menjalani long distance marriage (LDM) dengan sang suami.
Meski begitu, ia mengaku suaminya sudah mengerti dengan profesi yang harus dijalani oleh Ines.
Karena harus menjalani LDM, saat menempuh studi S3 di Universitas Adelaide Australia, Dr. Ines terpaksa harus menjalani kehamilan sendiri karena suaminya bekerja di Indonesia. Tak hanya itu, setelah melahirkan ia juga harus mengurus anaknya sendiri sambil menyelesaikan studi.
โ€œSaya dulu saat menjalani S3 sedang hamil dan bahkan melahirkan sebelum lulus. Jadi mungkin orang heran melihat saya karena bisa melakukan penelitian sambil mengurus anak. Apalagi ketika itu suami saya masih bekerja di Indonesia. Saya tinggal sendiri bersama bayi saya di Australia,โ€ ceritanya.
Dr. Ines Atmosukarto, saat menghadiri acara talkshow virtual, Girl in Science, Sabtu (8/8). Foto: dok. YouTube
Tapi bagi Dr. Ines itu sama sekali tidak membuatnya menyerah. Sebab sejak kecil ia selalu diajarkan bahwa jika memiliki kemauan, perempuan pasti bisa mencapai berbagai hal, termasuk menjadi peneliti meski harus menghadapi berbagai tantangan dalam prosesnya.
ADVERTISEMENT
Saat ini, di tengah kondisi pandemi Corona, ia berharap kondisinya yang berjauhan dengan keluarga bisa memberinya motivasi dan inspirasi supaya bisa membantu menyelesaikan masalah pandemi COVID-19 ini lewat penelitian.
โ€œKondisi saya memang unik sekali. Saat ini saya tinggal di tiga tempat berbeda dengan suami dan keluarga. Suami saya sedang di Vietnam sedangkan keluarga besar di Indonesia. Tapi sekali lagi, saya harus bisa menjadikan tantangan ini sebagai motivasi. Termasuk mungkin bisa jadi sumber motivasi untuk bisa membantu menyelesaikan masalah COVID-19 ini lewat penelitian,โ€ ungkapnya.

Support system adalah kunci penting untuk menjadi peneliti perempuan

Dr. Ines Atmosukarto, peneliti perempuan sekaligus CEO Lipotek. Foto: Dok. Universitas Adelaide
Semua tantangan dalam hidup Dr. Ines tentu tak akan berjalan dengan mudah tanpa adanya dukungan dari keluarga. Menurutnya, perempuan sangat membutuhkan dukungan dari support system mereka, terutama keluarga.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Karena itu, Dr. Ines Atmosukarto berpesan bagi seluruh perempuan muda yang ingin menjadi peneliti supaya mereka tidak mudah menyerah. Apapun yang dilakukan, tantangan akan tetap ada. Selama ada kemauan, pasti semuanya bisa dilalui.
โ€œSaya rasa apapun yang akan kita hadapi pasti bisa dilalui. Jadi seperti sekarang ini, tinggal jauh dengan keluarga tidak menghalangi saya untuk bisa tetap fokus dengan karier sebagai peneliti,โ€ tutupnya.