Dua Perempuan Ungkap Tantangan Kembali Bekerja Usai Cuti Melahirkan 6 Bulan

8 Agustus 2022 12:11 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cuti melahirkan. Foto: Tanya Antusenok/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cuti melahirkan. Foto: Tanya Antusenok/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ladies, beberapa waktu lalu publik dihebohkan dengan wacana perpanjangan masa cuti melahirkan dari tiga bulan menjadi enam bulan. Keputusan ini dicanangkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melalui Rancangan Undang-undang Kesejahteraan Ibu dan Anak (RUU KIA).
ADVERTISEMENT
Di dalam RUU KIA terdapat berbagai pasal dan ayat yang fokus untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan juga anak. Salah satunya dengan memperpanjang masa cuti melahirkan bagi karyawan perempuan yang tertuang dalam pasal 4 ayat (2) huruf a; Setiap Ibu yang bekerja berhak mendapatkan cuti melahirkan paling sedikit 6 (enam) bulan.
Ketua DPR Puan Maharani beranggapan perpanjangan cuti melahirkan bisa menciptakan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul karena bisa memberikan waktu bagi ibu untuk bonding dengan anaknya dan menurunkan angka stunting.
Dengan ramainya isu ini, kumparan pun telah melakukan polling sejak tanggal 27 Juni hingga 3 Juli 2022. Tercatat ada 1.059 responden yang terlibat dengan sebanyak 59,58 persen pembaca kumparan setuju apabila masa cuti melahirkan menjadi 6 bulan.
ADVERTISEMENT
kumparanWOMAN juga telah mewawancarai delapan perempuan dari latar belakang yang berbeda mengenai pandangannya terhadap isu RUU KIA ini. Dari wawancara tersebut beberapa perempuan merasa khawatir keputusan ini akan membuat perusahaan enggan merekrut karyawan perempuan karena masa cutinya yang panjang.
Namun, di sisi lain banyak juga perempuan yang mendukung keputusan ini karena dianggap dapat memperkuat ikatan antara ibu dan anak. Selain itu, ibu juga memiliki waktu lebih panjang untuk pulih setelah proses melahirkan dan bisa beradaptasi dengan masa menyusui dan juga MPASI.
Ilustrasi cuti melahirkan. Foto: AlexSandraSml/Shutterstock
Faktanya, beberapa perusahaan di Indonesia sudah menerapkan cuti melahirkan lebih dari tiga bulan. Salah satunya adalah Nestle, perusahaan yang bergerak dalam bidang makanan dan minuman.
kumparanWOMAN pun berkesempatan untuk berbincang dengan dua karyawan perempuan di Nestle yang pernah cuti melahirkan enam bulan, yakni Adelina Tjahnadi sebagai Corporate Affairs Executive Nestle dan Cindy Beauty Sijabat sebagai Procurement - Strategic Buyer Nestle.
ADVERTISEMENT

Cerita pengalaman cuti melahirkan enam bulan di Nestle dan manfaat yang dirasakan

Cindy bercerita bahwa dirinya telah mendapat dua kesempatan cuti melahirkan selama bekerja di Nestle pada tahun 2019 dan tahun 2021. Ia merasa sangat bersyukur karena memiliki cukup waktu untuk memberikan ASI eksklusif kepada anak-anaknya sesuai dengan anjuran dari ahli kesehatan.
“Saya sangat menikmati momen itu (cuti melahirkan) dan bersyukur juga karena Nestle kasih 6 bulan hingga saya bisa full menyusui ASI eksklusif selama 6 bulan untuk kedua anak saya,” kata Cindy kepada kumparanWOMAN.
Cindy Beauty Sijabat, Procurement Strategic Buyer Nestle. Foto: Nestle
Cindy merasa bahwa cuti melahirkan enam bulan bisa membuatnya semakin bonding dengan anak-anaknya. Selain itu, Cindy juga bisa menyiapkan ASI sebelum akhirnya kembali bekerja.
“Kalau dari saya dampaknya banyak ya dan manfaatnya juga banyak banget gitu. Bersyukur sih dikasih 6 bulan karena dalam enam bulan itu bisa menggunakan waktu benar-benar untuk anak untuk keluarga,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Sama halnya dengan Cindy, Adel juga merasa sangat senang karena memiliki kesempatan untuk cuti melahirkan selama enam bulan sejak November 2021 hingga Juni 2022. Ditambah, Adel juga memiliki tim yang sangat mendukungnya untuk mendapatkan hak cuti melahirkan.
“Saya baru pertama kali memiliki pengalaman cuti melahirkan di Nestle dan rasanya bersyukur banget pada saat saya harus mengambil cuti melahirkan. Sebagai karyawan saya sangat bersyukur memiliki tim yang sangat support dengan dengan maternity leave,” papar Adel.
Adel merasa bahwa cuti melahirkan enam bulan bisa membuatnya banyak belajar tentang ASI dan juga MPASI sebagai ibu baru. Ia juga bersyukur karena memiliki masa cuti yang lebih panjang dibandingkan perempuan lain yang hanya bisa cuti melahirkan kurang dari enam bulan.
ADVERTISEMENT
“Kalau aku jujur aku merasa sangat bermanfaat sekali ya dengan cuti 6 sampai 7 setengah bulan yang dikasih oleh Nestle. Aku juga punya waktu yang lebih banyak dibandingkan ibu lain untuk belajar tentang MPASI dan bahkan aku bisa nemenin si baby untuk MPASI pertama,” tuturnya.

Rasa khawatir saat memutuskan untuk cuti melahirkan

Cindy mengaku tidak merasa khawatir akan pekerjaannya karena harus cuti mendekati Hari Perkiraan Lahir (HPL). Sebelum cuti, Cindy dan rekan kerjanya telah mengatur tugas-tugas kepada orang yang menggantikan tugas Cindy. Selama masa cuti, Adel juga sangat bersyukur karena tidak pernah disinggung soal tugasnya di kantor sehingga ia bisa fokus mengurus anak-anak.
“Puji Tuhannya di Nestle timnya bahkan atasannya itu tidak pernah mempermasalahkan kalau memang cuti karena hamil dan ketika dikabarkan ya tentunya mendukung gitu dan langsung oke. Jadi sudah harus siap-siap untuk cari pengganti. Jadi sangat-sangat dibantu gitu dari tim juga, papar Cindy.
ADVERTISEMENT
Hal yang sama dipaparkan oleh Adel. Ia merasa bahwa Nestle memberikan kemudahan bagi karyawan perempuan yang sedang hamil, khususnya di masa pandemi. Adel mengatakan sejak awal hamil hingga melahirkan ia diizinkan untuk kerja dari rumah. Namun, ia sempat merasa kesulitan untuk mengalihkan tugasnya kepada rekan kerjanya karena harus dilakukan secara online.
Adelina Tjahnadi, Corporate Affairs Executive Nestle. Foto: Nestle
“Dari saya tahu hamil, teman-teman di divisi saya dan atasan saya udah langsung mapping pekerjaan gitu. Jadi, pada saat saya mendekati melahirkan ya sebenarnya sih sudah sangat tenang, ya. Tapi, jujur waktu itu karena kondisinya pandemi proses hand over-nya agak lebih challenging,” imbuh Adel.

Tantangan saat kembali bekerja dan kiat mengembalikan produktivitas

Setelah cuti melahirkan selama enam bulan, Cindy mengaku bahwa dirinya sempat merasa canggung saat kembali bekerja. Namun, perasaan itu hanya berlangsung hanya dalam kurun waktu sebulan setelah itu ia bisa kembali produktif menyelesaikan pekerjaannya.
ADVERTISEMENT
“Saat cuti selama enam bulan kan tidak pernah pegang laptop. Kemudian setelah kembali bekerja dan harus menyelesaikan tanggung jawab itu kembali memang rasanya ada sedikit jet lag. Namun, perasaan itu tidak berlangsung lama sih, paling hanya dalam waktu sebulan sudah bisa kembali produktif bekerja di kantor,” tukasnya.
Meski begitu, Cindy tetap terus berupaya untuk bisa maksimal kembali bekerja setelah cuti melahirkan. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan sering berkomunikasi dengan tim dan juga atasan.
Iustrasi cuti melahirkan. Foto: New Africa/Shutterstock
Hal serupa juga dialami oleh Adel, saat bulan pertama kembali bekerja ia sempat merasa jet lag. Namun, hal itu bisa diminimalisir karena sejak masa cuti Adel sering berkomunikasi dengan rekan-rekan kerjanya di kantor sehingga sedikit banyak mengetahui update yang terjadi di kantor.
ADVERTISEMENT
“Jujur saya juga merasa jet lag saat kembali bekerja. Saya merasa di minggu keempat kembali ke kantor setelah cuti melahirkan ini merasa masih suka lemot. Tapi, untungnya sebelum kembali bekerja saya kadang suka kepo nanyain temen-temen di kantor gimana, ada update apa atau misalnya apa sih yang ada perubahan apa baik dari manajemen atau dari tim saya sendiri. Jadi tidak terlalu ketinggalan informasi,” pungkasnya.