Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Penampilan setiap anggota keluarga Kerajaan Inggris dari dulu selalu mencuri perhatian. Mulai dari Ratu Elizabeth II yang gemar mengenakan warna-warna terang, mendiang Putri Diana yang terlihat elegan, hingga para menantu; Kate Middleton dan Meghan Markle yang sering menjadi perbincangan netizen karena busana yang mereka kenakan.
ADVERTISEMENT
Ya, pada dasarnya gaya busana keluarga Kerajaan Inggris memang menarik untuk diulik. Dilansir Bazaar UK, bahkan sebuah universitas di Inggris, University of Glasgow bekerja sama dengan Historic Royal Palaces menawarkan kursus singkat selama lima minggu yang akan membahas secara rinci tentang sejarah mode Kerajaan Inggris selama lima dinasti (Tudor, Stuart, Georgian, Victoria dan modern atau saat ini).
Lantas, seperti apa evolusi perkembangan gaya busana kerajaan Inggris dari masa ke masa? Simak ulasan berikut ini.
Era Tudor (1485-1603)
Publik mulai meyakini cikal-bakal sejarah mode Kerajaan Inggris berawal dari era Tudor yang saat itu dipimpin oleh Raja Henry VII. Menilik situs resmi Royal Museum Greenwich, pakaian yang dikenakan oleh laki-laki dan perempuan di zaman ini telah diatur oleh hukum. Hanya orang-orang dari kalangan tertentu dan memiliki kuasa yang bisa mengenakan pakaian bagus.
ADVERTISEMENT
Semua perempuan dari era Tudor mengenakan kain linen, terlepas dari status atau kastanya. Kain ini bisa dicuci dan digunakan setiap hari. Para perempuan dari kalangan bangsawan menunjukkan status mereka melalui siluet busana yang mencolok dengan lapisan luar kain yang dibordir indah.
Pada 1580, Elizabeth I mempopulerkan Drum atau French farthingale. Busana ini berupa dress panjang yang menggunakan kain hingga 3 meter di bagian bawahnya agar terlihat mengembang. Sedangkan di bagian torsonya dibuat lebih ketat dan menampilkan lekuk tubuh.
Masuk ke abad ke-16, mulai banyak perempuan yang menggunakan penutup kepala yang disebut dengan English hood atau gable. Bentuknya pun beragam, ada yang berbentuk segitiga, ada pula yang mengikuti bentuk kepala lengkap dengan hiasan bordiran hingga mutiara.
ADVERTISEMENT
Sedangkan para bangsawan laki-laki di era Tudor mengenakan kemeja sutra, jaket ketat (doublet) dan celana ketat (hose). Pada era ini, para pria gemar menggunakan kemeja dengan ruffle atau lipitan sehingga banyak pekerja yang dipekerjakan khusus membersihkan baju ini setiap hari.
Hukum pada era Tudor juga mengatur warna busana apa yang bisa dikenakan oleh laki-laki dan perempuan. Contohnya, hanya Raja Henry VIII dan seluruh keluarga Kerajaan Inggris yang diperbolehkan untuk mengenakan busana warna ungu. Ia juga banyak menggunakan warna emas, hitam dan merah. Sedangkan Ratu Elizabeth I disebut-sebut menjadi pelopor paduan warna hitam-putih yang menjadi simbol kesuciannya.
Era Stuart (1603-1714)
Pada era yang dipimpin oleh Raja James I ini, pakaian formal yang digunakan perempuan bangsawan menampilkan kesan elegan sekaligus stylish. Bagian torso terlihat lebih panjang dan ketat dengan perpaduan French farthingale yang lebar dari bagian pinggang. Selain itu, bagian lengan sengaja dibuat lebih longgar dengan potongan leher yang rendah.
ADVERTISEMENT
Di era Stuart ini pula, busana dari bahan satin berupa dress panjang dengan potongan yang lebih flowy di area pinggang mulai populer. Siluet busana bagian torso tak lagi ketat namun masih tetap menampilkan lekuk tubuh, bagian lehernya dilengkapi renda-renda besar serta rantai emas.
Salah satu yang menjadi perhatian adalah topi berukuran lebar untuk menutupi wajah dan rambut yang dihiasi dengan bulu-bulu burung atau mutiara. Perempuan yang bukan dari kalangan bangsawan juga mengenakan pakaian serupa, tetapi modelnya lebih sederhana.
Sedangkan para laki-laki dari era ini mengenakan setelan berupa doublet dan kemeja panjang dengan belahan di bagian dada serta lengan untuk membuat mereka leluasa bergerak. Mereka juga menggunakan celana dengan panjang selutut dan sepatu boot yang terbuat dari kulit
ADVERTISEMENT
Era Georgian (1714-1837)
Di era ini, Raja George III tengah berkuasa. Era ini menjadi pertanda bahwa Inggris dan Prancis adalah kompetitor soal urusan berbusana dengan mengusung gaya neoklasik yang simpel.
Banyak perubahan yang terjadi di era ini, terutama tentang busana perempuan yang tak lagi megar dan lebar. Dress para perempuan perlahan memiliki potongan yang minimalis tanpa pengunaan korset, materialnya pun lebih tipis dan tidak berlapis-lapis.
Material yang tipis tersebut diimpor dari India dan Amerika namun pembuatannya tetap di Inggris. Saat musim dingin, orang-orang di era Georgian membuat busana yang lebih tebal untuk menghangatkan tubuh yang terbuat dari katun, suede, linen dan sutra. Mereka menciptakan jaket yang modelnya pas di tubuh atau lebih dikenal dengan sebutan 'coat' saat ini.
ADVERTISEMENT
Pada era ini pula, orang-orang sudah mulai meninggalkan renda-renda, bordiran dan ornamen busana yang berat. Potongan busana dan jahitan yang rapi menjadi hal penting bagi para laki-laki di era Georgian. Mereka yang menggunakan busana berwarna gelap dan pas di tubuh dianggap lebih pintar.
Para laki-laki di era ini biasanya mengenakan kemeja dari linen, rompi polos, celana pantalon dan mantel dengan kancing berwarna kuning. Saat berada di depan umum, laki-laki mengenakan topi berkuda dan sepatu boots.
Era Victoria (1837-1901)
Era ini ditandai dengan kepemimpinan Ratu Victoria pada abad ke-18 dan merupakan salah satu era kerajaan paling berpengaruh untuk perempuan, karena saat itu banyak perempuan yang tidak punya kesempatan untuk berekspresi.
Gaya busana di masa ini berbeda dengan era sebelumnya, lebih mewah dan glamor. Di era ini, korset ketat dan rok lebar kembali lagi dengan penambahan aksesori seperti kerah tambahan. Perempuan dari kalangan bangsawan memiliki lebih banyak pilihan busana yang terbuat dari kain berkualitas.
ADVERTISEMENT
Gaya busana ini kemudian berubah perlahan. Perempuan dengan tingkat sosial lebih tinggi menggunakan busana dropped shoulder dan korset ketat dengan gaun berwarna pastel dan rok lipit lebar sebagai pakaian formal di malam hari. Sedangkan di siang hari, mereka mulai mengenakan rok pendek.
Pada 1850-an, muncul busana baru bernama hoop-skirt atau crinolines yang bisa juga dideskripsikan sebagai rangka rok lebar yang bentuknya seperti sangkar burung. Crinolines diklaim lebih nyaman dipakai, lebih ringan, murah dan praktis dan langsung menjadi populer sehingga para perempuan dari kelas menengah ke bawah juga bisa menggunakannya.
Kemudian pada 1870-an, gaya busana di era ini kembali berubah. Crinolines mulai ditinggalkan dan rok yang dipakai menjadi lebih simpel dan tidak terlalu lebar di bagian bawahnya. Busana di era ini mulai mengutamakan kenyamanan namun tetap memperhatikan gelar dan kekuasaan.
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk para laki-laki di era Victoria, mereka mengenakan setelan jas yang pas di tubuh dan terlihat lebih gagah. Mereka juga menggunakan topi bundar sebagai pelengkap pakaian sehari-hari.
Era saat ini (1900an - sekarang)
Dimulai dari 1930-an, busana yang dikenakan anggota Kerajaan Inggris menjadi lebih presisi di bagian bahu dan pinggang. Gaya busana ini disebut-sebut terinspirasi dari beberapa desainer Prancis seperti Elisa Schiaparelli dan Coco Chanel.
Gaun yang dikenakan di malam hari untuk acara formal memiliki siluet lebih klasik yang terbuat dari bahan satin dan sequin untuk memberikan kesan romantis. Sedangkan busana laki-laki di zaman ini memiliki bantalan bahu sehingga membuat bahu pria terlihat lebih bidang. Celana yang dikenakan tak lagi selutut, tetapi celana panjang berpotongan lurus.
ADVERTISEMENT
Ratu Elizabeth II yang mulai berkuasa pada 1950-an cukup banyak memberikan pengaruh dalam gaya busananya. Ia mulai mengenakan dress panjang dengan potongan A-line, midi dress atau setelan rok se-betis dan jaket pas di tubuh atau yang kini dikenal dengan blazer.
Pada 1960-an, mini dress dan rok di atas lutut mulai populer. Pakaian ini banyak dikenakan para anggota keluarga kerajaan yang disebut juga sebagai Chelsea Look.
Dan sejak kehadiran Putri Diana di dalam Kerajaan Inggris, publik semakin tertarik membahas gaya busana anggota kerajaan. Gaun pengantin Diana yang panjang ekornya mencapai belasan meter sempat menjadi perbincangan publik, belum lagi gaya busananya sehari-hari yang terkesan stylish dengan memadankan sweater dan short, dress one sleeve, hingga setelan oversized blazer.
Anggota keluarga 'baru' Kerajaan Inggris seperti Kate Middleton dan Meghan Markle pun tak luput dari sorotan media dan publik. Kate pertama kali tampil di hadapan publik setelah mengumumkan kabar pertunganannya dengan Pangeran William dengan mengenakan midi dress serta pump heels. Begitupun dengan Meghan yang tampil dalam balutan coat warna putih, memberikan kesan elegan saat mengumumkan pertunganan dengan Pangeran Harry.
ADVERTISEMENT
Beberapa rumah mode seperti Alexander McQueen, Jenny Packham, Elie Saab, Erdem, Victoria Beckham dan Givenchy dikabarkan menjadi beberapa label busana favorit para anggota keluarga kerajaan. Busana yang disuguhkan para desainer ini memiliki garis potong dan siluet yang minimalis namun dapat menonjolkan kesan berkelas dan elegan.
Busana yang mereka kenakan pun lebih beragam. Terkadang Kate Middleton terlihat menggunakan summer dress, setelah rok dan atasan, atau gaun panjang. Di lain kesempatan, Meghan Markle juga tampil menawan dengan celana palazzo dan blazer, celana jeans dan jaket, hingga maxi dress dengan belahan samping yang memberikan kesan lebih kasual.
Sedangkan Ratu Elizabeth II memiliki ciri khas sendiri, yakni mengenakan busana atasan dan bawahan dengan warna senada yang cukup mencolok. Mulai dari topi hingga payung, seluruh warnanya senada dengan busana yang dikenakannya. Rupanya, hal ini dimaksudkan agar sang Ratu mudah terlihat dan ditemui di antara kerumunan orang banyak.
ADVERTISEMENT
Para anggota keluarga laki-laki di Kerajaan Inggris juga tak kalah stylish. Biasanya, Pangeran William atau Harry mengenakan kemeja dan jas untuk acara formal, t-shirt dan jeans untuk acara lebih kasual, serta kemeja dengan lengan digulung untuk acara yang lebih semi-formal.