Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Fakta soal Berjemur di Bawah Sinar Matahari, dari Waktu Terbaik hingga Durasi
3 April 2020 12:20 WIB
ADVERTISEMENT
Di tengah wabah corona dan instruksi untuk mengisolasi diri di rumah, banyak orang akhirnya berbondong-bondong untuk melakukan aktivitas berjemur di bawah sinar matahari. Tak heran, karena aktivitas ini dipercaya bisa mendatangkan beragam manfaat kesehatan, salah satunya adalah meningkatkan daya tahan tubuh.
ADVERTISEMENT
Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Prof.dr. Madarina Julia, Sp.A(K),MPH.,Ph.D., tubuh manusia memerlukan sinar matahari untuk membantu meningkatkan produksi vitamin D di dalam tubuh.
Karena itulah, menurutnya, sinar matahari bisa menjadi sumber utama vitamin D alami (untuk meningkatkan produksi vitamin D dalam tubuh). “Vitamin D punya efek imunomodulator (senyawa) yang bisa memperbaiki sistem imun tubuh,” jelas Prof Madarina, seperti dikutip dari situs resmi UGM, pada Kamis (2/4).
Namun di tengah maraknya anjuran untuk berjemur di bawah sinar matahari pada masa wabah pandemi corona ini, ternyata muncul kebingungan di kalangan masyarakat soal waktu terbaik untuk berjemur itu sendiri. Kebingungan tersebut disebabkan karena banyaknya versi atau pendapat soal waktu terbaik untuk berjemur. Ada sebagian pendapat ada yang menyebut bahwa pukul 10 pagi hingga 2 siang adalah waktu ideal untuk berjemur, sementara pendapat lain menyebut sebaliknya (di bawah jam 10).
ADVERTISEMENT
Bagi Ladies salah satu orang yang kerap kebingungan soal hal itu, jangan khawatir, sebab kumparanWOMAN sudah merangkum sederet fakta soal berjemur; mulai dari waktu terbaik hingga durasi untuk berjemur di bawah sinar matahari. Simak informasinya berikut ini.
1. Ketahui dulu efek baik dan efek buruk sinar matahari pada tubuh
Kita semua tahu, bahwa sinar matahari memiliki efek positif dan negatif untuk tubuh. Efek positifnya adalah pembentukan vitamin D3 (untuk metabolisme tulang dan memperbaiki sistem imun) dan membunuh bakteri, virus, dan jamur. Sementara dampak negatifnya adalah meningkatkan risiko kanker kulit dan merusak penglihatan.
2. Ketinggian matahari dan indeks ultra violet (IUV) menentukan jam terbaik saat berjemur
Adanya dampak buruk dari sinar matahari yang disebut diatas membuat kita harus cermat dalam menentukan jam terbaik untuk berjemur. Karena itulah, menurut dokter spesialis kulit dan kelamin dr. Eddy Karta, SpKK, PhD, saat menentukan jam terbaik saat berjemur (sekaligus meminimalkan efek negatif dari sinar matahari), kita harus memperhitungkan dua hal; yaitu ketinggian matahari, dan juga indeks ultra violet (IUV).
ADVERTISEMENT
Berbicara soal ketinggian matahari, dr. Eddy menyebut sinar matahari mulai bermanfaat untuk pembentukan vitamin D saat ketinggian 30 derajat (kurang lebih jam 8 pagi). Sementara di bawah jam 8 pagi, sinar matahari masih terhalang lapisan ozone (hanya UV A saja yang banyak), jadi belum terlalu banyak untuk meningkatkan sistem imun melalui vitamin D. “Tapi, idealnya itu saat ketinggian matahari 45 derajat,” ujar dokter yang praktik di daerah Cikajang, Jakarta Selatan, kepada kumparanWOMAN.
Sementara untuk indeks ultra violet (IUV), dr. Eddy menyebut bahwa indeks UV 3 sudah bisa menghasilkan vitamin D. Bagi Anda yang belum familiar, indeks ultra violet adalah ukuran level radiasi ultra violet. Indeks ultra violet ini memiliki nilai yang berkisar dari 1 sampai 11. Besarnya IUV juga menurutnya selalu berubah-ubah antar jam.
ADVERTISEMENT
“Lalu bagaimana mengetahui besaran IUV saat kita mau berjemur apakah sudah di atas 3 atau belum? Kita bisa mengecek aplikasi weather di iPhone. Kalau IUV nya semakin tinggi, maka semakin berbahaya dan harus melindungi bagian tubuh,” lanjut dr. Eddy.
3. Waktu terbaik untuk berjemur di Indonesia
Dari dua komponen itu, dr. Eddy kemudian menyimpulkan bahwa syarat untuk berjemur demi mendapatkan hasil yang optimal adalah saat ketinggi matahari 45 derajat (baik dari timur atau barat) dengan level index UV 4.
“Ketinggian matahari 45 derajat itu sekitar pukul 9 hingga 10 pagi. Di atas jam 10 pagi, sinar matahari masih bermanfaat (untuk meningkatkan sistem imun) tapi efek mudaratnya lebih besar daripada manfaatnya,” katanya.
ADVERTISEMENT
Sependapat dengan dr. Eddy, Ketua Kelompok Studi Dermatologi Laser Indonesia, Dr Amaranila Lalita Drijono spKK FINSDV FAADV, juga merekomendasikan masyarakat Indonesia untuk berjemur di bawah pukul 10 pagi.
“Intensitas UVB di Indonesia itu berbeda dengan di geografi lain seperti misalnya di Italia. Di Indonesia pasti lebih kuat intensitasnya karena di Khatulistiwa. Sehingga, bisa saya katakan untuk Indonesia sebaiknya tidak berjemur di antara jam 10 pagi hingga 2 siang, karena intensitas UVB (dan juga UVA) sangat tinggi,” ungkap dr. Nila saat dihubungi kumparanWOMAN pada Kamis (2/4).
4. Durasi berjemur ditentukan berdasarkan warna kulit
Menentukan durasi atau lama berjemur juga tidak boleh sembarangan. Sebab, menurut dr. Nila kita harus mempertimbangkannya berdasarkan warna kulit. Jika warna kulitnya lebih terang, maka durasi berjemurnya juga lebih singkat. Sebaliknya, jika warna kulit lebih gelap maka durasi berjemur juga lebih lama. Berikut, daftar durasi ideal saat berjemur berdasarkan warna kulit menurut data yang dipaparkan oleh dr. Nila:
ADVERTISEMENT
-Kaukasia 5 menit
-Kuning langsat berkisar 10 menit
-Sawo muda berkisar 15 menit
-Sawo tua berkisar 20 menit
-Kulit berwarna cokelat berkisar 30 menit
-Kulit berwarna hitam berkisar 60 menit.
5. Disarankan pakai sunblock di area wajah saat berjemur
Anjuran untuk memakai sunblock atau sunscreen saat terkena sinar matahari memang sering sekali terdengar. Pertanyaannya, apakah pengaplikasian sunblock atau sunscreen itu masih diperlukan saat kita ingin berjemur karena ingin meningkatkan imun tubuh? Menurut dr. Eddy untuk bagian lain selain wajah seperti tangan atau leher, sebaiknya tidak usah memakai sunblock.
“Tapi kalau wajah itu lebih baik pakai (sunblock atau sunscreen) ya,” ujarnya.
Sependapat dengan dr. Eddy, dr. Nila juga menyebut bahwa jika kulit wajah kita memiliki masalah seperti flek, maka disarankan untuk memakai sunblock dengan minimal 30 dan PA min +++ saat berjemur.
ADVERTISEMENT
“Kenapa harus PA minimal +++, karena UVA kita di equatorial area seperti Indonesia sangat tinggi, ini yang memicu tanning, flek-flek dan keriput. Tapi, kalau UVB tidak akan menimbulkan tanning tapi bikin sunburn, freckles dan skin cancer,” tegasnya.
6. Sinar matahari bisa menyebabkan kanker
Di samping menawarkan beragam manfaat untuk tubuh, dr. Eddy juga tidak membantah bahwa sinar matahari bisa merusak sel, sehingga bisa meningkatkan risiko penyakit misalnya kanker kulit dan katarak pada mata.
Pendapat ini ternyata didukung oleh laporan yang ditulis oleh American Academy of Dermatology (AAD). Dalam situsnya, AAD menyebut bahwa sinar ultraviolet dari matahari dan tanning bed bisa menyebabkan kanker kulit.
“U.S Department of Health and Human Service dan WHO dalam panel tentang Kanker menyatakan bahwa radiasi UV dari matahari dan sumber buatan seperti tanning bed dan lampu matahari dikenal sebagai karsinogen (zat penyebab kanker,” tulis AAD dalam situs resminya.
ADVERTISEMENT
Karena itu, untuk melindungi dari kanker kulit yang diinduksi oleh UV, AAD merekomendasikan kita untuk selalu melakukan perlindungan matahari yang komprehensif; seperti memakai pakaian pelindung, dan menerapkan tabir surya tahan air dengan SPF 30 atau lebih tinggi.
----
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran virus Corona. Yuk, bantu donasi sekarang!