Fashion Pact, Bentuk Tanggung Jawab Gucci & Chanel atas Kerusakan Alam

26 Agustus 2019 14:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aksi Protes Aktivis Lingkungan di London Fashion Week 2019. Foto: AFP/Niklas Halle'n
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Protes Aktivis Lingkungan di London Fashion Week 2019. Foto: AFP/Niklas Halle'n
ADVERTISEMENT
Seperti yang sudah banyak kita ketahui, industri fashion menjadi salah satu penyebab semakin parahnya kerusakan alam dan lingkungan secara global.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, menurut Kementerian Ekologi Prancis, industri fashion bertanggung jawab atas 20 hingga 35 persen dari tersebarnya mikroplastik di lautan. Sementara itu, 6 persen dari emisi gas rumah kaca global yang terjadi di Bumi saat ini diduga berasal dari produksi tekstil.
Tak hanya itu, The Waste and Resources Action Programme (WRAP), sebuah badan amal yang bekerjasama dengan pemerintah, pihak bisnis, dan masyarakat untuk meningkatkan efisiensi sumber daya, juga mencatat setiap tahunnya bahwa pakaian seharga 140 juta pounds atau sekitar Rp 2.4 miliaran masuk ke tempat pembuangan akhir.
Selain itu, telah diperkirakan bahwa di tahun 2050 industri mode akan menggunakan 25 persen dari anggaran karbon dunia sehingga akan menjadikan industri fashion sebagai salah satu industri yang paling banyak menghasilkan polusi setelah industri minyak.
Aksi Protes Aktivis Lingkungan di London Fashion Week 2019. Foto: AFP/Niklas Halle'n
Terkait dengan fenomena tersebut, beberapa waktu lalu aktivis lingkungan di London yang tergabung dalam kelompok Extinction Rebellion telah berencana untuk memboikot ajang fashion besar, London Fashion Week yang rencananya akan digelar pada September 2019 mendatang.
ADVERTISEMENT
Sebagai bentuk tanggung jawab, berbagai pihak yang berkecimpung di industri mode mulai menunjukan kepedulian terkait dampak bisnis mereka terhadap Bumi. Menurut laporan dari Vogue, saat ini sudah ada 32 perusahaan yang mewakili 150 brand bergabung dengan Fashion Pact, sebuah upaya yang dilakukan oleh pelaku mode untuk mengurangi dampak negatif dari industri fashion terhadap iklim, keanekaragaman hayati, dan laut.
François-Henri Pinault, CEO Kering sekaligus pemimpin aksi dari Fashion Pact telah membahas bentuk komitmen koalisi di antara 32 brand fashion ternama bersama dengan CEO Burberry, Marco Gobbetti, dan President of Fashion dari Chanel, Bruno Pavlovsky di Elysee Palace pada Jumat (23/8).
Koleksi solo pertama Virginie Viard di Chanel Cruise 2020. Foto: Instagram @chanelofficial
Berdasarkan pembahasan tersebut, brand-brand seperti H&M, Chanel, Hermès International, Prada, Salvatore Ferragamo, Giorgio Armani, Burberry, Ralph Lauren, Capri Holdings dan PVH; serta label pakaian olahraga Adidas dan Nike sepakat untuk menandatangani manifesto tersebut. Menurut Vogue, meskipun Stella McCartney telah berkomitmen lebih dulu untuk menjalankan komitmen sustainable fashion, namun LVMH, perusahaan yang menaunginya sekaligus kompetitor dari Kering memilih untuk tidak bergabung dalam Fashion Pact ini. François-Henri Pinault akan menyampaikan rincian komitmen tersebut di hadapan para pemimpin dunia di KTT G7 yang dilaksanakan di Biarritz, Prancis, pada Senin (26/8).
ADVERTISEMENT
Fashion Pact sendiri merupakan sebuah bentuk pernyataan sikap dan komitmen yang diinisiasi oleh Presiden Emmanuel Macron pada bulan April 2019 dan menjadi bagian dari program One Planet Summit yang diluncurkan oleh Macron pada tahun 2017 lalu.
Presiden Emmanuel Macron saat menghadiri One Planet Summit di Nairobi, Kenya (14/3). Foto: Yasuyoshi CHIBA / AFP
Fashion Pact memiliki berbagai poin penting yang tidak hanya membuat industri fashion menjadi lebih ramah lingkungan, tetapi juga lebih inklusif. Beberapa di antaranya adalah mendorong penggunaan energi terbarukan atau energi yang berasal dari alam, seperti tenaga surya dan tenaga angin dalam setiap proses produksi. Kemudian menghilangkan penyebab polusi microfiber, serta mengembangkan strategi biodiversity atau keanekaragaman hayati, yang mencakup sektor pertanian, pertambangan, dan kehutanan yang menjadi tempat tinggal spesies penting dalam ekosistem.
Fashion Pact juga menuntut setiap brand agar tidak menggunakan plastik sekali pakai sebagai kemasan. Selain itu, manifesto ini juga memastikan bahwa industri fashion akan menjadi lebih inklusif dan mensejahterakan pekerjanya, serta memberdayakan usaha-usaha garmen kecil di daerah, dan perempuan yang memiliki pendapatan rendah. Seluruh bentuk komitmen tersebut ditargetkan secara khusus untuk tahun 2030.
Farncois-Henri Pinault, CEO Kering. Foto: Eric Piermont/ AFP
“Aksi ini tidak ada kaitannya dengan kompetisi. Ini murni tentang kepemimpinan, karena jika sendiri Anda tidak akan ada gunanya. Anda harus bekerja sama dengan rekan-rekan lain. Kita mungkin tidak akan sukses, tapi setidaknya kita telah mencapai sesuatu yang lebih baik daripada tidak melakukan apapun sama sekali,” ungkap François-Henri Pinault pada acara Copenhagen Fashion Summit pada Mei 2019 lalu seperti dikutip dari The Guardian.
ADVERTISEMENT
Pernyataan tersebut diamini oleh CEO Burberry, Marco Gobbetti. Di acara yang sama ia menyampaikan bahwa satu perusahaan saja tidak akan bisa mengubah apapun dalam dunia mode.
“Kami tahu bahwa satu perusahaan tidak dapat menyelesaikan tantangan dan masalah yang terjadi pada lingkungan dan kami percaya bahwa dengan berkolaborasi kita bisa membuat perubahan nyata,” ungkap Marco Gobbetti seperti dikutip dari The Guardian.
Fashion Pact ini juga menjadi jawaban bagi kecaman yang diperoleh beberapa petinggi di industri fashion yang dianggap gagal oleh masyarakat karena tidak melakukan aksi nyata untuk mengatasi kebakaran hutan Amazon. Padahal sebelumnya, baik Kering maupun LVMH, dua perusahaan yang memiliki peran penting di industri fashion, mengeluarkan dana jutaan euro untuk menyumbang proses perbaikan Notre Dame di Paris yang mengalami kebakaran pada bulan April 2019 lalu.
ADVERTISEMENT