Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Hari AIDS Sedunia: 53 Persen Orang dengan HIV di Dunia Adalah Perempuan
1 Desember 2024 20:02 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Setiap tahunnya, tanggal 1 Desember diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia atau World AIDS Day. Seiring dengan peringatan Hari AIDS, UNAIDS—Lembaga PBB untuk respons HIV/AIDS—meluncurkan laporan tahunan mereka.
Dalam laporan tersebut, dijelaskan bahwa pada 2023, 53 persen orang dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah perempuan dan anak perempuan. Di tahun yang sama, 44 persen dari kasus baru infeksi HIV adalah perempuan. 62 persen dari kasus infeksi tersebut terjadi di negara-negara Afrika sub-Sahara.
Ini menjadi bukti bahwa hingga saat ini, perempuan dan anak perempuan masih menjadi salah satu pihak rentan terinfeksi HIV. Menurut UN Women, setiap minggunya, 4.000 perempuan dan anak perempuan terinfeksi HIV; 3.100 di antaranya adalah perempuan yang tinggal di wilayah Afrika sub-Sahara.
ADVERTISEMENT
Ketidaksetaraan gender hingga kekerasan jadi faktor pemburuk
Menurut laporan UNAIDS 2024, dijelaskan bahwa ketidaksetaraan gender dan kekerasan berbasis gender memperburuk respons HIV/AIDS secara global. Ini terungkap dari analisis data yang dikumpulkan dari enam negara pada 2024.
Kemudian, survei yang dilakukan di 30 negara wilayah Afrika sub-Sahara mengungkap bahwa perempuan yang pernah mengalami kekerasan seksual atau fisik dari pasangan intim ternyata tiga kali lebih mungkin terinfeksi HIV dibanding mereka yang tak pernah mengalami kekerasan.
Selain itu, perempuan yang menjadi korban kekerasan berbasis gender juga cenderung tidak melakukan tes, pengobatan, dan perawatan HIV. Tak hanya itu, studi juga mengungkap bahwa perempuan korban kekerasan cenderung mengurangi pemanfaatan layanan pencegahan, perawatan, dan pengobatan HIV.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan ketidaksetaraan gender? Ketidaksetaraan gender masih meluas di berbagai wilayah dunia. Ini bisa terlihat di negara-negara Afrika sub-Sahara, di mana perempuan adalah kelompok yang lebih rentan mengalami kerawanan pangan (food insecurity) daripada laki-laki.
Menurut laporan UNAIDS, kerawanan pangan memang berkaitan erat dengan buruknya penanganan HIV. Sebuah studi menunjukkan, perempuan dengan HIV yang mengalami kelaparan ekstrem memiliki beban virus (viral load) HIV dua kali lebih besar dibanding perempuan yang tidak mengalami kerawanan pangan.
Perjuangan mencapai pengentasan AIDS 2030
Salah satu tujuan yang dikejar dunia saat ini adalah mengakhiri AIDS sebagai ancaman kesehatan publik pada 2030 mendatang. Meskipun perjalanan cukup panjang dan berat, UNAIDS serta berbagai pihak terus mendorong agar cita-cita mengentaskan AIDS bisa dicapai.
ADVERTISEMENT
Itulah mengapa, di tahun ini, UNAIDS menetapkan tema “Take the rights path to end AIDS: My health, my right!” (Mengambil langkah penuh hak untuk mengakhiri AIDS). Lewat tema ini, UNAIDS berfokus pada pentingnya pemenuhan hak-hak orang dengan HIV/AIDS (ODHA) hingga kelompok rentan.
“Meskipun sudah ada progres besar dalam respons HIV, pelanggaran HAM masih mencegah dunia dalam mengakhiri AIDS,” kata Direktur Eksekutif UNAIDS, Winnie Byanyima, dalam keterangan resminya, Minggu (1/12).
“Ketika anak perempuan dilarang mengenyam pendidikan; ketika ada pengampunan terhadap kekerasan berbasis gender; ketika orang-orang bisa ditangkap karena identitas mereka, atau karena siapa yang mereka kasihi; ketika mengunjungi layanan kesehatan menjadi berbahaya bagi sejumlah orang hanya karena latar belakang mereka, hasilnya adalah banyak orang yang terhalang untuk bisa mengakses layanan HIV yang perlu mereka dapatkan demi menyelamatkan hidup mereka dan untuk mengakhiri pandemi AIDS,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Ia pun menegaskan, untuk bisa melindungi kesehatan semua orang, yang perlu dilindungi adalah hak-hak mereka.