IDFES 2024: CEO Buttonscarves & Mashiro&Co. Bagikan Cerita Awal Memulai Bisnis

8 Februari 2024 14:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
IDFES 2024. Foto: kumparan/Ananda Amelia
zoom-in-whitePerbesar
IDFES 2024. Foto: kumparan/Ananda Amelia
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Suksesnya penyelenggaraan IDFES 2024 beberapa waktu lalu di RA Suites Simatupang, Jakarta Selatan, membuka mata kita bahwa industri fashion lokal kini kian berkembang. Baik dari sisi UMKM ataupun maupun bisnis yang sudah sukses, ada banyak cerita di balik itu semua.
ADVERTISEMENT
Dari banyaknya rangkaian talkshow yang dihadirkan IDFES 2024, terdapat sesi pembahasan yang cukup menarik. Bertemakan Facing The Local Fashion Revolution, talkshow ini menghadirkan para pemilik bisnis fashion yang inspiratif, yakni Linda Anggrea (CEO Buttonscarves), Katharina Inkiriwang (CEO Mashiro&Co.), dan Chris Rianto (CEO Paramatex).
Salah satu narasumber, CEO Buttonscarves, Linda Anggrea, membagikan cerita awal mula membangun bisnisnya yang ternyata datang dari sebuah keresahan. Ya, saat pertama kali pakai hijab, ia merasa bahwa brand khusus hijab atau scarf masih sangat sedikit, terutama di dalam mall. Kalaupun ada, produk hanya akan ditempatkan di department store yang display-nya kurang menarik.
IDFES 2024. Foto: kumparan/Ananda Amelia
“Kalau dulu kita tahunya beli scarf, hijab di pasar. Dan memang orang-orang nggak melihat scarf itu sebagai hal yang dibanggakan [untuk diperjualbelikan]. Aku juga merasa, dulu waktu belum pakai hijab, kalau punya duit ke salon. Karena [rambut] itu mahkota kita. Pada saat sekarang pakai hijab, we need a product that makes us happy saat kita pakai, agar kita merasa fashionable. Jadi dari situ, malam-malam, aku pillow talk with my husband [untuk bilang ingin membuka usaha fashion hijab],” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya Linda dari Buttonscarves, CEO Mashiro&Co., Katharina Inkiriwang juga punya cerita yang tak kalah menarik saat awal memulai bisnisnya. Ya, saat menjadi seorang ibu baru, Katharina merasa memerlukan baju yang bisa dikenakan ke kantor, tapi bisa juga digunakan untuk menyusui atau memompa ASI, tanpa membuatnya [baju] jadi lecek.
“Dan kita waktu itu sering banget pakai baju dari beberapa brand yang kita semua sudah pasti tahu. Tapi masalahnya kemejanya setelah beberapa kali pakai jadi kuning, lalu jadi cepat lecek, dan lain sebagainya. Jadi, kenapa akhirnya [memproduksi] si kemeja putih? Karena sebenarnya si kemeja putih itu kan sebuah iconic item stable di dalam wardrobe kita, dan sebuah piece of clothing yang bisa dipadupadankan dan segala macamnya. Bisa dipakai secara formal dan kasual,” papar Katharina.
IDFES 2024. Foto: kumparan/Ananda Amelia
Katharina menyebut bahwa kualitas barang harus dipikirkan dengan matang. Hal ini bertujuan agar konsumen tetap percaya pada produk yang ditawarkan. “If you want to produce something that last so many washes, kualitas jahitan bahannya juga harus bagus. Jadi nggak hanya dari kualitas bahan, kualitas jahitannya juga harus memadai,” tegas Katharina.
ADVERTISEMENT
Melihat betapa menariknya cerita yang disampaikan oleh para CEO brand fashion lokal, Linda Anggrea dan Katharina Inkiriwang. Dapat disimpulkan bahwa membangun sebuah bisnis bisa dimulai dari hal yang sederhana.
Salah satunya dari keresahan yang kamu rasakan, dan teliti apa yang sebenarnya kamu butuhkan. Saat sebuah brand sudah terbentuk, tentunya kamu memerlukan konsistensi dan inovasi untuk menjaganya tetap bertahan.