Ilmu Wirausaha Digital Berperspektif Gender Bikin 3 Perempuan Ini Pede Berbisnis

29 September 2023 19:01 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilmu Wirausaha Digital Berperspektif Gender Bikin 3 Perempuan Ini Pede Berbisnis. Foto: Dok. UN Women
zoom-in-whitePerbesar
Ilmu Wirausaha Digital Berperspektif Gender Bikin 3 Perempuan Ini Pede Berbisnis. Foto: Dok. UN Women
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lebih dari setengah UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) di Indonesia, yakni sekitar 64,5 persen, dikelola oleh perempuan. Ini berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2021.
ADVERTISEMENT
Deputi Bidang Kesetaraan Gender KemenPPPA (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia) Lenny N. Rosalin, dikutip dari situs KemenPPPA, juga mengatakan, “Perempuan pelaku UMKM memiliki potensi yang tidak terhingga dalam perekonomian nasional. Data statistik menunjukkan bahwa UMKM Indonesia yang didominasi oleh perempuan menyumbang 61 persen dari total PDB nasional, menyerap 97 persen dari total tenaga kerja, dan 60 persen dari total investasi.”
UMKM merupakan inti dari perkembangan ekonomi suatu negara. Dengan demikian, kewirausahaan perempuan sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, hingga pembangunan berkelanjutan menjadi sangat penting untuk memajukan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Ilustrasi perempuan pelaku usaha. Foto: Shutterstock
Sayangnya, menurut catatan Bank Dunia pada 2021, perempuan mencakup 54 persen dari kelompok yang dikecualikan dari ekonomi digital. Selain itu, perempuan pengusaha disebut menghadapi lebih banyak kesulitan daripada laki-laki dalam mengakses pasar dan pendanaan.
ADVERTISEMENT
Untuk memberdayakan lebih banyak perempuan wirausaha di ekonomi digital, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (UN Women) dan Ant Foundation meluncurkan Together Digital. Ini adalah program regional lima tahun dari UN Women untuk mendukung dan memberdayakan UMKM yang dipimpin oleh perempuan agar dapat berpartisipasi serta berkembang dalam ekonomi digital.
Program tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan agensi perempuan wirausaha untuk mengambil keputusan yang bermanfaat bagi diri dan keluarganya serta membantu menyempitkan kesenjangan gender dalam akses teknologi digital dan mendukung pemberdayaan ekonomi dan digital perempuan.
Melalui pelatihan kewirausahaan digital yang berperspektif gender, akses ke pasar, dan sumber daya, seperti pendanaan dan peluang pertukaran pengetahuan, program Together Digital berupaya mendukung perempuan pengusaha di UMKM untuk mendirikan memulai, menjaga mempertahankan, dan mengembangkan bisnis di era digital.
ADVERTISEMENT
Together Digital telah memberikan manfaat nyata kepada para perempuan. Tiga di antaranya, yakni Baiq Diana, Ratnawati, dan Sri Mustika Dewi. Simak kisah mereka berikut ini.

Pelatihan digital membuat Baiq Diana pasarkan produk lebih optimal

Pelatihan digital membuat Baiq Diana pasarkan produk lebih optimal. Foto: Dok. UN Women
Setiap perempuan menghadapi tantangan berbeda kala hendak memulai usaha. Bagi Baiq Diana—peserta pelatihan Together Digital dari Desa Sesaot, Lombok Barat, yang menjadi tantangan utama adalah tidak adanya modal dan akses pembiayaan.
Diana kemudian mengambil langkah pertamanya sebagai pengusaha kecil berkat bantuan dari keluarga. Ia adalah yang pertama membuka warung di lingkungan sekitarnya. Alhasil, usahanya berkembang dan semakin ramai meski prosesnya tentu tak instan.
Perempuan yang sebelumnya menjadi petani hutan selama 12 tahun ini gigih mengembangkan usahanya. Salah satunya dengan berjualan masakan mi dan pulsa. Selain karena kebutuhan yang meningkat, hal itu dilakukan Diana juga lantaran ingin memberikan yang terbaik bagi pendidikan anak.
ADVERTISEMENT
Keinginan Diana untuk terus belajar agar dapat menambah keterampilan usaha dipenuhi dengan mengikuti pelatihan Together Digital yang juga bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melalui program Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak.
Pelatihan digital membuat Baiq Diana pasarkan produk lebih optimal. Foto: Dok. UN Women
Melalui pelatihan digital, ia belajar menggunakan aplikasi untuk memasarkan produk dengan lebih optimal. Dirinya kini tak cuma menggunakan ponsel untuk telepon dan bertukar pesan, melainkan juga percaya diri dalam memanfaatkan teknologi untuk usaha.
“Semua materi pelatihan saya suka. Kita diajarkan pembukuan, pengemasan agar menarik, memasarkan produk secara online, dilanjutkan dengan pendampingan (kewirausahaan dan keterampilan digital),” kata Diana terkait pengetahuan dan keterampilan yang ia dapat dari pelatihan Together Digital.
“Kalau dulu, jualan secara langsung itu melalui mulut ke mulut, tapi sekarang sudah melalui Facebook, WhatsApp, sudah bisa jualan secara online,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Saat ini Diana senang pula karena beberapa tetangganya ikut membuka warung seperti dirinya. Ia tak menganggapnya sebagai kompetisi.
“Saya dulu yang sendirian berjualan. Saya ikut senang kalau usaha ini menginspirasi orang sekitar. Saya tidak merasa ada kompetisi, malah ikut bersyukur karena saya tahu kebutuhan mereka banyak dan saya pernah ada di posisi mereka juga,” tutup Diana.

Ratnawati lebih percaya diri dan berani bicara setelah jalani pelatihan

Ratnawati lebih percaya diri dan berani bicara setelah jalani pelatihan. Foto: Dok. UN Women
Jika Diana terkendala modal, Ratnawati—penduduk Desa Sesaot, Kecamatan Narmada, Nusa Tenggara Barat—menghadapi beberapa tantangan berbeda kala ingin memulai usaha. Selain tak punya modal, ia juga tak percaya diri karena tidak punya pengalaman berdagang.
Namun, sejak mengikuti pelatihan kewirausahaan, ia semakin percaya diri untuk berwirausaha dan berani membuka toko. Berkat dukungan dari teman-teman di pelatihan dan keluarga, Ratna memulai usahanya.
ADVERTISEMENT
Berangkat dari kecintaannya terhadap fashion, Ratna memilih untuk berjualan baju. Lambat laun, ia mengembangkan usahanya. Dirinya kini berjualan minuman es hingga makanan ringan, juga menjadi reseller untuk berbagai barang yang dipesan pelanggan.
Dalam menumbuh-kembangkan usahanya, Ratna mengikuti pelatihan Together Digital. Ia mengaku, berkat itu, dirinya menjadi lebih percaya diri, berani untuk bicara, mempromosikan dagangan, hingga mendapat pengetahuan terkait digital.
“Saya bisa membuat caption untuk produk-produk saya di Facebook, caption yang menarik agar pelanggan tertarik dengan dagangan saya. Juga cara mengedit, bagaimana cara mengedit foto barang-barang agar terlihat menarik. Pelatihan Together Digital mengajarkan hal-hal yang seperti itu, bermanfaat banget buat saya,” tuturnya.
Menurut Ratna, sang suami juga turut mendapatkan pelatihan gender. Berkat pelatihan tersebut, suaminya kini lebih paham tentang kesetaraan dan pembagian peran antara suami dan istri di rumah sehingga dapat membantu meringankan beban kerja di rumah sehingga ia dapat menjalankan usahanya.
ADVERTISEMENT
“Saya bisa bernegosiasi, pendapat saya lebih didengar oleh suami. Kalau apa-apa, dulu suami tidak perlu izin dari saya. Sekarang, izin. Pendapatan juga membuat saya sangat puas karena bisa beli apa-apa sendiri, tidak perlu menunggu uang dari suami,” pungkas Ratna.

Sri Mustika Dewi ikut pelatihan dan pelajari keterampilan demi dampingi para pelaku usaha

Sri Mustika Dewi ikut pelatihan dan pelajari keterampilan demi dampingi para pelaku usaha. Foto: Dok. UN Women
Sri Mustika Dewi adalah seorang field officer (FO) di Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA), mitra dari Pusat Investasi Pemerintah Cabang Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Ia berkeinginan untuk berinteraksi dan belajar secara langsung bagaimana cara memulai usaha. Inilah yang membuatnya tertarik untuk melakoni pekerjaan tersebut.
“Memang kebanyakan staf lapang itu dominan laki-laki, tapi di sini saya memiliki alasan tertentu. Di sini perempuan juga bisa dalam segala hal, contohnya kayak menjadi staf lapang,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai FO, Mustika bertanggung jawab atas 200 anggota perempuan yang terpusat di tujuh kelompok besar atau center di Lombok Tengah. Jenis dan ukuran usaha para anggota itu beragam, mulai dari usaha kerajinan anyaman, usaha kain tenun, hingga membuka warung dan berjualan makanan.
KOMIDA menawarkan modal bagi anggotanya yang sudah menjalankan maupun baru ingin memulai usaha. Tugas Mustika adalah melakukan minggon; mengumpulkan angsuran sambil mengunjungi anggota. Setelah itu, ia juga melakukan pendampingan.
Sri Mustika Dewi ikut pelatihan dan pelajari keterampilan demi dampingi para pelaku usaha. Foto: Dok. UN Women
“Tantangan saya itu berat, mengajarkan anggota yang belum mengenal keterampilan digital sama sekali dan harus bisa jelaskan secara perlahan,” ujar Mustika.
Dalam mendampingi para anggota, Mustika juga dibekali banyak hal dari pelatihan Together Digital. Salah satu yang ia pelajari adalah tentang digital marketing, membuat konten promosi dan menggunakan media sosial untuk memasarkan produk usaha. Materi ini diteruskannya kepada para anggota agar mereka dapat mengembangkan usaha dan menambah pemasukan melalui berjualan secara online.
ADVERTISEMENT
Mustika juga mengajarkan para anggota membuat konten promosi dan mengambil foto produk hingga membuat katalog online serta logo usaha. Beberapa anggota yang menerima pendampingan pun sudah menerima order dan mendapat pelanggan baru dari platform online.
Dari pelatihan Together Digital, Mustika berharap, para perempuan wirausaha yang ia dampingi dapat terus berkembang berkat keterampilan yang ia pelajari dan ajarkan kembali ke mereka.