Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Ladies, kepuasan seksual tentu menjadi harapan bagi setiap pasangan saat berhubungan seks. Dalam hal ini, tidak semua perempuan bisa dengan mudah merasakan orgasme . Meskipun sudah melakukan berbagai gaya dan teknik berhubungan seks, masih banyak perempuan yang belum bisa mencapai klimaks saat berhubungan intim.
ADVERTISEMENT
Data dari penelitian Advances in Psychosomatic Medicine yang dirilis pada 2011 menyatakan bahwa 11-41 persen perempuan sulit mencapai orgasme dari hubungan seks yang hanya melakukan penetrasi antara penis dan vagina. Kondisi ini biasanya disebut dengan Female Orgasmic Disorder (FOD).
Sementara mengutip situs International Society for Sexual Medicine, gangguan orgasme pada perempuan ini disebut sebagai sebuah disfungsi seksual kedua yang umum terjadi pada perempuan. Menurut data yang sama, 28 persen perempuan di Amerika Serikat, Eropa, dan Amerika Tengah dan Selatan mengalami gangguan orgasme dan di Asia terdapat 30-40 persen perempuan yang mengalami kesulitan orgasme.
Hal ini juga diungkapkan oleh Susanti Rendra, (39), Founder Laci Asmara, e-commerce dewasa yang menjual berbagai sex toys. Ia mengungkapkan bahwa banyak perempuan berusia 30-35 yang menanyakan bagaimana caranya bisa orgasme.
ADVERTISEMENT
“Kalau saya ketemu dengan teman-teman yang berusia 30-35 tahunan atau seumuran dengan saya, memang permasalahan seputar seks yang mereka ungkapkan adalah seputar bagaimana cara meraih orgasme,” ungkap Susanti dalam sesi syuting konten Women to Women bersama kumparanWOMAN.
Kesulitan untuk meraih orgasme itu kemudian mendorong perempuan untuk tindakan pura-pura orgasme ketika sedang berhubungan seksual. Tindakan tersebut biasanya disebut dengan fake orgasm atau orgasme palsu.
Menurut Psikolog & Sexpert, Elizabeth Santosa ada banyak alasan mengapa perempuan memutuskan untuk memalsukan orgasmenya. Beberapa diantaranya adalah agar hubungan seksual cepat selesai, demi kepuasan pasangan, dan karena insecurity perempuan itu sendiri.
Elizabeth menjelaskan bahwa di Barat, ada budaya di kalangan pria bahwa mereka harus membuat perempuan merasa puas saat bercinta. Sehingga, laki-laki di Barat tidak akan ejakulasi duluan kalau perempuannya belum orgasme. Namun saat bercinta, kadang perempuan merasa lelah karena belum bisa meraih orgasme, sehingga jalan pintas agar hubungan seksualnya cepat selesai yaitu dengan fake orgasm.
ADVERTISEMENT
Perempuan juga cenderung melakukan orgasme palsu agar suami merasa aman dan secure. Karena ada anggapan kalau laki-laki merasa tidak mampu memberikan kepuasan kepada pasanganya, maka dikhawatirkan ia mencari kepuasan di tempat lain. Sehingga perempuan pun merasa insecure, dan memutuskan untuk melakukan fake orgasm.
“Selain itu, perempuan juga kerap merasa takut atau insecure karena sulit untuk mendapatkan orgasme. Biasanya hal ini disebabkan karena mereka tidak berani mengungkapkan pada pasangannya kalau mereka tidak bisa orgasme, sehingga lagi-lagi mereka memalsukan orgasme,” jelas Elizabeth.
Hingga saat ini memang belum ada penelitian yang menunjukkan secara pasti seperti apa tanda-tanda saat perempuan melakukan fake orgasm. Namun Elizabeth Santosa mengatakan bahwa biasanya orgasme palsu ditandai dengan keluarnya desahan yang lebih intens dari orgasme sesungguhnya dan biasanya perempuan akan memberikan kode-kode tertentu yang menunjukkan bahwa mereka sudah orgasme.
ADVERTISEMENT
“Yang pasti suara, suaranya itu lebih intens dari sesungguhnya. Selain itu, perempuan yang melakukan orgasme palsu juga biasanya akan memberikan semacam kode secara verbal bahwa ia akan orgasme atau ejakulasi,” ungkap Elizabeth Santosa kepada kumparanWOMAN.
Bagaimana menurut Anda, apakah Anda setuju dengan penjelasan di atas?