Ini Bahaya dari Gangguan Disforik Pramenstruasi atau PMDD dan Cara Mengatasinya

29 September 2023 16:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi menstruasi. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menstruasi. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Serupa dengan PMS (premenstrual syndrome atau sindrom pramenstruasi), premenstrual dysphoric disorder atau PMDD punya gejala fisik dan emosional. Hanya saja, kondisi—yang dalam bahasa Indonesia disebut sebagai gangguan disforik pramenstruasi—ini ditandai gejala emosional yang lebih ekstrem.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa bahaya dari PMDD? Apakah gangguan pramenstruasi tersebut bisa diatasi? Untuk tahu jawabannya, simak penjelasan berikut ini, Ladies.

Apa Bahaya dari PMDD?

PMDD ditandai perubahan suasana hati ekstrem yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari dan merusak hubungan sosial. Pengidap bisa merasakan kesedihan atau putus asa berlebihan, kecemasan berlebihan, begitu mudahnya tersinggung dan marah, meningkatnya sensitivitas terhadap penolakan, sedih atau menangis secara tiba-tiba, hingga meningkatnya self-criticism.
Ilustrasi depresi pada perempuan. Foto: Shutterstock
Dikatakan dokter kandungan Febriyan Nicolas Kengsiswoyo, Sp.OG, M.Kes, PMDD bisa menyebabkan depresi. “Bahkan berisiko menyakiti diri sendiri dan orang lain hingga bunuh diri pada kasus yang sangat ekstrem,” ujarnya kepada kumparanWOMAN.
Dokter kandungan Rahmedi Rosa, Sp.OG sependapat. Menurutnya, PMDD harus segera diatasi agar tak memburuk.
ADVERTISEMENT
“Jika tidak diketahui dan tidak diterapi dengan cepat, akan memburuk, dan masuk ke gangguan jiwa depresi,” kata dr. Rahmedi Rosa kepada kumparanWOMAN.

Bagaimana Cara Mengatasi PMDD

Ilustrasi konsultasi dengan dokter. Foto: Shutter Stock
Hal pertama yang harus dilakukan saat menduga dirimu mengidap PMDD adalah berkonsultasi dengan dokter, Ladies. Jika benar kemudian kamu didiagnosis mengalami gangguan disforik pramenstruasi, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.
Bila diperlukan, kamu mungkin akan diberi antidepresan oleh dokter. Menurut dr. Rahmedi Rosa, umumnya yang diresepkan untuk pengidap PMDD adalah golongan SSRI (selective serotonin reuptake inhibitors). Ini dikonsumsi secara rutin atau hanya di antara masa subur hingga menstruasi, tergantung hasil konsultasi dengan dokter.
Selain antidepresan, pil KB juga bisa jadi disarankan untukmu. Sebab, kandungan dalam pil KB dapat membantu meringankan gejala PMDD.
Ilustrasi obat-obatan yang harus dibawa ketika traveling. Foto: Shutter Stock
Kemudian, Ladies disarankan pula mengonsumsi 1.200 mg kalsium setiap hari, juga vitamin B6, magnesium, dan L-tryptophan. Konsumsi suplemen sebaiknya dikonsultasikan lebih dulu ke dokter.
ADVERTISEMENT
“Penggunaan herbal berupa chasteberry (vitex agnus-castus) juga dipercaya dapat meringankan keluhan PMS dan PMDD, namun perlu penelitian lebih lanjut,” tutur dr. Rahmedi Rosa.
Di samping itu, kamu perlu mengubah pola makan dan gaya hidup menjadi lebih sehat. Mulailah tidur cukup, olahraga teratur, meditasi, mengurangi kafein, hingga menghindari alkohol dan rokok.
“Hindari pemicu stres dan emosional, seperti pertengkaran mengenai masalah keuangan atau masalah hubungan, bila memungkinkan,” ucap dr. Febriyan Nicolas Kengsiswoyo.

PMDD Bisa Sembuh Total?

Ilustrasi perempuan PMDD. Foto: Shutterstock
Seperti yang telah dijelaskan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi atau mengobati PMDD. Hanya saja, meski sudah diatasi dengan cara-cara tersebut, gangguan ini bisa saja kumat.
“PMDD adalah penyakit kronis. Bisa diobati. Namun, karena basic multifaktorial, umumnya bisa terjadi kekambuhan, terutama yang berhubungan dengan dasar gangguan psikologis dan traumatic event,” papar dr. Rahmedi Rosa.
ADVERTISEMENT
Opsi terakhir yang bisa dilakukan jika ingin terbebas dari PMDD adalah menghilangkan ovulasi—agar tak ada lagi perubahan hormon siklus menstruasi—melalui operasi. Dikutip dari VeryWell Health, operasi yang dapat dijalani, yaitu pengangkatan rahim (histerektomi), pengangkatan ovarium, atau pengangkatan ovarium dan tuba fallopi.
Hanya saja, pastikan kamu lebih dulu berkonsultasi dengan dokter dan mencoba semua pilihan medis yang tersedia. Ingat pula bahwa hasil operasi bersifat permanen dan kondisinya tidak bisa dikembalikan seperti semula.