Inspiring Hijaber: None Jakarta 2014, Vina Muliana

3 Juni 2019 12:47 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Vina Andhiani Muliana, None Jakarta 2014 Foto: Instagram @vinamuliana
zoom-in-whitePerbesar
Vina Andhiani Muliana, None Jakarta 2014 Foto: Instagram @vinamuliana
ADVERTISEMENT
Vina Andhiani Muliana berhasil menjadi None Jakarta pada Agustus 2014, mewakili wilayah Jakarta Selatan. Kemenangannya di kontes Abang None telah mencetak sejarah. Ia adalah None pertama yang memakai hijab di ajang pencarian duta pariwisata DKI Jakarta yang diadakan sejak 1968 itu.
ADVERTISEMENT
Kemenangannya di ajang tersebut menjadi momen mencengangkan bagi Vina. “Saat itu saya merasa...Ini beneran? Ini juri ‘gila’ apa bagaimana nih?” ucapnya saat bertemu kumparan pada Sabtu (25/5) di sebuah pusat perbelanjaan, Jakarta Pusat.
Sejak awal, Vina tidak yakin bahwa ia akan memenangkan kontes Abang None karena ia memakai hijab. Ia merasa sungguh kecil kesempatannya untuk menang, lagi pula sebelumnya tidak ada none-none yang mengenakan hijab.
“Itu kan beauty pageant, kalau beauty pageant dilihat dari beauty-nya. Namanya kecantikan perempuan tergambar dari apa? Kulit sehat, tubuh ramping, kaki jenjang dan lain sebagainya. Nah, sementara kalau pakai hijab tidak terlihat. Rambut ditutup, baju lengan panjang. Bagaimana terlihat cantik?,” jelas Vina
ADVERTISEMENT
Kemenangannya di Abang None 2014 tersebut bagaikan tamparan keras bagi Vina. Bahwa di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin selama memiliki kemauan, berusaha keras dan ingin membuktikan.
Sempat bekerja sebagai wartawan, dan bekerja sambilan juga sebagai model, kini Vina Muliana berkarier di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Simak perbincangan hangat kami dengan Vina Muliana, mantan None Jakarta 2014 berikut ini.
Saat ini Anda bekerja di Kementerian BUMN sebagai Communication Specialist. Bisa ceritakan mengenai pekerjaan Anda?
Awalnya saya ditawarkan oleh mantan editor saya di Liputan6 yang kenal dengan Staf Khusus Menteri. Sebenarnya dalam hati masih senang jadi wartawan, tapi karena sebagai staf komunikasi pekerjaan saya masih dekat dengan wartawan, jadi senang juga menjalaninya.
Vina Muliana saat menjalani profesi wartawan Foto: Instagram @vinamuliana
Saya merasa seperti found all new world saja. Tadinya saya di belakang yang ada di tempat seorang media, sekarang saya jadi mengurus media di bidang korporasi.
ADVERTISEMENT
Pekerjaan saya itu embed sama Ibu Menteri (Rini Soemarno) kemana-mana. Kalau Ibu Menteri ke lapangan, saya yang bertanggung jawab di bagian video dan foto. Kalau lihat Instagram-nya Ibu Menteri, itu saya yang urus semuanya.
Terus kalau ada press release saya bantu bikin dan edit. Itu sih paling kerjaannya sehari-hari. Kalau yang bikin capek ya karena Ibu Menteri kegiatannya padat sekali, jadi seminggu itu bisa lima kali travel ke seluruh Indonesia.
Bagaimana perbedaan ketika bekerja sebagai wartawan dengan Staf BUMN?
Sebenarnya pada awalnya menyesuaikan diri saja, walau awalnya agak kaget. Kultur perusahaan swasta dan BUMN itu beda. Kementerian BUMN kan lebih birokratis, kalau perusahaan swasta lebih bebas berekspresi.
ADVERTISEMENT
Tapi so far, setelah saya menjalani beberapa bulan akhirnya jadi mengerti. Sudah tahu ritmenya. Alhamdulillah lancar-lancar saja sampai sekarang.
Vina Muliana dan Menteri BUMN, Rini Soemarno Foto: Instagram @Vinamuliana
Saya tidak ada background Ilmu Komunikasi sama sekali. Paling setelah lulus kemarin saja saya dapat beasiswa S2 Ilmu Komunikasi dari Abang None. Itu saja background komunikasinya. Sisanya belajar otodidak di lapangan.
Sampai saat ini senang saja menjalaninya. Dari zaman kuliah saya di lapangan. Zaman reporter juga di lapangan. Demikian juga saat kerja sama Ibu Menteri. Jadi tidak ada perubahan berarti sebenarnya.
Bagaimana cerita Vina ikut kontes Abang None 2014?
Saya memang menginginkannya. Namun alasan sebenarnya hanya karena ingin menari Nandak khas Betawi. Melihatnya fascinating, seru nari bersama-sama dan pakai baju warna-warni. Jadi, karena ingin melestarikan budaya yang ada di darah saya. Ibu dari Betawi dan ayah dari Sunda.
ADVERTISEMENT
Jadi waktu itu pada 2014 kuliah hanya tinggal skripsi, waktu sudah sedikit luang. Lalu saya mencoba apply di Abnon.
Vina Muliana menari khas Betawi saat kontes Abang None 2014 Foto: Instagram @vinamuliana
Kenapa di Abnon? Vina bisa bergabung di sanggar tari kalau hanya ingin menari.
Ada beberapa teman saya mencoba masuk situ dan saya melihat anak-anak Abnon keren-keren. Mereka punya satu komunitas yang memang sama alumninya dekat. Dan alumni-alumni Abnon itu banyak yang sukses. Terus saya coba masuk, diterima, dan jadi finalis di Jakarta Selatan 2014.
Pernah merasa kurang percaya diri karena minoritas yang memakai hijab?
Tidak pernah, karena memang awalnya saya masuk bukan untuk menang. Pertama, untuk cari teman. Kedua, seru-seruan, dan ketiga belajar menari. Saya minder hanya dalam artian, saya merasa bahwa saya tidak mungkin menjadi juara. Saya merasa ini beauty pageant, apa pernah melihat Miss Universe pakai hijab? Kan tidak ada.
ADVERTISEMENT
Bagaimana perasaan Vina saat menjadi juara satu None Jakarta Selatan dan lanjut ke tingkat DKI?
Perasaannya kayak "Ini beneran? Ini juri-juri agak ‘gila’ apa bagaimana?". Karena waktu itu tidak pernah ada none yang pakai hijab di Jakarta Selatan. Baru saya.
Saya berpikir, kalau misalnya sudah masuk tingkat DKI, mungkin sudah beda persaingannya. Saat maju DKI ada lagi yang pakai hijab. Terus kami berpikir mungkin akan jadi pemanis saja, karena tidak pernah punya pikiran pemakai hijab bisa menang.
Itu kan beauty pageant, kalau beauty pageant dilihat dari beauty-nya. Namanya kecantikan perempuan tergambar dari apa? Kulit sehat, tubuh ramping, kaki jenjang dan lain sebagainya. Nah, sementara kalau pakai hijab tidak terlihat. Rambut ditutup, baju lengan panjang. Bagaimana terlihat cantik? Saya merasa seperti itu.
ADVERTISEMENT
Tapi ternyata saat itu akhirnya saya seperti dapat tamparan, bahwa tidak ada yang impossible di dunia ini. Pada akhirnya ketika saya masuk ke DKI, saya bisa jadi juara satu juga di sana. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Abnon Jakarta, saya none yang berhijab. Setelah itu banyak yang berhijab ikut Abnon karena mereka merasa punya chance.
Apa pengalaman penting yang Vina dapatkan setelah menjadi None DKI Jakarta?
Waktu saya menang yang jelas ke luar negeri gratis, itu paling berkesan sih. Kita banyak tugas dan tiap tugas itu bisa bertemu di ring satunya Gubernur DKI. Jadi saya benar-benar bisa melihat, bagaimana pekerjaan sehari-hari Gubernur DKI.
Waktu itu gubernurnya Basuki Tjahaja Purnama. Saya bisa melihat beliau dan bagaimana dia berinteraksi ke masyarakat. Waktu itu saya tahu kenapa beliau sering marah-marah karena saya selalu di belakang dia.
Vina Muliana dan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama Foto: Istimewa
Pengalaman lainnya bisa bertugas dan ketemu banyak orang sih. Saya tidak pernah belajar PR (Public Relations), saya tidak pernah belajar komunikasi sebelum itu. Tapi di situ guide in hand untuk bisa belajar PR dan komunikasi. Bagaimana saya menyapa ke orang yang lebih tua, engage conversation dengan mereka.
ADVERTISEMENT
Lalu saya bertugas ke Korea Selatan pada 2015, itu waktu penandatanganan Jakarta jadi tuan rumah Asian Games 2018. Saya merasa menjadi bagian dari sejarah.
Menjadi duta pariwisata DKI Jakarta 2014, apakah membuat Vina punya perasaan khusus terhadap Jakarta?
Paling penting, yang paling membuat saya senang jadi Abnon itu, bisa lebih aware dengan lingkungan. Dulu kalau ditanya tinggal di mana saya jawab Jakarta. Rasanya Jakarta jadi hanya sekadar tempat tinggal, tidak ada emphasizing.
Setelah masuk Abnon, Jakarta tidak hanya sebagai rumah, banyak hal dari Jakarta yang bisa saya banggakan. Ada rasa belonging terhadap Jakarta, kota yang macet dan polusi. Ibarat bertemu perempuan, tampilannya memang tidak begitu bagus tapi ketika diajak ngobrol seru sekali. Nah, Jakarta seperti itu menurut saya.
ADVERTISEMENT
Akhirnya saya makin cinta sama kota ini. Saya merasa bahwa harus bisa ada di diri orang-orang untuk bisa lebih sayang sama kotanya. Kadang orang punya mimpi untuk tinggal di luar negeri. Saya tidak, saya ingin di Indonesia saja karena saya cinta dan sayang sama Indonesia, sama Jakarta.
Sebelum terjun di dunia Abnon dan juga wartawan, Vina juga pernah aktif di dunia model. Bagaimana ceritanya?
Jadi model itu lucu sebenarnya ceritanya. Dari kecil karena saya punya badan tinggi, orang-orang selalu mendorong saya untuk menjadi model. Pendapat itu saya anggap angin lalu. Karena waktu kecil rada tomboi, tidak terlalu peduli pada penampilan.
Waktu saya kuliah di Bandung sekitar 2011 atau 2012, hijabers tuh lagi booming sekali. Salah satu kota yang meledak sekali sama hijabers community itu Bandung. Dan itu merambah juga di kampus-kampus. Suatu hari teman saya, mengajak untuk nonton fashion show dan ketemu dengan desainer Ghaida Tsurayya, anaknya Aa Gym.
Vina Muliana Foto: Instagram @vinamuliana
Dia melihat saya tinggi dan menawarkan jadi model untuk koleksinya. Awalnya sata ragu karena tidak pernah jadi model, bahkan saya tidak pernah pakai high heels. Akhirnya saya setuju dan photo shoot. Ada yang bilang saya berbakat jadi model. Dari situ saya merasa mungkin benar juga. Ya sudah saya lanjutkan saja.
ADVERTISEMENT
Mulai dari situ saya freelance model di Bandung. Jaringan semakin luas saat bertemu agency di Jakarta. Lalu dikenalkan ke orang-orang.
Pengalaman penting sebagai model?
Seru saja sih dunia fashion itu dan dinamis juga. Saya merasa beruntung, karena saya masuk ke dunia fashion waktu tren hijabers lagi naik, jadi saya bisa jadi model dengan hijab yang saya pakai.
Saya juga bisa berkenalan dengan desainer-desainer, seperti Dian Pelangi yang waktu itu masih awal meniti karier. Akhirnya dia sampai sebesar sekarang.
Sekarang masih modeling, cuma karena saya kerja kantoran jadi agak sulit. Dulu waktu ada tawaran apa saja saya ambil. Lumayan dapat uang tambahan. Kuliah sambil modeling. Dari situ akhirnya saya memberanikan diri untuk ikut Abnon. Dari modeling juga akhirnya kepercayaan diri saya semakin naik.
Vina Muliana saat catwalk Foto: Instagram @vinamuliana
Sekarang pilih modeling atau profesional?
ADVERTISEMENT
Profesional. Model itu lebih part of my life aja, side job juga. Teman saya dari dulu nanya kenapa tidak jadi model saja. Cuma permasalahannya saya pakai hijab. Model pakai hijab tidak bisa terus-terusan dapat job seperti model non-hijab. Marketnya itu walaupun di Indonesia besar, tapi tetap lebih besar yang tidak hijab. Jadi agak sulit kalau saya tidak depends dengan pekerjaan itu.
Saya di profesional saja, saya merasa ada garis merahnya. Dari saya pers mahasiswa, terus ikut Abnon, sekarang kerja di bidang komunikasi.
Omong-omong soal hijab, bagaimana awalnya Vina memutuskan pakai hijab?
Ceritanya karena saya bernazar, jika saya bisa sekolah di Jakarta, saya akan pakai hijab. Karena Papa saya pindah-pindah tugas, jadi saya mesti ikut. Akhirnya bosan dan ingin sekolah di Jakarta saja.
ADVERTISEMENT
Waktu itu saya nazar karena merasa kalau pakai hijab lebih aman. Saya tidak pernah tinggal di Jakarta dalam waktu lama, jadi saya melihat Jakarta sebagai kota metropolitan. Saya harus membentengi diri. Akhirnya saya memilih untuk memakai hijab.
Kalau saya memakai hijab, orang akan melihat saya memiliki certain point. Saya tidak bisa diajak untuk hal yang macam-macam. Akhirnya bisa sekolah di Jakarta, saya mulai pakai hijab pada 2007.
Vina Muliana Foto: Instagram @vinamuliana
Lalu bagaimana Vina memaknai hijab saat ini?
Saya memaknai hijab sebagai pilihan untuk mendeklarasikan diri bahwa kita muslim yang taat. Bagi saya, hijab itu sebagai pelindung. Wherever I go, whatever I do, saya tidak pernah dijerumuskan ke hal-hal yang tidak baik. Saya merasa, itu karena hijab yang saya pakai.
ADVERTISEMENT
Sebagai model dan mantan Abnon, tentu Vina sangat memperhatikan perawatan kecantikan. Bisa share beauty routinenya?
Saya tidak punya perawatan khusus. Tapi yang saya lakukan adalah, pertama, jangan lupa minum air putih, dan kedua tidur cepat. Saya lebih milih tidur cukup dibanding saya makan cukup. Menurut saya itu lebih berefek sama kesehatan.
Jangan terlalu depend on makeup. Saya tidak pernah pakai makeup yang berlebihan, kalau keluar ruangan saya hanya pakai sunscreen saja dan concealer di bawah mata. Jangan lupa cuci muka sebelum tidur.
Apa impian yang belum tercapai?
Memberangkatkan orang tua haji atau umrah. Lalu ingin mengajak mereka jalan-jalan ke luar negeri. Mama saya belum pernah ke luar negeri as in ke benua Eropa sama benua Amerika.
ADVERTISEMENT
Pengen sih, suatu hari saya bisa mengajak mereka jalan ke sana. Itu cita-cita terdekat saat ini. Selebihnya tentu ingin lebih sukses.