Jurnalis Perempuan Palestina Raih Emmy Awards Berkat Meliput Gaza

29 September 2024 12:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jurnalis perempuan Palestina, Bisan Owda yang memenangkan penghargaan Emmy Awards. Foto: Instagram @wizard_bisan1
zoom-in-whitePerbesar
Jurnalis perempuan Palestina, Bisan Owda yang memenangkan penghargaan Emmy Awards. Foto: Instagram @wizard_bisan1
ADVERTISEMENT
Jurnalis perempuan Palestina, Bisan Owda memenangkan penghargaan Emmy Awards 2024 berkat proyek film dokumenter garapannya bersama label AJ+ yang bertajuk It’s Bisan From Gaza and I’m Still Alive. Perempuan 25 tahun itu menjadi pemenang dalam kategori Outstanding Hard News Feature Story yang sebelumnya sempat menjadi kontroversi.
ADVERTISEMENT
Dilansir The Independent, film berdurasi 8 menit ini mengisahkan perjalanan Bisan dan keluarganya saat melarikan diri dari pengeboman di rumah mereka di Beit Hanoun, Gaza. Menariknya lagi, semua gambar yang ditampilkan di dalam film merupakan hasil rekaman dari ponsel Bisan. Aktivis itu berhasil mendokumentasikan kehidupannya sehari-hari yang mencekam di tengah serangan Israel.
Hingga kini pun Bisan masih terjebak di jalur Gaza bersama keluarganya, sehingga ia tidak bisa menerima penghargaan Emmy. Produser eksekutif senior di AJ+, John Laurence menjadi sosok yang mewakili Bisan untuk menerima penghargaan tersebut pada Kamis (26/9).
“Penghargaan ini adalah bukti kekuatan seorang perempuan, hanya berbekal smartphone dia mampu bertahan selama hampir satu tahun penuh dari gempuran (Israel),” ujar John.
ADVERTISEMENT

Nominasinya sempat ditolak

Pencalonan film dokumenter garapan Bisan sebelumnya menuai penolakan dari berbagai pihak. Lebih dari 150 orang termasuk aktor Selma Blair, Debra Messing, manajer perusahaan hiburan Michael Rotenberg bersama Creative Community for Peace, sebuah organisasi nirlaba Yahudi membuat petisi agar nominasi tersebut dicabut. Mereka menuduh bahwa Bisan berhubungan dengan Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP), yaitu organisasi teroris terlarang di AS, Jepang, dan Uni Eropa.
Namun pihak Presiden Direktur National Academy of Television Arts (NATAS), Adam Sharp, menanggapi protes tersebut dengan mengatakan bahwa tidak ada bukti keterlibatan Bisan dengan organisasi PFLP. Hingga akhirnya Bisan didapuk sebagai pemenang hanya lima hari setelah ramainya penolakan atas nominasinya.
Dikutip dari Al Jazeera, Adam menyebut bahwa film dokumenter yang dinominasikan di Emmy –meski sering membuat banyak orang keberatan– tapi semuanya tetap diberikan penghormatan karena berangkat dari misi jurnalistik untuk menangkap dan menyampaikan aspek cerita sesuai dengan fakta.
ADVERTISEMENT