Kata Psikolog tentang Orang yang Sering Curhat Masalah Pribadi di Media Sosial

10 Juni 2020 14:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi curhat masalah pribadi di media sosial  Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi curhat masalah pribadi di media sosial Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini di media sosial sedang ramai tentang Aurel Hermansyah yang menyindir Krisdayanti karena tidak punya waktu untuknya. Sindiran itu berbuntut panjang karena Krisdayanti dan anak keduanya, Azriel Hermansyah terbuka mengungkapkan masalah yang ada lewat Instagram.
ADVERTISEMENT
Masalah pribadi keluarga itu kemudian menjadi sasaran empuk netizen. Tak sedikit dari mereka yang mengulas kembali masalah perceraian Krisdayanti dan Anang Hermansyah di masa lalu. Ada yang membela KD, namun tak sedikit pula yang memberikan dukungan pada Aurel dan Azriel.
Ladies, dari kasus tersebut, kita perlu memahami bahwa curhat di media sosial justru malah mendatangkan kerugian. Menurut psikolog Arina Megumi M.Psi., membeberkan masalah pribadi di medsos bisa membahayakan, karena kehidupan pribadi kita diketahui oleh banyak orang. Namun biasanya, orang yang curhat di media sosial itu mencari dukungan untuk dirinya.
“Bisa jadi dia tidak punya teman atau ruang untuk menumpahkan keluh kesahnya. Atau memang butuh perhatian lebih, senang kalau ada yang komen, dan ingin dapat support dari sekitar dengan cara seperti itu,” jelasnya saat dihubungi kumparanWOMAN pada Rabu, 10/6.
Ilustrasi perempuan curhat Foto: Shutterstock
Bahayanya lagi, apa yang pernah kita bagikan ke media sosial bisa menjadi rekam jejak digital kita selamanya. Apa yang sudah kita hapus di akun medsos belum tentu akan benar-benar hilang, karena kecanggihan teknologi siapapun bisa screenshot dan merekam layar.
ADVERTISEMENT
Jadi bila kita lupa dengan curhatan yang pernah diunggah, belum tentu orang lain akan melupakannya juga. Tidak mau juga kan, masalah kita diingat oleh orang lain dan dijadikan bahan pembicaraan.
Belum lagi, sekarang banyak perusahaan yang meneliti jejak media sosial calon karyawan. Bila perusahaan sampai menemukan unggahan yang kurang mengenakan, itu bisa membuat kita tidak jadi diterima kerja.
“Dampaknya orang bisa ambil foto dan video dari curhatan itu untuk kepentingan pribadinya. Bahkan jadi bumerang sendiri untuk orang lain mencemooh kita. Dan menjadi pertimbangan orang yang mau kerja sama dengan kita,” ucap psikolog yang praktik di Morula IVF, Jakarta Pusat tersebut.

Agar tidak menimbulkan drama di media sosial

Bisa membagikan status di media sosial yang isinya tentang aktivitas kehidupan atau lainnya, secara tidak sadar membuat kita terbiasa curhat di media sosial. Kalau curhatnya bisa memberikan dampak positif bagi orang lain masih tidak apa-apa, tapi kalau hanya masalah pribadi saja jelas bisa merugikan.
ADVERTISEMENT
Maka itu Arina menyarankan kita untuk mencari cara sehat dalam mengeluarkan unek-unek.
“Misalnya menulis buku harian, atau melakukan hal yang membuat kita senang dan tenang. Rutinkan kebiasaan itu, siapa tahu meredakan perasaan dan mengurangi keinginan untuk curhat di medsos,” ungkapnya.
Kalau kamu ingin mencari respons orang lain ketika menumpahkan perasaan, carilah dukungan orang terdekat di sekitar. Temukan orang yang bisa kamu percaya untuk berkeluh kesah. Berbagi cerita dengan mereka lebih sehat, dibandingkan curhat di media sosial yang secara tidak langsung membuka ranah privasimu.
--
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.