Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kekerasan Verbal dalam Hubungan: dari Kritikan, Hinaan, hingga Silent Treatment
11 Desember 2024 11:32 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sayangnya, banyak yang mengabaikan hal tersebut dan menganggap bahwa menghargai pasangan bukanlah hal penting. Sehingga, timbulah banyak kekerasan di dalam hubungan, mulai dari fisik, emosional, hingga seksual. Salah satu kekerasan yang cukup banyak terjadi saat ini adalah verbal abuse.
Dilansir dari VeryWell Mind, verbal abuse merupakan perkataan yang diucapkan seseorang untuk menyakiti, mendominasi, menghina, memanipulasi, atau merendahkan orang lain. Dalam hubungan asmara, hal ini dilakukan oleh seseorang terhadap pasangan.
Meskipun tak mengakibatkan luka fisik, verbal abuse cenderung berdampak buruk pada kesehatan mental korban, sehingga para korban dapat merasa rendah diri, tertekan, bahkan berpotensi mengalami cemas hingga depresi.
Tak banyak yang menyadari bahwa verbal abuse tak selalu berupa ucapan kata-kata kasar, seperti menghina, merendahkan, atau bahkan membentak korban. Ucapan halus sekalipun dapat menjadi verbal abuse apabila korban merasa terpojok saat mendengarnya.
ADVERTISEMENT
Seperti apa saja sih bentuk verbal abuse yang biasa dialami dalam hubungan? Berikut rangkumannya!
1. Menyalahkan Korban
Salah satu bentuk kekerasan verbal ialah menyalahkan korban akan suatu tindakan yang bahkan tidak dilakukan olehnya atau lebih mengarah seperti tuduhan. Fenomena victim-blaming seperti ini dapat mendorong korban untuk merasa bersalah dan meminta maaf atas kesalahan yang tidak ia lakukan. Tak jarang perilaku ini juga dapat mendorong korban untuk merasa bertanggung jawab atas sikap kasar yang ia terima.
2. Menghina menggunakan kata kasar
Dilansir dari Brides, bentuk kekerasan lewat kata-kata lainnya adalah mengucapkan kata kasar terhadap korban yang dapat membuat korban merasa rendah diri. Selain itu, nama-nama panggilan yang terkesan merendahkan juga dapat disebut verbal abuse.
ADVERTISEMENT
Contoh lainnya yang mungkin terkesan “mengingatkan” namun terasa menyakitkan adalah backhanded compliment di mana sebuah kritik dibungkus dengan kata-kata manis juga dapat disebut verbal abuse. Sebagai contoh, “Kamu bakal makin cantik deh kalau kurus”, meskipun dengan nada biasa, itu akan terdengar menyakitkan bukan?
3. Kritik tidak membangun
Memang benar jika kritik sebenarnya dibutuhkan dalam kehidupan sebagai bahan evaluasi diri. Namun, jika kritik ditujukan untuk merendahkan korban dapat dikatakan verbal abuse juga loh, Ladies. Sebagai contoh, jika mendengar saran “Coba jaga pola makanmu, nggak baik loh untuk kesehatan”, kamu mungkin akan merasa lebih menerimanya dibandingkan mendengar “Turunin berat badanmu, jelek tahu!”.
4. Gaslighting dan manipulasi
Menurut VeryWell Mind, gaslighting dan manipulasi merupakan bentuk penyalahgunaan verbal, di mana kata-kata yang diucapkan oleh pelaku dapat membuat korban merasa bahwa rasa sakit atau kekecewaan yang mereka alami sepenuhnya disebabkan oleh diri mereka sendiri. Hal ini dapat membuat korban meragukan ingatannya dan akhirnya menyalahkan dirinya.
ADVERTISEMENT
5. Mempermalukan pasangan di publik
Tidak hanya hinaan atau perkataan yang langsung diucapkan, saat seseorang mempermalukan pasangannya di depan umum, seperti candaan yang mengarah ke kondisi fisik ataupun Kesehatan dapat disebut sebagai verbal abuse. Saat dipermalukan, kepercayaan diri korban akan cenderung berkurang.
6. Mengancam
Ancaman yang diucapkan pelaku merupakan salah satu bentuk kekerasan verbal yang dapat menimbulkan ketakutan dan perasaan tidak aman pada diri korban. Meskipun seringkali diucapkan sebagai bentuk candaan, namun ancaman semacam ini tetaplah tidak seharusnya ada dalam suatu hubungan.
Apa pun jenis ancaman, baik itu kecil seperti mengakhiri hubungan atau bahkan ancaman besar seperti ini mengakhiri hidup, keduanya merupakan bentuk kekerasan emosional yang tidak boleh dianggap remeh.
ADVERTISEMENT
7. Silent Treatment
Dikutip dari VeryWell Mind, silent treatment atau sikap menghindari dari percakapan dengan pasangan dapat dikategorikan sebagai verbal abuse. Tindakan ini dapat menghalangi pasangan dalam menemukan solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Silent treatment terbilang beda dengan memberikan jarak untuk menenangkan diri, yang masih memungkinkan adanya pembicaraan mengenai penyelesaian masalah. Silent treatment cenderung menghindari masalah dengan berpikir bahwa masalah akan hilang dengan sendirinya. Jangan dibiasakan seperti ini ya, Ladies!
Apa yang harus dilakukan kalau kita mengalami verbal abuse?
Apabila kamu menjadi korban verbal abuse, langkah pertama yang perlu kamu ambil ialah menetapkan batasan atau boundaries dalam hubungan. Berita tahu kepada pasangan mengenai hal-hal tertentu yang mungkin membuatmu tidak nyaman agar ia dapat menghindari ucapan tersebut nantinya.
ADVERTISEMENT
Menurut Brides, jika pasangan tetap melakukan verbal abuse meskipun sudah diperingatkan, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari orang yang dapat dipercaya. Jika hubungan sudah tidak lagi sehat dan dampaknya mulai mempengaruhi kesehatan mentalmu, mungkin ini saatnya untuk mempertimbangkan untuk mengakhiri hubungan tersebut. Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika kondisi psikologismu mulai terganggu.
Ingatlah bahwa menjadi korban verbal abuse bukanlah kesalahanmu. Hubungan yang sehat harus dibangun atas dasar saling menghormati, jika ada kesalahan, pasangan seharusnya mengkomunikasikannya dengan cara yang baik, bukan dengan menyalahgunakan kata-kata.
Penulis: Monica Tobing