Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Kenalan dengan Dokter Yovi, Praktisi Anti Aging yang Ajarkan Pola Hidup Sehat
15 Oktober 2020 13:48 WIB
ADVERTISEMENT
Cantik, bugar, energik, dan awet muda. Empat hal itu cocok untuk mewakili sosok dr. Yovi Yoanita, M.Kes (gizi) FAARM, ABRAAM, seorang praktisi nutrisi dan anti aging . Dr. Yovi sendiri cukup familiar di layar kaca, karena ia sering diundang menjadi narasumber atau pembicara kesehatan di beberapa stasiun televisi nasional.
ADVERTISEMENT
Sementara di media sosial, dr. Yovi juga cukup aktif membagikan informasi seputar kesehatan mental hingga pola makan seimbang untuk meningkatkan sistem imun tubuh. Selain itu, sebagai praktisi anti aging, dr. Yovi juga kerap memberikan beragam tips seputar awet muda dan cara-cara untuk mencegah penuaan dini kepada 11 ribu lebih pengikutnya di Instagram.
Selain aktif menjadi narasumber dan pembicara, ternyata dr. Yovi juga aktif di berbagai kegiatan sosial dan organisasi. Salah satunya, ia tercatat sebagai anggota Gerakan Pakai Masker sejak Agustus silam. Bagi Anda yang belum familiar, Gerakan Pakai Masker merupakan sebuah kampanye kesehatan yang memiliki visi untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar kesadaran memakai masker meningkat. Gerakan ini sendiri sendiri telah diluncurkan sejak Juni lalu.
ADVERTISEMENT
“Jadi aku tahu Gerakan Pakai Masker itu dari pasien. Pasien aku itu salah satu pengurus di sana. Terus aku mulai join Agustus lalu. Selama ikut Gerakan Pakai Masker, aku paling membantu menyumbangkan ilmu. Aku senang berada di sana karena banyak belajar juga” kata dr. Yovi saat diwawancarai kumparanWOMAN, pada Senin (12/10).
Tertarik mengambil spesialisasi anti aging
Ketertarikan dr. Yovi pada anti aging berawal saat dirinya menjalankan program pendidikan magister (S2) di bidang nutrisi. Kala itu, ia juga mendapat tawaran fellowship di bidang anti aging di Australia. Tawaran itu lalu diambil oleh dr. Yovi tanpa pikir panjang.
“Anti aging itu kan belum terlalu dikenal di Indonesia. Aku sama teman-teman lalu nekat ambil fellowship itu dan belajar di sana (Australia) dan balik ke Indonesia. Jadi aku kuliah (S2) di Indonesia sambil bolak-balik ambil fellowship anti aging di Australia,” kata dokter yang kini berpaktik di Klinik KHL, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Selain karena tawaran, dr. Yovi juga tertarik mengambil bidang anti aging karena memiliki pengalaman pribadi. “Jadi aku itu punya anak laki-laki, dia didiagnosa disleksia. Yang kedua, ibu aku juga punya sakit liver yang cukup parah. Ternyata pendekatan anti aging ini bagus, karena bisa buat ibu aku dan normal lagi,” tambah dr. Yovi.
Dr. Yovi menilai bahwa pendekatan anti aging ini tidak selalu berkaitan dengan estetik namun juga masalah preventif medis atau pencegahan. “Anti aging itu bukan selalu tentang estetik. Estetik tetap ada, tapi estetik itu menjadi ‘pintu penarik’ saja. Intinya, anti aging itu lebih ke masalah preventif medis. Jadi kita menjaga supaya orang bukan hanya diobati tapi ibaratnya diajarkan pola hidup yang lebih baik agar bisa menjaga kesehatannya,” terang dr. Yovi.
ADVERTISEMENT
Tantangan di era pandemi
Sebagai seorang dokter sekaligus ibu, dr. Yovi juga kerap menghadapi berbagai tantangan di era pandemi ini. Menurutnya tantangan yang paling berat selama pandemi adalah beradaptasi dengan berbagai perubahan dan bagaimana membimbing anak-anaknya dalam perubahan tersebut.
“Tantangan lainnya adalah bagaimana kita membatasi ketemu orang, tapi (karena tuntutan pekerjaan) kita tetap harus ketemu orang yang kita sendiri tidak tahu kondisi orang tersebut, jadi kadang hal itu yang bikin deg-degan kalau pulang ke rumah,” kata perempuan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran tersebut.
Menyikapi hal itu, dr. Yovi pun selalu bersikap tenang dan meminimalkan penilaian buruk terhadap situasi pandemi ini. “Kalau bisa judgment itu bahkan dihilangkan, tapi kita tetap aware dengan situasi ini. Caranya dengan melakukan berbagai persiapan, seperti mengatur pola hidup sehat hingga meningkatkan imunitas,” paparnya.
Agar kesehatan tetap terjaga, dr. Yovi mengaku sering menjaga pola makan yang baik, yaitu dengan makanan bergizi seimbang, dan berbahan dasar alami. Didukung dengan olahraga yang cukup, serta tidur minimal 6 jam per hari.
ADVERTISEMENT
Hindari masalah dengan menghilangkan ekspektasi
Bagi dr. Yovi, menjadi seorang dokter merupakan hal yang tidak mudah karena ia harus berurusan dengan manusia dan ekspektasi orang-orang. “Orang menganggapnya bahwa dokter itu tidak punya masalah. Padahal kita juga punya (masalah), bagaimana kita mengatur waktu dengan pekerjaan dan keluarga di rumah,” kata perempuan yang hobi baca tersebut.
Namun bagi dr. Yovi, salah satu cara untuk meminimalkan berbagai masalah itu adalah dengan menghilangkan ekspektasi. “Semua masalah itu titik beratnya ada pada ekspektasi. Jadi kalau kita berekspektasi, kita jadi dituntut harus begini dan kalau hasilnya tidak sesuai pasti akan kecewa. Karena itu, sekarang aku belajar untuk menghilangkan ekspektasi dan lebih berusaha yang terbaik dan bersyukur.”
ADVERTISEMENT
Dengan menghilangkan ekspektasi, dr. Yovi jadi jauh lebih santai dalam menjalani kehidupannya. “Santai itu bukan berarti loss control ya. Aku tetap bikin planning, tapi kontrolnya dihilangkan. Soalnya aku pikir kalau kita mengontrol sesuatu, disitulah stres akan muncul,” tutup dr. Yovi.
Dr. Yovi sendiri hadir di program Virtual Talk Episode 15 “Mental & Tubuh Sehat, Tetap Positif dan Produktif selama Pandemi,” yang tayang hari ini, Kamis (15/10) pukul 13.00 WIB. Dalam program ini, dr. Yovi membagikan informasi seputar tips diet sehat dan cara meningkatkan sistem imun lewat asupan makanan atau nutrisi.
Bagi Ladies, yang penasaran untuk mendengar tips-tips seputar kesehatan dan cara agar tetap sehat selama pandemi dari dr. Yovi, Anda bisa menyaksikan live streaming-nya di sini .
ADVERTISEMENT
----
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )