Khadijah binti Khuwailid, Istri Nabi Muhammad yang Mandiri dan Pebisnis Sukses

28 April 2020 23:00 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Khadijah binti Khuwailid, Istri Nabi Muhammad. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Khadijah binti Khuwailid, Istri Nabi Muhammad. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bagi kamu yang Muslim, tentu sudah mengenal Khadijah binti Khuwailid, istri pertama Nabi Muhammad SAW. Khadijah merupakan perempuan yang berasal dari bangsa Quraisy. Sebelum menikah dengan Nabi, Khadijah sudah pernah menikah dua kali, yaitu dengan Abi Haleh Al Tamimy dan Oteaq Almakzomy.
ADVERTISEMENT
Berbagai sumber mengatakan bahwa saat menikah dengan Nabi Muhammad, Khadijah berusia 40 tahun, sedangkan Nabi berusia 25 tahun. Khadijah merupakan istri yang tulus membantu Nabi Muhammad SAW di setiap perjalanannya. Ia bahkan bersedia menikah dengan Nabi meski Nabi tidak memiliki harta. Padahal Khadijah sendiri merupakan pedagang perempuan yang sukses.
Nabi bersama Khadijah menjadi suami istri selama 25 tahun, yaitu 15 tahun sebelum menerima wahyu pertama dan 10 tahun setelahnya hingga Khadijah wafat saat berusia 64 tahun. Kira-kira 3 tahun sebelum Nabi hijrah ke Madinah.
Selama bersama Khadijah, Nabi Muhammad SAW tidak pernah melakukan poligami kecuali setelah setelah Khadijah wafat. Dari pernikahannya bersama Khadijah, Nabi memiliki enam putra-putri, yaitu Qasim, Abdullah, Ruqayah, Ummu Kultsum, Zaenab, Fatima.
ADVERTISEMENT
Pedagang perempuan yang sukses
Ilustrasi Khadijah binti Khuwailid, Istri Nabi Muhammad. Foto: Shutterstock
Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad, Khadijah sudah menjalani profesi sebagai pedagang. Ia merupakan salah satu pedagang sukses pada masanya. Menurut buku The Women of Madina (1995) karya Muhammad ibn Saad, Khadijah memiliki barang dagangan yang lebih banyak daripada dagangan para pengembara Quraish.
Layaknya pebisnis perempuan yang sukses, Khadijah juga memiliki karyawan yang bertugas menjual barang dagangannya. Pengalamannya dalam berdagang ini lah yang membuat Khadijah mengenal Muhammad yang kala itu masih berusia 25 tahun dan belum memiliki gelar nabi.
Dituliskan dalam buku Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources (1983) karya Martin Lings, pada 595 M Khadijah membutuhkan rekan kerja untuk melakukan transaksi di Suriah. Ia memilih Muhammad ibn Abdullah untuk menuntaskan misi dagang Khadijah di Suriah. Bahkan Khadijah bersedia membayar upah Muhammad sebesar dua kali lipat dari biasanya.
ADVERTISEMENT
Kala itu, Khadijah mengutus salah satu pelayannya, Maysarah, untuk membantu Muhammad. Saat kembali, Maysarah menceritakan cara Muhammad dalam menjalankan bisnis. Ia berhasil membuat bisnis Khadijah mendapatkan keuntungan dua kali lipat dari perkiraan awal Khadijah. Dari misi tersebut, Muhammad mendapatkan gelar kehormatan Al-Sadiq (Yang jujur) dan Al-Amin (Yang dipercaya).
Selain pandai berbisnis, Khadijah juga merupakan pedagang yang murah hati. Ia kerap memberi makanan dan pakaian bagi kelompok miskin dan membantu kerabatnya yang kurang mampu.
Bahkan saat akan menikah dengan Nabi Muhammad, Khadijah meyakinkan Nabi melalui temannya bahwa Khadijah memiliki bisnis dan bisa mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri. Dalam buku yang sama, Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources, saat akan menikah, Khadijah mempercayakan seorang teman perempuan bernama Nafisa untuk mendekati Muhammad. Ia meminta Nafisa untuk bertanya apakah Muhammad memiliki keinginan untuk menikah.
ADVERTISEMENT
Merasa tidak punya uang untuk menafkahi seorang istri, Muhammad pun ragu untuk menjawab pertanyaan Nafisa. Namun kemudian Nafisa menyampaikan apakah ia mau menikah dengan perempuan yang memiliki usaha untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri.
Setelah mengetahui hal tersebut, Muhammad setuju untuk bertemu dengan Khadijah. Keduanya pun saling berkonsultasi dengan paman masing-masing dan setuju untuk menikah.
Lewat kisah ini, bisa dilihat bahwa Khadijah merupakan perempuan yang mandiri. Ia bisa memastikan meskipun kala itu Nabi Muhammad tidak memiliki uang untuk menafkahi seorang istri, Khadijah tetap bisa mencukupi kebutuhan dirinya sendiri dengan bisnis yang ia jalani.