Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Kiprah Tim Nasional Kebaya Indonesia Daftarkan Kebaya hingga Diakui UNESCO
11 Desember 2024 16:35 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ketua Timnas Kebaya Indonesia Lana T Koentjoro mengatakan sangat bersyukur dan bangga atas penetapan tersebut. Pengajuan kebaya ke UNESCO, menurut Lana, merupakan salah satu tugas yang diamanatkan pada Tim Nasional Kebaya Indonesia oleh Dirjen Kebudayaan sejak tahun 2022.
“Timnas Kebaya Indonesia diamanatkan untuk mengurus pengajuan Hari Kebaya Nasional dan kebaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) UNESCO. Kami bersyukur karena keduanya telah membuahkan hasil,” ujar Lana dalam keterangan resmi yang diterima kumparanwoman, Selasa (10/12).
Butuh waktu 2 tahun hingga kebaya diakui UNESCO
Lana menceritakan, Tim Nasional Kebaya Indonesia membutuhkan waktu hingga 2 tahun sampai akhirnya kebaya diakui UNESCO. Sejak tahun 2022, Tim Nasional Kebaya Indonesia menyiapkan kajian dan melakukan sosialisasi mengenai pengajuan kebaya ke badan di bawah naungan PBB tersebut.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Tim Nasional Kebaya Indonesia juga harus bekerja keras mengumpulkan dokumentasi kebaya dari waktu ke waktu. Dokumentasi komprehensif ini diperlukan sebagai dokumen penunjang dalam pengajuan kebaya pada UNESCO.
“Proses mencari dokumentasi atau arsip itu cukup sulit apalagi untuk momen-momen di masa lampau. Indonesia tidak memiliki arsip lengkap sehingga kami harus mencari secara mandiri,” ujar Lana.
Salah satu momen yang tidak terlupakan bagi Lana adalah saat ia dan Tim Nasional Kebaya Indonesia berhasil menemukan foto dari tahun 1960. Di foto tersebut terlihat seorang perempuan yang sedang menunaikan ibadah haji berpenampilan ayu dengan menggunakan kerudung dan atasan kebaya.
“Saat menemukan foto itu saya senang sekali. Sebab arsip ini menunjukkan bahwa kebaya sudah ada sejak masa lampau dan dekat dengan perempuan Indonesia. Bahkan ini naik haji pun, dia berkebaya,” ujar Lana.
Kini dokumen-dokumen penunjang tersebut telah resmi dibukukan dan dirilis dengan judul 'Kebaya, Keanggunan yang Diwariskan'. Meski awalnya berperan sebagai dokumen penunjang, namun menurut Lana, buku ini merupakan wujud nyata upaya melestarikan kebaya dan memastikan warisan budaya tersebut tetap relevan di tengah arus modernisasi.
ADVERTISEMENT
Dalam penyusunan buku ini, Timnas Kebaya Indonesia berkolaborasi dengan berbagai komunitas untuk mendokumentasikan tak hanya perjalanan namun juga keberagaman kebaya, mulai dari Kebaya Ambon hingga Batavia. Komunitas-komunitas pendukung tersebut di antaranya Komunitas Perempuan Berkebaya, Kebaya Menari, Warisan Budaya Indonesia Foundation, Barisan Berkebaya, dan Bunda Milenial.
Segala upaya tersebut pun akhirnya berbuah manis sebab UNESCO secara resmi telah menetapkan “Kebaya: Pengetahuan, Keterampilan, Tradisi, dan Praktik” sebagai bagian dari Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan. Keputusan ini diumumkan dalam sidang ke-19 Session of the Intergovernmental Committee on Intangible Cultural Heritage (ICH) yang berlangsung di Asunción, Paraguay, 4 Desember 2024 pukul 20.45 WIB.
Lana berharap dengan diakuinya kebaya sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO, kebaya semakin dicintai oleh generasi muda dan tetap menjadi simbol keanggunan serta identitas budaya Indonesia.
ADVERTISEMENT
Adapun Tim Nasional Kebaya Indonesia sebagai pengusul Hari Kebaya Nasional dan kebaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO terdiri dari 13 komunitas yang bergerak dalam berbagai bidang. Beberapa di antaranya yaitu komunitas Perempuan Indonesia Maju (Lana T Koentjoro), Pertiwi Indonesia (Miranti Serad Ginanjar), Pencinta Sanggul Nusantara (Ninoek W Sunaryo), Sekar Ayu Jiwanta (Emi Wiranto) dan masih banyak lagi.