Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Sejak beberapa tahun lalu, nama Stephanie Kurlow, pebalet asal Australia, ramai diperbincangkan media. Tak lain, ini terjadi karena gadis berdarah Rusia-Australia itu beraktivitas sebagai balerina pertama yang berhijab di dunia.
ADVERTISEMENT
Sosok Stephanie begitu mencolok, dengan balutan hijab dan pakaian tertutup di atas panggung. Tak seperti balerina pada umumnya, Stephanie berusaha untuk menunjukkan unsur keagamaan di hadapan orang banyak.
Tentu, hal ini tidak dilakukannya dengan mudah. Ia bahkan pernah hampir menyerah mengejar cita-citanya menjadi balerina di usia yang sangat muda, lantaran kesulitan mencari pendidikan yang cocok untuk gadis muslim sepertinya.
Beruntung, Stephanie tak jadi putus asa. Meski perjuangannya terjal, ia terus berusaha untuk mengejar cita-citanya, hingga suatu hari bisa menjadi balerina muslim profesional pertama di dunia.
Seperti apakah perjuangan Stephanie Kurlow dalam mengejar cita-citanya? Berikut kumparanWOMAN rangkum kisahnya untuk Anda.
Telah menari dari usia dua tahun
Stephanie Kurlow sudah begitu lama berkiprah di dunia balet. Sejak usia dua tahun, dia sudah mengenakan tutu pertamanya dan berusaha mengejar impian. Sejak kecil, perempuan yang besar di Sydney, Australia, ini memang sudah bercita-cita untuk menjadi seorang balerina profesional.
ADVERTISEMENT
Namun, pada usia sembilan tahun, Stephanie sempat berhenti menari. Ketika itu, ia dan keluarganya yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua kakak laki-laki, baru mulai memeluk Islam.
Menurut laporan Emirates Woman, Stephanie berhenti menari karena dia kesulitan mencari sekolah balet yang dikhususkan bagi perempuan muslim. Pada satu titik, Stephanie bahkan sempat berusaha melupakan cita-citanya untuk menjadi balerina profesional.
Namun, Stephanie akhirnya berusaha kembali berlatih menari, terinspirasi dari sosok perempuan yang gigih berjuang dalam bidangnya masing-masing. Ia mengaku terinspirasi dari pebalet Afrika-Amerika, Misty Copeland, juga atlet angkat beban berhijab pertama, Amna Al Haddad. Perjuangan mereka memberinya semangat untuk berusaha melawan kesulitan dalam berusaha mewujudkan cita-citanya.
Berusaha membuka program crowdfunding
Untuk menunjang langkahnya dalam mempelajari balet, pada 2016, Stephanie membuat program crowdfunding dalam situs Launchgood, dengan target penerimaan donasi sebesar 10.000 dolar Australia (sekitar Rp 97 juta saat ini). Rencananya, uang itu akan digunakannya untuk menempuh pendidikan balet privat, membeli peralatan balet, sekaligus mengikuti kompetisi balet.
ADVERTISEMENT
Dalam laman resmi program crowdfunding tersebut, Stephanie menjelaskan bahwa dia memiliki cita-cita untuk belajar di sekolah balet privat, agar dia bisa menjadi seorang balerina profesional. Dia juga mengatakan, dengan pendidikan yang didapatkannya, dia akan bisa membuka sekolah seni pertunjukan bagi anak-anak dan remaja dengan latar belakang yang berbeda-beda.
"Saya berniat untuk menyatukan dunia dengan menjadi balerina muslim pertama, agar saya bisa menginspirasi banyak orang dalam mempercayai diri sendiri dan mengejar cita-cita mereka," tulis Stephanie dalam laman tersebut.
"Saya percaya, saya di ada di sini untuk menginspirasi dan memotivasi anak muda yang merasa terisolasi atau tidak terhubung karena label dan batasan yang ada--agar mereka tetap mengejar impiannya, apa pun itu," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, Stephanie berhasil menggalang 7.047 dolar Australia (sekitar Rp 68 juta) dari program crowdfunding itu. Menurut Emirates Woman, program ini juga membawanya kepada beasiswa dari brand sportswear, Björn Borg.
Tidak menganggap agamanya sebagai halangan
Stephanie memang pernah berhenti menari, karena belum menemukan sekolah yang pas untuknya. Tapi, perempuan yang kini berusia 18 tahun itu tidak menganggap agama dan hijabnya sebagai halangan. Ia meyakininya, sekalipun ada orang yang berpendapat sebaliknya.
"Sebagian orang mengatakan bahwa saya tidak cocok di dunia balet, bahwa saya tidak bisa mengekspresikan seni dengan pakaian yang tertutup," ujarnya, seperti dikutip Emirates Woman.
Padahal, menurut Stephanie, pada sekitar abad ke-17 dan 18, para balerina juga tampil dengan pakaian yang lebih tertutup. Misal, dengan mengenakan rok panjang dan dress.
ADVERTISEMENT
"Ketika itu, balet sangat sederhana. Bakat dan teknik yang ada tidak bisa ditentukan dari panjang rok ataupun hijab," ungkap Stephanie.
"Hijab saya adalah bentuk pernyataan cinta terhadap Sang Pencipta. Saya percaya, hijab ini membungkus badan saya, tapi tidak menutupi pikiran, hati, maupun bakat yang saya miliki," ujarnya menambahkan.
Menjadi inspirasi bagi orang lain
Meski sempat mengalami perjuangan dalam mengejar cita-citanya sambil terus berhijab, perjuangan Stephanie tidak sia-sia. Justru, ia menjadi inspirasi bagi orang lain.
Stephanie menceritakan, ada banyak perempuan yang merasa lebih percaya diri mengenakan hijab setelah mendengar mengenai kisahnya.
"Mereka tidak harus berkompromi dengan kepercayaan dan nilai-nilai yang dimiliki, hanya karena keadaan yang ada di dunia (berbeda dengan apa yang mereka percayai)," tutur Stephanie.
Secara khusus, Stephanie memang ingin menginspirasi agar orang lain berani menjadi diri sendiri dan agar mereka bangga dengan identitasnya. Ia ingin agar orang-orang mengejar impiannya masing-masing, tanpa berkompromi dengan apa yang mereka percayai.
ADVERTISEMENT
Terus berjuang menjadi balerina berhijab profesional
Selain itu, Stephanie sempat mengatakan, ia merasa bahwa dunia balet mulai berubah menjadi lebih inklusif. Namun, ia juga menganggap bahwa perjuangannya masih panjang balerina profesional masih panjang.
Seperti dimuat dalam laman Instagramnya, saat ini Stephanie mulai mewujudkan keinginannya. Ia telah tampil di layar kaca sebagai balerina berhijab bersama The Wiggles, grup musik dari Australia yang berfokus menghibur anak-anak. Baru-baru ini, dia juga tergabung dalam #SwansForRelief, program fundraising yang diikuti oleh 32 balerina dari 14 negara untuk membantu para penari yang terdampak efek COVID-19.
Terkait cita-citanya sendiri, Stephanie pernah mengatakan, dia menantikan datangnya hari ketika memakai hijab tidak lagi dianggap sebagai hal yang aneh. Sebab, menurutnya, hijab seharusnya tidak menjadi hal yang bisa membatasi seseorang meraih cita-citanya.
ADVERTISEMENT
"Saya benar-benar menantikan masa ketika mengenakan hijab tidak membuat Anda jadi berita utama di surat kabar, karena memiliki kepercayaan atau pakaian yang berbeda seharusnya tidak menjadi faktor yang menentukan Anda (bisa) mengejar impian atau tidak," ujarnya menegaskan.
Bagaimana menurut Anda, Ladies?
----
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona .
*****
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.