Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengajak sejumlah awak media berkunjung ke Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Tangerang, lapas khusus perempuan. Dalam kunjungan ini, KPK mengadakan penyuluhan terkait gerakan antikorupsi sekaligus memperingati Hari Kartini. Pada kesempatan ini, awak media mendapat kesempatan untuk melakukan wawancara dengan narapidana.
ADVERTISEMENT
Salah satu narapidana yang berhasil diwawancarai oleh media adalah drg. Ida Lidia Sirnawati (64). Pada Januari 2020, Ida Lidia Sirnawati dijatuhi pidana dua tahun enam bulan dan denda Rp 50 juta atas korupsi pengadaan jasa keamanan di Dinas Kesehatan.
Kasus mantan direktur Rumah Sakit Umum Tangerang Selatan ini merugikan negara hingga Rp 1.1 miliar pada anggaran 2013. Majelis hakim menyatakan Ida terbukti melakukan korupsi. Ia pun menjalani masa tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Tangerang.
Masuk penjara di usia senja membuat Ida mengalami beberapa kesulitan. Saat itu, ia mengaku belum siap masuk penjara dan kondisi ini kemudian mempengaruhi kesehatannya.
"Awalnya memang terasa berat, di usia saya yang 63 tahun waktu itu, saya merasa takut dan ragu sehingga berpengaruh pada kesehatan. Tensi darah saya naik sampai 170 dan saya mengalami vertigo. Akhirnya harus menjalani perawatan selama beberapa waktu," ceritanya pada awak media saat kami berkesempatan mengunjungi Lapas Kelas IIA Tangerang bersama KPK beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Tapi lambat laun, perempuan yang juga berprofesi sebagai dokter gigi ini mengaku hidupnya berubah dengan drastis. Dua tahun berada di penjara membuatnya belajar banyak hal. Ia juga memiliki kesempatan untuk memperbaiki hidup.
Menurut Ida, suasana di sel tahanan tidak seperti yang ia bayangkan sebelumnya. Tinggal di sebuah ruangan besar bersama 11 orang narapidana perempuan lainnya membuat Ida dan teman-teman saling menguatkan satu sama lain.
"Kondisi di sini sangat baik. Saya satu ruangan dengan teman-teman yang berasal dari luar negeri. Mereka hukumannya cukup berat sampai belasan tahun. Saya merasa bersyukur masih bisa dijenguk, sedangkan mereka sama sekali tidak. Jadi kami saling menguatkan satu sama lain," tuturnya.
Ingin kembali berdaya dan edukasi keluarga soal korupsi
Dalam rangka merayakan Hari Kartini, KPK mengadakan penyuluhan di Lapas Kelas IIA Tangerang. Salah satu tujuan KPK mengadakan penyuluhan pada para narapidana adalah untuk menjadikan mereka sebagai agen antikorupsi.
ADVERTISEMENT
"Kami ingin di momen Hari Kartini ini para narapidana perempuan bisa meneladani perjuangan Kartini . Mereka bisa berbagi kisah dan pelajaran hidup yang didapatkan selama dipenjara karena korupsi sehingga bisa memberikan gambaran pada orang lain apa yang akan mereka alami ketika terjerat kasus korupsi," ungkap Lili Pintauli Siregar, Wakil Ketua KPK dalam konferensi pers di Lapas Kelas IIA Tangerang, Selasa (20/4).
Terlebih lagi, pihak KPK merasa bahwa perempuan bisa jadi garda terdepan untuk bisa membentuk integritas dan menerapkan kejujuran pada keluarga di rumah. Sehingga tidak terbentuk kebiasaan negatif yang bisa memicu terjadinya korupsi.
Ida sendiri mengaku siap dan bersedia membagikan pengalaman kelamnya selama berada di lapas agar keluarga dan orang-orang di sekitarnya tidak pernah terlibat dalam kasus korupsi.
ADVERTISEMENT
"Saya senang dengan adanya penyuluhan seperti ini. Paling tidak saya bisa menerapkan materi-materi yang diberikan oleh KPK ini kepada keluarga. Harapannya setelah itu mereka juga bisa berbagi pelajaran dan pengalaman dari saya ini di tempat kerja atau di lingkungan lain agar benar-benar menjauhi korupsi," ungkap Ida.
Selain itu, Ida sendiri juga memiliki impian ketika bebas nanti. Sebagai perempuan, ia ingin kembali berdaya dengan bekerja sebagai dokter gigi sesuai dengan profesi awalnya.
Ia juga menyampaikan pesan pada perempuan lain, terutama perempuan muda, supaya tidak terlena dengan gaya hidup yang bisa memicu terjadinya korupsi.
"Untuk para perempuan, perhatikan pergaulan dan jangan terlalu menginginkan sesuatu yang instan. Misalnya ingin membeli barang baru seperti teman-teman, padahal uangnya tidak ada dan cari uang itu sulit. Nah, ini bisa mempengaruhi pikiran kita sendiri atau suami yang ujungnya dapat menyebabkan korupsi. Selalu sesuaikan pengeluaran dengan pendapatan," tutupnya.
ADVERTISEMENT