Kisah Perempuan Albino Dibuang karena Dianggap Kutukan, Kini Jadi Model Vogue

6 Mei 2021 9:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Model perempuan asal China, Xueli Abbing. Foto: Instagram/@xueli_a
zoom-in-whitePerbesar
Model perempuan asal China, Xueli Abbing. Foto: Instagram/@xueli_a
ADVERTISEMENT
Di balik kesuksesan seorang perempuan pasti ada kisah atau cerita pilu yang mungkin akan sulit untuk dipercaya. Misalnya kisah model perempuan asal China, Xueli Abbing, yang kini telah menghiasi majalah Vogue.
ADVERTISEMENT
Xueli (begitu panggilannya) memiliki masa lalu yang menyedihkan. Ketika ia masih bayi, orang tua kandungnya membuangnya di depan panti asuhan karena ia terlahir albino atau albinisme. Di China, albinisme dianggap sebagai kutukan oleh sebagian orang, demikian seperti dikutip BBC. Kondisi genetik langka ini menyebabkan pigmen yang membuat kulit dan rambut Xueli sangat pucat dan juga sangat sensitif terhadap matahari.
Di balik pengalaman menyedihkan tersebut, Xueli mengaku bahwa hidupnya masih beruntung. Menurutnya, banyak anak albino di China yang bernasib lebih buruk darinya.
“Beberapa anak, seperti saya, dibuang orang tuanya. Ada juga yang dikurung. Sementara beberapa anak dengan albino lain yang bersekolah dipaksa mengecat rambut mereka agar berwarna hitam. Saya beruntung karena saya hanya dibuang orang tua saya,” kata Xueli saat diwawancarai BBC.
ADVERTISEMENT
Saat dibuang di panti asuhan, Xueli mengaku bahwa staf di sana memberikan nama untuknya. “Staf di panti asuhan menamai saya Xue Li. Xue artinya salju dan Li artinya cantik,” tambah Xueli.
Selain itu, Xueli juga mengaku bahwa orang tua kandungnya tidak meninggalkan informasi apa pun tentangnya. Sehingga, Xueli pun tidak tahu kapan ia dilahirkan. “Namun, sekitar setahun yang lalu, saya melakukan rontgen tangan saya untuk mendapatkan gambaran akurat tentang usia saya. Menurut dokter, perkiraan usia saya hanya 15 tahun ,” katanya lagi.

Terjun ke dunia model saat usianya 11 tahun

Pada usia tiga tahun, Xueli diadopsi oleh keluarga Belanda. Ia kemudian tinggal bersama ibu dan saudara perempuan angkatnya di negeri kincir tersebut. Beruntung, orang tua yang mengadopsi Xueli itu sangat baik dan membawanya ke jalan kesuksesan.
ADVERTISEMENT
Xueli menyebut bahwa ia terjun ke dunia model saat usianya 11 tahun. Kala itu, ibu angkatnya berteman dengan seorang desainer asal Hong Kong. Desainer itu memiliki seorang putra yang bibirnya sumbing. Dia kemudian bertekad untuk membuat pakaian dan pagelaran busana yang sangat mewah untuk putranya agar orang tidak selalu menatap mulutnya.
Melihat rencana itu, ibu Xueli kemudian bertanya apakah putri angkatnya itu bisa menjadi bagian dari pagelaran busana itu atau tidak. Sang desainer kemudian mengiyakan dan Xueli pun tampil di peragaan busana yang diadakan di Hong Kong tersebut.
Dan dari situlah perjalanan modeling Xueli pun dimulai. Xueli menyebut bahwa ia sering diundang ke beberapa sesi pemotretan, salah satunya sesi pemotretan untuk fotografer asal Inggris, Brock Elbank. Usai mengikuti sesi pemotretan itu, ia pun mengaku dihubungi oleh sebuah agensi model.
ADVERTISEMENT
“Agensi model Zebedee Talent menghubungi dan bertanya apakah saya ingin bergabung dengan mereka dalam misi mereka untuk membuat para penyandang disabilitas terwakili di industri fashion,” terang Xueli.
Xueli mengaku bahwa salah satu potret hasil jepretan Brock ditampilkan di majalah Vogue Italia edisi Juni 2019. Pada saat itu, ia lantas sadar bahwa kemunculannya di industri fashion bisa mengubah pandangan seseorang, termasuk mengubah pandangannya mengenai albinisme atau albino.
Lewat profesinya sebagai modeling, ia ingin mengatakan kepada banyak orang bahwa albinisme bukanlah kutukan, melainkan kelainan genetik. Selain itu, ia juga ingin memberikan motivasi bagi anak-anak penderita albino bahwa mereka bisa menjalani hidup dengan normal, dan bisa meraih kesuksesan.
“Saya tidak menerima bahwa anak-anak dibunuh karena alibinisme mereka. Saya ingin mengubah dunia. Saya ingin anak-anak dengan albinisme lainnya, atau dengan segala bentuk kekurangan dan perbedaan, tahu bahwa mereka bisa melakukan dan menjadi apa pun yang mereka inginkan,” tutup Xueli Abbing.
ADVERTISEMENT
***
Saksikan video menarik di bawah ini: