Kisah Pilu para Perempuan India yang Jadi Budak Seks untuk Dewi sejak Kecil

26 Februari 2023 19:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para perempuan India yang dulunya seorang devadasi, alias budak seks untuk Dewi Yellamma. Foto: Manjunath Kiran / AF
zoom-in-whitePerbesar
Para perempuan India yang dulunya seorang devadasi, alias budak seks untuk Dewi Yellamma. Foto: Manjunath Kiran / AF
ADVERTISEMENT
Sejak masih kecil, kebahagiaan para perempuan India ini harus terenggut karena praktik keji yang sudah berjalan turun-temurun. Mereka adalah para devadasi, atau anak-anak perempuan yang dipaksa oleh orang tuanya menjadi budak seks untuk Dewi Yellamma.
ADVERTISEMENT
Anak-anak perempuan itu menjadi devadasi usai menjalani ritual pernikahan dengan dewi Hindu. Namun, dalam menjadi seorang devadasi, seorang anak perempuan sering kali terperangkap dalam prostitusi demi menghasilkan pundi-pundi uang untuk orang tuanya.
Dilansir kantor berita AFP, para devadasi diharuskan untuk taat beragama, dilarang menikahi sesama manusia, dan dipaksa untuk berhubungan badan dengan laki-laki yang lebih tua. Imbalannya? Uang atau hadiah.
Seorang perempuan India bernama Huvakka Bhimappa, kini berusia nyaris 50 tahunan, dulunya adalah seorang devadasi. Ia menjadi budak seks untuk Dewi Yellamma ketika usianya belum genap 10 tahun. Huvakka terpaksa harus kehilangan keperawanannya dengan pamannya.
Para perempuan India yang dulunya seorang devadasi, alias budak seks untuk Dewi Yellamma. Foto: Manjunath Kiran / AF
Dari sana, ia harus menjalani tahun-tahun keji sebagai budak seks. Ia harus berhubungan badan dengan berbagai laki-laki atas nama penghormatan untuk Dewi Yellamma dan memperoleh uang untuk menghidupi keluarga sebagai imbalannya.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, Huvakka bisa terlepas dari kehidupan sebagai devadasi. Namun, sayangnya, ia tidak dibekali dengan pendidikan sehingga tidak banyak yang bisa ia lakukan selain bekerja di ladang.
Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Para devadasi kerap kali dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Huvakka diasingkan dari lingkungannya; tidak bisa menikahi pria yang ia cintai karena statusnya sebagai mantan devadasi.
“Jika saya bukan seorang devadasi, saya mungkin sudah memiliki keluarga, anak, dan uang. Saya akan bisa hidup enak,” ucap Huvakka, sebagaimana dikutip dari AFP.

Diasingkan dan meninggal

Status sebagai devadasi membuat para perempuan ini diasingkan oleh masyarakat. Setelah mereka “kabur” dari praktik ini, mereka kesulitan mencari kerja. Para mantan devadasi harus bertahan hidup dengan bekerja sebagai tenaga kerja manual yang mengandalkan fisik. Hanya sedikit dari mereka yang akhirnya bisa menikah.
ADVERTISEMENT
Para perempuan India yang dulunya seorang devadasi, alias budak seks untuk Dewi Yellamma. Foto: SAJJAD HUSSAIN / AFP
Kemudian, sebagai budak seks yang terpaksa melakukan hubungan seks secara tidak aman, penyakit menular seksual turut menghantui mereka. Menurut AFP, tidak sedikit dari para devadasi tertular HIV dan menurunkannya pada anak-anak mereka.
“Saya mengetahui banyak perempuan yang terinfeksi [HIV] dan menurunkannya pada anak-anak mereka. Mereka menyembunyikannya dan hidup bersama HIV dalam rahasia. Banyak perempuan yang meninggal dunia,” ucap seorang aktivis yang namanya tidak ingin disebut.
Bukan hanya itu, tidak sedikit dari mereka yang hamil di usia muda dan harus menjalani proses persalinan yang berat.

Sekilas tentang devadasi

Menurut AFP, devadasi merupakan tradisi yang sudah berlangsung lama di India bagian selatan sejak lama.
Namun, dulu, menjadi seorang devadasi tidak berarti terlibat dalam prostitusi ilegal. Pada awalnya, mereka dihormati di masyarakat, sangat berpendidikan, memiliki kemampuan baik dalam menari dan bermain musik, hidup tenang, dan mampu memilih pasangan mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Barulah pada abad ke-19—selama masa kolonial Inggris—perjanjian suci antara devadasi dan Dewi Yellamma ini berubah menjadi institusi penuh eksploitasi seksual. Tradisi ini menjadi pilihan bagi keluarga miskin untuk lari dari tanggung jawab membiayai anak-anak perempuan mereka.
Para perempuan India yang dulunya seorang devadasi, alias budak seks untuk Dewi Yellamma. Foto: Manjunath Kiran / AF
Mengingat biaya pernikahan dan mahar anak perempuan di India sangat mahal, banyak orang tua yang memutuskan untuk memaksa anaknya menjadi devadasi. Ini dilakukan untuk menghindari membiayai pernikahan anaknya, sekaligus memperoleh uang dari prostitusi ilegal.
Dilansir AFP, pada akhirnya, praktik devadasi di negara bagian Karnataka dilarang pada tahun 1982. Mahkamah Agung India menyebut praktik devadasi sebagai tindakan jahat.
Kendati demikian, laporan Komisi HAM India pada 2022 mengungkap bahwa masih ada 70 ribu devadasi di Karnataka di tahun itu.
ADVERTISEMENT