Kisah Pole Dancer Perempuan Arab Saudi, Lawan Stigma demi Kecintaan Menari Tiang

12 Oktober 2022 9:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Instruktur yoga Saudi, Nada, berlatih dengan pole dancing di gimnasium lokal di ibukota Riyadh, pada 1 Oktober 2022. Foto:  Fayez Nureldine/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Instruktur yoga Saudi, Nada, berlatih dengan pole dancing di gimnasium lokal di ibukota Riyadh, pada 1 Oktober 2022. Foto: Fayez Nureldine/AFP
ADVERTISEMENT
Pole dancing, atau menari tiang, menjadi salah satu olahraga yang semakin naik popularitasnya dalam beberapa waktu belakang. Banyak perempuan yang penasaran dan tertarik untuk mendalami olahraga kekuatan otot yang penuh seni ini, termasuk mereka di Arab Saudi.
ADVERTISEMENT
Pole dancing adalah olahraga yang dengan medium satu tiang vertikal. Penari tiang—disebut sebagai pole dancer dalam bahasa Inggris—akan menunjukkan kemampuan akrobatik mereka dengan berpegang erat pada tiang. Mereka mengangkat tubuh mereka setinggi-tingginya, menampilkan tarian yang mengedepankan kelenturan tubuh, sembari memusatkan tenaga pada kekuatan otot tangan dan kekuatan inti tubuh (core strength).
Sayangnya, baik di Arab Saudi maupun di berbagai belahan dunia lainnya, pole dancing masih dipandang sebelah mata. Olahraga yang membutuhkan kekuatan dan kelenturan tubuh luar biasa ini kerap kali diseksualisasi dan dianggap tidak senonoh.
Ilustrasi olahraga pole Dance. Foto: Shutter Stock
Namun, seorang instruktur yoga asal Arab Saudi bernama Nada memutuskan untuk melawan stigma yang menghinggapi pole dancing. Ia pun tetap berpegang teguh pada kecintaannya terhadap menari tiang, dan mencengkram tiang vertikalnya dengan erat.
ADVERTISEMENT
Kepada kantor berita Agence-France Presse (AFP), Nada mengungkapkan bahwa keluarga dan teman-temannya memandang pole dancing yang ia lakukan sebagai suatu kesalahan.
Ucapan-ucapan kurang mengenakkan dari orang terdekat Nada anggap sebagai angin lalu. Ia pun tetap rajin berlatih di gym setempat yang sudah menjadi rumah pole dancing-nya dalam beberapa tahun belakangan.
Kegigihannya dalam pole dancing perlahan meluluhkan hati teman-teman perempuan Nada. Dari yang dulu mencibir olahraga ini, kini mereka mulai penasaran. Nada melihat ini sebagai sebuah kemajuan.
“Awalnya, mereka mengatakan pole dancing sebagai sesuatu yang tidak pantas dan merupakan sebuah kesalahan. Namun, sekarang mereka mengatakan, ‘Kami ingin mencobanya,’” ucap perempuan berusia 28 tahun ini, sebagaimana dikutip dari AFP.
Instruktur yoga dari Saudi, Nada, dan sejumlah wanita lain berolahraga dengan pole dancing di sebuah gimnasium lokal di ibukota Riyadh, pada 1 Oktober 2022. Foto: Fayez Nureldine/AFP

Pole dancing membuat perempuan percaya diri dengan tubuhnya

Sejumlah perempuan Arab Saudi yang mulai menyelami dunia pole dancing mengaku tidak lagi merasa malu memulai olahraga ini. Seorang murid pole dancing di Ibu Kota Riyadh mengungkapkan bahwa lewat pole dancing, ia bisa menunjukkan feminitas dirinya.
ADVERTISEMENT
“Ini adalah kepribadian saya. Saya tidak malu untuk merangkul sensualitas saya, feminitas saya. Saya tidak merasa malu, selama saya tidak merugikan orang lain,” ucap murid yang menolak untuk disebutkan namanya itu.
Seorang pemilik studio pole dancing di Riyadh, May al-Youssef, mengatakan bahwa para perempuan yang telah mencoba menari tiang menjadi lebih percaya diri dan semakin mencintai tubuh mereka.
“Seiring berjalannya waktu, mereka tampaknya semakin menyayangi tubuh mereka. Mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri, ‘Saya merasa percaya diri dengan penampilan saya,’” ucap May, dilansir AFP.
Instruktur yoga Saudi Nada (kiri), dan seorang wanita lain berolahraga dengan pole dancing di sebuah gimnasium lokal di ibukota Riyadh, pada 1 Oktober 2022. Foto: Fayez Nureldine/AFP

Pole dancing dan stigma buruknya

Ladies, kendati pole dancing merupakan olahraga yang indah dan membutuhkan keahlian luar biasa, stigma yang melingkupinya masih melekat erat, begitupun di Arab Saudi.
ADVERTISEMENT
Para penari tiang yang bersedia bercerita kepada AFP sebagian besar menolak untuk mengungkap identitasnya; ini mengindikasikan bahwa masih ada kekhawatiran dalam diri mereka untuk sepenuhnya terbuka soal kecintaannya akan pole dancing.
Menurut AFP, pole dancing dianggap terlalu seksual karena olahraga ini sering kali ditampilkan di film-film Hollywood dengan latar yang stereotipikal, seperti di klub-klub erotis.
Kamu mungkin pernah menonton film yang memiliki adegan pole dancing yang dilakukan di klub-klub malam, dengan laki-laki mengelilingi si penari erotis. Nah, stereotip itulah yang menyebabkan pole dancing kerap dipandang sebelah mata: Mereka yang melakukannya dicap terlalu sensual dan erotis.
Para pencinta pole dancing pun menegaskan, reputasi buruk pole dancing di Arab Saudi pasti dibawa dari negara luar. Sebab, di Arab Saudi tidak ada klub-klub erotis dan alkohol pun dilarang keras, sehingga tidak ada tempat bagi reputasi buruk pole dancing untuk tumbuh di negara mayoritas Islam itu.
ADVERTISEMENT
Namun, seiring berjalannya waktu, banyak perempuan yang mulai membuka mata dan menerima keindahan dari olahraga ini. Ini terlihat dari munculnya tiga gym di Arab Saudi yang mulai menawarkan kelas pole dancing.
“Saya merasa, pole dancing mulai mendapatkan lebih banyak perhatian, karena ini adalah hal baru dan banyak perempuan muda yang penasaran ingin mencoba,” kata May, yang juga memiliki studio pole dancing sendiri.