Kisah Sukses Flashy, Brand Tas Eksis Asal Bandung Bermodalkan Rp 500 Ribu

19 Juli 2024 19:44 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pendiri Flashy, Windy Wulandary, di konferensi pers Tren Belanja Online Jawa Barat bersama Tokopedia dan ShopTokopedia di Bandung, Kamis (13/6/2024).  Foto: Dok. Image Dynamics
zoom-in-whitePerbesar
Pendiri Flashy, Windy Wulandary, di konferensi pers Tren Belanja Online Jawa Barat bersama Tokopedia dan ShopTokopedia di Bandung, Kamis (13/6/2024). Foto: Dok. Image Dynamics
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bandung menjadi rumah bagi banyak brand fashion lokal inovatif. Salah satu jenama yang eksis dari Bumi Priangan adalah Flashy, brand tas yang didirikan sejak 1998. Sejak lama, produk tas dari Flashy terkenal dengan desain yang unik dan terbuat dari bahan parasut yang ringan.
ADVERTISEMENT
Brand lokal Flashy saat ini banyak diminati oleh anak-anak muda, dengan target pasar terbesar adalah orang-orang usia 17–24 tahun. Flashy mendesain berbagai model tas dengan sentuhan yang menarik, yakni motif yang menyenangkan dengan siluet tas trendi. Bahan parasut yang dipilih membuat tas Flashy terlihat ringan.
Sudah berdiri selama 26 tahun, Flashy punya latar belakang dan perjalanan usaha yang cukup menarik. Pendiri Flashy, Windy Wulandary, menyebut bahwa Flashy lahir dari tantangan pribadi dalam mencari tas berdesain apik, tetapi dengan harga yang terjangkau.
Flashy, brand tas lokal asal Bandung yang sudah eksis sejak 26 tahun lalu. Foto: Dok. Image Dynamics
“Flashy berdiri tahun 1998, saat itu saya masih kuliah. Saat itu, masih sedikit model-model tas yang tersedia di toko dan mal. Ada satu model tas yang harganya mahal sekali, akhirnya kita bikin sendiri,” ucap Windy di acara Tren Belanja Online Jawa Barat bersama Tokopedia dan ShopTokopedia di Bandung beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Bermodalkan Rp 500 ribu, Windy pun mulai menciptakan tas-tas bermodel unik dengan harga terjangkau, di kisaran Rp 75–125 ribu. Tak langsung membuka gerai, Windy membuat tas dengan sistem custom dan pre-order.
Di tengah perjalanannya menjadikan Flashy sebagai brand yang unik dengan signature style, Windy memutuskan menggunakan parasut sebagai bahan utama tas-tas Flashy. Parasut dikenal sebagai bahan yang ringan, versatile, dan tergolong terjangkau. Bahan ini sesuai dengan target pasar Flashy, yakni mahasiswa dan pelajar SMA.

Awal mula nama Flashy

Setiap nama brand memiliki filosofi tersendiri di balik pemilihannya. Untuk Windy, nama Flashy menjadi identitas tas-tas yang ia rancang. Nama ini mencerminkan gaya khas tas Flashy, yaitu warna mencolok yang berbeda dari tas-tas pada umumnya kala itu.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya, tas Flashy modelnya simpel, tapi warna-warni, seperti merah, biru, kuning. Sementara itu, waktu itu tas perempuan itu warnanya hitam atau cokelat. Nah, waktu 1998, kami bikin Flashy biar kelihatan. Penginnya, Flashy artinya berkilauan,” jelas Windy.

Memberdayakan warga sekitar dan meminimalisasi limbah

Flashy, brand tas lokal asal Bandung yang sudah eksis sejak 26 tahun lalu. Foto: Dok. Image Dynamics
Dalam menjalankan usahanya, Windy mencoba untuk melibatkan warga di lingkungannya. Ia pun memberdayakan masyarakat Bandung dan sekitarnya lewat memasok bahan dari lokal dan bermitra dengan penjahit-penjahit di sekitar.
Windy mengatakan, seluruh produk Flashy dibuat dengan material parasut yang dibeli di Jawa Barat, seperti Tamim, Cigondewah, dan Otto Iskandardinata. Untuk detail-detail produk seperti bordiran dan sablon, Flashy memberdayakan pengrajin bordir dan tukang sablon di sekitarnya.
Kemudian, untuk memproduksi tas-tas seperti backpack, selempang, dan shopping bag, Flashy mempekerjakan penjahit-penjahit di area Padalarang dan Cicalengka.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan upaya Flashy dalam meminimalisasi limbah produksi? Windy bercerita, limbah-limbah tersebut didaur naik alias diproduksi menjadi produk lainnya yang berdaya guna, seperti ikatan rambut hingga pouch kecil.

Melawan tantangan di masa modern

Flashy, brand tas lokal asal Bandung yang sudah eksis sejak 26 tahun lalu. Foto: Dok. Image Dynamics
Dengan perkembangan dunia digital, bisnis ikut merambah ke dunia maya. Ini meningkatkan persaingan berbagai UMKM lokal, termasuk Flashy. Brand-brand tas lain pun bermunculan dengan desain masing-masing.
Untuk bisa bersaing dan memperluas jangkauan pembeli, Flashy turut merambah ke dunia digital dengan membuka store di Tokopedia dan ShopTokopedia pada 2019. Diketahui, Tokopedia menyumbang omzet Flashy secara online sebesar 40 persen.
“Selain efisiensi dalam hal biaya operasional, Tokopedia juga membantu kami meningkatkan penjualan dan memperluas pasar, khususnya melalui berbagai kampanye,” kata Windy.
ADVERTISEMENT
Selain itu, mempertahankan konsumen di tengah kenaikan harga juga menjadi tantangan tersendiri.
Konferensi pers Tren Belanja Online Jawa Barat bersama Tokopedia dan ShopTokopedia di Bandung, Kamis (13/6/2024). Foto: Dok. Image Dynamics
“Tantangannya itu sekarang kalau dilihat dari harga, kita tidak bisa balik lagi seperti tahun 1998 kita jual dalam harga Rp 75 ribu. Sekarang, harga produksi bisa di atas 100 ribu untuk mempertahankan kualitas. Tantangan kita itu adalah bagaimana caranya dengan harga segini, tapi tetap banyak pembelinya,” ucap Windy.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, Windy mengatakan, resep sukses Flashy adalah menjaga hubungan baik dengan konsumen. Ia selalu mendengarkan pendapat pelanggan Flashy terkait produk-produk, bahkan rekomendasi desain tas dari konsumen.
“Belajar dari 26 tahun ini, apa yang kita lakukan? Kita benar-benar mendengarkan konsumen. Apa produk yang lagi tren? Kita ciptakan, tapi dengan keunikan Flashy, dengan signature style. Jadi, dikombinasikan, mengikuti tren dan dengan keunikan Flashy,” ucap Windy.
ADVERTISEMENT