Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Kisah Yusra Mardini, Atlet Pengungsi Suriah yang Menginspirasi di Olimpiade 2020
30 Juli 2021 15:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Sosok atlet pengungsi asal Suriah, Yusra Mardini, belum lama ini menjadi sorotan publik. Atlet perempuan yang berlaga di cabang olahraga renang itu menjadi sorotan karena memiliki kisah perjuangan yang sangat inspiratif.
ADVERTISEMENT
Yusra sendiri tergabung dalam bendera IOC Refugee Olympic Team sebagai atlet pengungsi asal Suriah. Di Olimpiade Tokyo 2020, perempuan berusia 23 tahun itu bertanding di nomor 300 meter gaya kupu-kupu. Namun, ia harus terhenti di babak penyisihan.
Sebelum berlaga di Olimpiade Tokyo 2020, Yusra diketahui sudah pernah tampil di Olimpiade Rio 2016. Posisinya pun sama, dia hadir sebagai atlet pengungsi Suriah.
Namun, untuk bisa mencapai di titik ini, Yusra kabarnya harus menghadapi berbagai rintangan dan pengorbanan yang amat besar. Bahkan, ia juga harus melewati masa remaja dalam kondisi mencekam karena konflik Suriah yang terjadi di 2011.
Kehidupan Yusra pun dikabarkan semakin memburuk ketika perang mulai berkecamuk di Suriah. Puncaknya pada 2012, rumah keluarga Yusra hancur akibat konflik. Karena situasi konflik yang semakin tidak terkendali, Yusra pun memutuskan untuk pergi dari Suriah.
ADVERTISEMENT
Lika-liku perjalanan untuk keluar dari Suriah
Mengutip Today, pada ada Agustus 2015, Yusra dan kakak perempuannya, Sarah, meninggalkan Suriah dan terbang dari Damaskus menuju Beirut lalu kemudian ke Istanbul, Turki. Yusra yang saat itu berusia 17 tahun, bergabung dengan grup pengungsi lainnya yang berisikan 30 orang. Perjalanan pun berlanjut menuju Izmir, Turki, melewati hutan menuju wilayah di pinggir pantai untuk naik kapal yang akan membawa mereka ke Pulau Lesbos, Yunani.
Setelah melalui perjalanan empat hari di hutan, Yusra dan Sarah pun menumpang kapal bersama 18 pengungsi lainnya. Kapal yang membawa mereka seharusnya hanya berkapasitas 6 orang, namun dipaksakan menjadi 20 penumpang.
Lalu, di tengah laut, mesin kapal tiba-tiba mati. Dari 20 orang yang ada di kapal hanya Yusra, Sarah, dan dua pria yang bisa berenang. Mereka pun harus berjuang terjun ke dalam laut dan berenang di tengah derasnya arus untuk menolong agar kapal tidak tenggelam di lautan Mediterania.
ADVERTISEMENT
Setelah 3,5 jam berjibaku dengan lautan, Yusra dan Sarah akhirnya sampai ke daratan. Saat itu, kondisi keduanya dikabarkan sangat kelelahan dan hampir pingsan.
“Itu memilukan. Saya benar-benar harus menangis,” kata Yusra seperti dikutip dari situs resmi UNHCR.
Rupanya, perjuangan Yusra tidak berhenti sampai di situ. Setibanya di Pulau Lesbos, ia masih harus berjalan selama empat hari dan tidur di sebuah taman atau gereja. Selain itu, dua kakak-beradik ini juga harus menempuh perjalanan dari Yunani menuju Makedonia, Serbia, hingga Hungaria dengan jalan kaki, menumpang bus, bahkan berlari.
Perjalanan kakak-beradik ini kemudian berakhir ketika keduanya dapat keluar dari Hungaria melewati Austria dan sampai di Jerman. Di situlah Yusra dan Sarah ditampung di kamp pengungsian di Berlin, Jerman, dan berbagi tenda bersama dengan pengungsi lainnya.
ADVERTISEMENT
“Saat itu saya gembira. Saya lega telah berada di Jerman, memiliki saudara di samping saya, hanya itu yang saya inginkan,” kata Yusra saat diwawancarai New York Times.
Mendapat berbagai penghargaan
Setelah setahun menetap di Jerman, Yusra kabarnya bergabung dengan IOC Refugee Olympic Team sebagai atlet pengungsi asal Suriah. Menurut Today, saat itu Yusra sempat menuai sorotan karena menjadi anggota IOC Refugee Olympic Team pertama yang bertanding di Olimpiade Rio pada 2016. Selain itu, sosoknya juga menarik perhatian dunia karena memiliki kisah perjuangannya yang sangat inspiratif.
Pada tahun yang sama, Yusra dinobatkan sebagai salah satu dari 25 perempuan yang mengubah dunia oleh majalah People, selain itu juga dinobatkan sebagai salah satu dari 30 remaja paling berpengaruh oleh majalah Time. Setahun kemudian, tepatnya pada April 2017, Yusra ditunjuk menjadi Goodwill Ambassador termuda untuk UNHCR, atau Badan Pengungsi PBB.
ADVERTISEMENT