Korsel Darurat Kejahatan Seksual: Perempuan Demo Pemerintah, Minta Perlindungan

31 Agustus 2024 19:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan jadi korban kejahatan seksual online. Foto:  TheVisualsYouNeed/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan jadi korban kejahatan seksual online. Foto: TheVisualsYouNeed/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kasus pelecehan seksual terhadap perempuan yang melibatkan vokalis utama grup K-pop, NCT, Moon Taeil alias Taeil masih terus menjadi perbincangan. Sebagai buntut dari kasus ini, Taeil resmi dikeluarkan grup oleh agensi yang menaungi NCT, yakni SM Entertainment pada Rabu (28/8).
ADVERTISEMENT
Dalam keterangan resminya, SM Entertainment mengkonfirmasi bahwa Taeil terlibat kasus pelecehan seksual dan tengah menjalani proses hukum di kepolisian. Agensinya langsung bertindak tegas dengan mendepak sang idol dari grup yang diketuai Lee Taeyong itu.
Ladies, kasus yang melibatkan Taeil ini ternyata bukanlah satu-satunya kejahatan seksual yang sedang terjadi di Korsel. Pasalnya, kejahatan seksual online terhadap perempuan tengah menjadi keadaan darurat di Negeri Gingseng saat ini.
Dilansir Reuters, kejahatan seksual deepfake daring meningkat pesat di Korsel. Kepolisian setempat mengatakan bahwa ada 297 laporan kasus pelecehan online di awal tahun 2024. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya di angka 180 kasus.
Mengutip laman Human Right Watch, ratusan perempuan dewasa dan remaja Korsel menjadi korban pelecehan seksual melalui kiriman gambar dan video tidak senonoh yang dibagikan secara daring. Sebuah grup di dalam aplikasi yang membagikan konten seksual ini dilaporkan memiliki lebih dari 200 ribu anggota.
ADVERTISEMENT

Ratusan perempuan dan aktivis demo meminta perlindungan

Ratusan perempuan Korsel demo meminta perlindungan pemerintah dari kejahatan seksual deepfake daring. Foto: AFP/Antony Wallace
Maraknya kejahatan seksual online yang tak kunjung teratasi menimbulkan kemarahan bagi banyak perempuan di Korsel. Melansir Hankyoreh, ratusan perempuan melakukan demo besar-besaran di depan Stasiun Gangnam, Seoul, pada Kamis (29/8) untuk meminta perlindungan sekaligus menuntut pemerintah agar segera mengambil tindakan tegas atas kasus kejahatan seksual deepfake.
“Pemerintah harus melakukan investigasi menyeluruh untuk mengungkap kebenaran, menghukum pelaku, dan membuat tindakan pencegahan. Di generasi di mana media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, ada fakta bahwa mengambil dan berbagi gambar daring (berbau seksual) merupakan bentuk kejahatan yang merusak kehidupan orang lain,” begitu bunyi tuntutan para pendemo seperti dikutip dari Hankyoreh.
Seoul Women’s Association dan beberapa asosiasi lainnya juga telah membentuk koalisi mengecam kejahatan seksual deepfake ini. Mereka berencana mengadakan pertemuan setiap hari Jumat bersama para perempuan untuk turut menindaklanjuti kejahatan seks digital.
ADVERTISEMENT
Selain itu, beberapa lembaga seperti Korean Women’s Association United, Korea Response Center for Cyber Sexual Violence, dan Korea Sexual Violence Relief Center yang mengorganisasikan hak-hak perempuan juga menerbitkan pernyataan yang menyerukan kebijakan komprehensif yang tidak boleh diintimidasi oleh undang-undang dan kementerian yang mengintimidasi tetapi justru akan melindungi hak-hak masyarakat di dunia digital.
Mereka juga menyerukan agar anggaran Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga dipulihkan untuk mendukung dan mencegah kekerasan terhadap perempuan, penguatan investigasi polisi yang mempertimbangkan sifat dan tingkat keparahan kejahatan seks daring, serta menetapkan langkah-langkah regulasi untuk platform daring di tingkat Komisi Komunikasi Korea dan Standar Komunikasi Korea.