KTT W20 Digelar di Tepi Danau Toba, Berfokus pada 4 Isu Prioritas soal Perempuan

21 Juli 2022 14:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Co-Chair of W20, Dian Siswarini (kedua kiri) dan Chairwoman of W20 Hadriani Uli Silalahi (tengah) menghadiri W20 Summit di Tepi Danau Toba, Parapat, Simalungun, Sumut, pada Selasa (19/07/2022). Foto: W20
zoom-in-whitePerbesar
Co-Chair of W20, Dian Siswarini (kedua kiri) dan Chairwoman of W20 Hadriani Uli Silalahi (tengah) menghadiri W20 Summit di Tepi Danau Toba, Parapat, Simalungun, Sumut, pada Selasa (19/07/2022). Foto: W20
ADVERTISEMENT
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Women20 (W20) digelar di tepi Danau Toba, tepatnya di Parapat, Simalungun, Sumatera Utara. Konferensi yang berlangsung dari 19–21 Juli ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting serta delegasi dari negara-negara anggota W20.
ADVERTISEMENT
Pada Selasa (19/7), hari pertama berlangsungnya rangkaian KTT ini diawali dengan upacara pembukaan yang diselenggarakan di Hotel Niagara, Parapat. W20 pun menjadi engagement group G20 pertama yang menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi selama presidensi Indonesia. Dalam forum G20 sendiri, terdapat 10 engagement groups dalam jalur kerja Sherpa Track.
Nah, sesuai dengan nama dan semangat yang dijunjung tinggi, W20 berfokus pada empat isu prioritas perempuan. Mulai dari diskriminasi gender, inklusi ekonomi untuk perempuan, isu-isu kesehatan perempuan, serta pertumbuhan ekonomi inklusif bagi perempuan pedesaan dan disabilitas.
Di hari terakhir KTT, W20 akan menyerahkan Komunike atau surat resmi yang berisikan hasil diskusi selama beberapa bulan terakhir kepada Presiden RI Joko Widodo. Lewat komunike tersebut, diharapkan seluruh isu-isu prioritas dapat dibawa menjadi fokus dari G20 di bawah Presidensi Indonesia.
Chairwoman of W20, Hadriani Uli Silalahi. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
“Konferensi Tingkat Tinggi G20 menawarkan kesempatan yang penting untuk mengatasi isu-isu ketidaksetaraan gender dan juga untuk memastikan pemulihan ekonomi yang inklusif, dengan cara meletakkan peran perempuan di jantung upayanya,” ucap Chairwoman of W20, Hadriani Uli Silalahi, dalam kata sambutan berbahasa Inggris pada Selasa (19/7).
ADVERTISEMENT
“Dan kami, W20, memiliki kesempatan untuk memengaruhi perekonomian global untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif fender, yang mempromosikan perdamaian internasional yang melindungi perempuan dan anak perempuan.”

Empat isu prioritas KTT W20 Indonesia

Dalam kata sambutannya, Uli juga memaparkan lebih lanjut apa saja isu perempuan prioritas yang harus menjadi pertimbangan para pemimpin negara-negara anggota G20, demi menciptakan pemulihan dunia yang setara dan ramah gender. Apa saja?

1. Mendorong kesetaraan gender serta kesejahteraan perempuan

Co-Chair of W20, Dian Siswarini (kedua kiri) dan Chairwoman of W20 Hadriani Uli Silalahi (tengah) menghadiri W20 Summit di Tepi Danau Toba, Parapat, Simalungun, Sumut, pada Selasa (19/07/2022). Foto: W20
Dalam kata sambutannya, Uli menekankan bahwa ini menjadi isu prioritas yang harus menjadi fokus G20, karena perempuan hingga saat ini masih dihadapkan dengan perkara diskriminasi gender.
“Pertama, mendorong kesetaraan, keamanan, dan kesejahteraan perempuan. Di setiap negara di dunia, perempuan menghadapi diskriminasi gender, segregasi pekerjaan, dan risiko kekerasan di ranah privat dan publik. Jadi, bagaimana kita menghilangkan rintangan ini?” ucap Uli.
ADVERTISEMENT
Hal ini pun menjadi topik pada panel diskusi W20 yang berlangsung pada Selasa (19/7) siang. Pada panel ini, turut hadir delegasi-delegasi serta tamu penting seperti delegasi W20 Italia, Linda Laura; delegasi W20 India, Pam Rajput; delegasi W7 dan W20 Jerman, Juliane Rosin; hingga Deputi Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak (KemenPPPA) RI, Lenny Rosalin.

2. Memprioritaskan UMKM yang dipimpin oleh perempuan

Pembukaan W20 Summit di Tepi Danau Toba, Parapat, Simalungun, Sumatera Utara, pada Selasa (19/07/2022). Foto: Pemprov Sumut
Kedua, menurut Uli, G20 harus memprioritaskan kemampuan UMKM yang dipimpin oleh perempuan. Di perekonomian maju, UMKM yang dipimpin oleh perempuan berjumlah 38,6 persen dari total perusahaan, dan 31,7 persen di perekonomian rendah ke menengah.
“Kini, bagaimana kita memastikan bahwa kita mengatasi rintangan struktural dan hukum yang dihadapi UMKM pimpinan perempuan, sembari di waktu yang sama, meningkatkan akses perempuan ke sumber dana dan jejaring,” kata Uli.
ADVERTISEMENT
Topik ini dibahas dalam panel yang melibatkan delegasi W20 Amerika Serikat, Virginia Littlejohn; Delegasi W20 Uni Eropa Anne Ravanona; hingga Executive Director Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (ICBWE) Maya Juwita.

3. Mendorong respons kesehatan ramah gender

Sesi thematc discussion pada W20 Summit di Tepi Danau Toba, Parapat, Simalungun, Sumatera Utara, pada Selasa (19/07/2022). Foto: W20
Menurut Uli, ini menjadi isu yang sangat penting untuk diangkat di G20. Sebab, risiko kesehatan yang dihadapi perempuan berbeda dengan yang dialami laki-laki. Inilah mengapa diperlukan respons kesehatan yang juga berpihak pada perempuan.
“Perempuan memiliki peran penting dalam pelayanan kesehatan dan memastikan kesehatan dalam masyarakat dan keluarga. Oleh karena itu, memastikan pelayanan kesehatan yang setara dan terjangkau bagi perempuan dan anak perempuan, termasuk berinvestasi dalam inovasi yang berfokus pada kesehatan perempuan, sangatlah penting,” tegas Uli.
Isu ini pun turut dibahas dalam panel diskusi 1 yang berlangsung pada Selasa (19/7) sore, Ladies.
ADVERTISEMENT

4. Memberdayakan perempuan pedesaan dan perempuan disabilitas

Pembukaan W20 Summit di Tepi Danau Toba, Parapat, Simalungun, Sumatera Utara, pada Selasa (19/07/2022). Foto: Pemprov Sumut
Terakhir, isu prioritas yang sangat penting untuk diangkat menurut W20 adalah pemberdayaan perempuan pedesaan dan perempuan disabilitas. Menurut Uli, perempuan pedesaan memainkan peran penting dalam pertanian, nutrisi, ketahanan pangan, dan usaha-usaha pedesaan. Namun, masih banyak yang menghadapi berbagai perkara seperti kemiskinan hingga kerentanan terhadap konflik.
Sedangkan perempuan disabilitas saat ini masih sangat dikesampingkan, sehingga tidak bisa berperan sepenuhnya di tengah masyarakat. Padahal, jika diberdayakan, perempuan disabilitas juga mampu memiliki peran penting.
“Pimpinan G20 perlu membuat komitmen dalam memastikan investasi yang responsif gender untuk memperluas infrastruktur dasar, pelayanan kesehatan, dan pelayanan jasa di wilayah pedesaan, sehingga para perempuan bisa berpartisipasi dengan setara di dunia kerja dan membangun ketahanan mereka,” tegas Uli.
ADVERTISEMENT
Dalam mendiskusikan perihal pemberdayaan perempuan, panel diskusi 2 yang digelar pada Selasa (19/7) di Hotel Niagara ini mengundang sejumlah panelis seperti Delegasi W20 Afrika Selatan, Narnia Bohler-Muller; hingga CEO Tobatenun, Kerri Na Basaria Pandjaitan.