Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
Dari perempuan, untuk perempuan. Kurang lebih, itulah esensi dari buku 'Lalita: 51 Cerita Perempuan Hebat Indonesia' yang ditulis oleh Abigail Limuria dan Grace Kadiman.
ADVERTISEMENT
Abigail dan Grace adalah rekan satu kamar yang sama-sama bersekolah di Biola University, Los Angeles, Amerika Serikat. Berawal dari sebuah percakapan di tahun 2016, kedua perempuan asli Jakarta ini tertarik untuk membahas mengenai perempuan Indonesia secara lebih mendalam.
Dalam sesi konferensi pers buku 'Lalita' yang digelar di Plaza Indonesia, Jakarta, pada Kamis (8/8) pagi, Abigail bercerita bahwa ide untuk menulis buku ini muncul karena awalnya, mereka merasa tidak memiliki role model perempuan Indonesia.
"Karena kita bingung, kita enggak punya role model perempuan Indonesia. Kita mulai tanya ke teman-teman juga, 'lu role modelnya siapa?' Jawabannya kalau bukan orang luar negeri, biasanya enggak ada," tutur Abigail.
Berangkat dari pertanyaan ini, Abigail dan Grace pun mencari tahu lebih banyak mengenai perempuan-perempuan hebat di Indonesia. Meski akhirnya menemukan banyak informasi, mereka tidak menemukan buku yang mengemas informasi itu secara menarik.
ADVERTISEMENT
"Enggak ada satu buku yang mengumpulkan cerita-cerita itu dengan menarik supaya anak-anak mau baca. Ya, itulah awal dari Lalita," ujar Abigail.
Grace menuturkan, Lalita sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta yang artinya jelita, pandai berucap, senang bermain. Namun, Grace dan Abigail merasa, saat ini, makna dari kata 'jelita' sangat sempit.
Menurut Grace, kini kata jelita hanya dimaknai sebagai 'cantik'. Oleh karena itu, mereka ingin mendefinisikan ulang kata itu
"Kita ingin kasih tahu orang-orang bahwa perempuan-perempuan itu bukan cuma bisa cantik, tetapi mereka juga bisa pintar, tangguh, cerdas, tak terbatas," ungkapnya.
Dalam buku 'Lalita', para pembaca akan menemukan cerita mengenai 51 perempuan hebat di Indonesia, disertai gambar oleh 51 ilustrator yang berbeda pula.
ADVERTISEMENT
Ke-51 perempuan hebat ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Beberapa tokoh yang diangkat termasuk menteri Susi Pudjiastuti, Retno Marsudi, juga Sri Mulyani. Selain mereka, ada pula sosok-sosok perempuan muda yang baru mulai berkontribusi di bidangnya. Contohnya, Faye Simanjuntak yang bergerak di bidang anti-perdagangan anak, juga Isabel dan Melati Wijsen yang merupakan pendiri 'Bye Bye Plastic Bags'.
"Harapan kita adalah untuk berkontribusi ke generasi berikut. Kita mau anak-anak dari berbagai daerah di Indonesia juga merasa bahwa mereka dapat mencapai hal-hal yang hebat. Kita juga ingin mereka mendapat inspirasi (dari buku ini)," ujar Grace.
Dalam menyusun 'Lalita', Grace dan Abigail bukannya tidak menghadapi kendala. Terutama, karena keduanya masih berstatus mahasiswa dan bukan penulis profesional. Rencana mereka sempat terhambat karena tidak memiliki koneksi menuju narasumber yang diinginkan.
ADVERTISEMENT
Beruntungnya, Abigail dan Grace akhirnya dipertemukan dengan narasumber yang rendah hati dan tidak ragu membagikan ceritanya. Tak cuma itu, mereka juga mendapatkan bantuan dari narasumber yang diwawancarai.
Misalnya, Butet Manurung, pendiri Sokola Rimba. Setelah diwawancarai oleh Grace dan Abigail, Butet membantu kedua gadis itu untuk terhubung dengan narasumber yang lain.
Butet sendiri memang menaruh harapan kepada buku ini. Dia berharap agar buku itu bisa diakses oleh semua perempuan di seluruh Indonesia. Dia juga berharap agar buku ini bisa diterjemahkan ke bahasa Inggris.
"Saya berharap, semua perempuan Indonesia, terutama anak-anak perempuan, enggak ada yang enggak bisa mengakses buku ini," ungkap Butet.
Buku 'Lalita' sendiri baru akan diluncurkan pada Jumat (9/8) dan dipasarkan dengan harga Rp 150 ribu. Bersamaan dengan itu, Grace dan Abigail juga akan melangsungkan talkshow bersama beberapa narasumber dari buku 'Lalita' secara gratis selama 9-11 Agustus 2019 di Plaza Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tertarik membaca 'Lalita'?