Latte Factor, Pengeluaran Kecil yang Bikin Kantong Kering

15 November 2019 8:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masalah keuangan, Latte Factor. Foto: Eugene Chystiakov/ Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Masalah keuangan, Latte Factor. Foto: Eugene Chystiakov/ Unsplash
ADVERTISEMENT
Ladies, sebagian besar dari Anda tentu sering merasa uang tiba-tiba habis tapi tak tahu larinya kemana. Baru gajian, lalu masuk pertengahan bulan saldo ATM sudah berkurang lebih dari setengah. Barang idaman tak terbeli, tapi kartu kredit terpaksa harus terpakai lagi.
ADVERTISEMENT
Jika Anda pernah berada dalam situasi itu, maka sebaiknya Anda lebih berhati-hati dalam mengatur keuangan sebab itu tandanya Anda sedang terjebak dalam siklus Latte Factor.
Bukan, Latte Factor bukan sejenis penyakit yang disebabkan oleh kopi, melainkan sebuah istilah keuangan yang menggambarkan pengeluaran kecil yang jika dilakukan secara terus-menerus bisa membuat pengeluaran kita membengkak tiap bulannya.
Istilah tersebut dicetuskan oleh David Bach, seorang financial planner sekaligus penulis buku The Latte Factor asal Amerika Serikat. Mengapa dianalogikan dengan kopi? Sebab menurut David Bach, kopi merupakan salah satu bentuk pengeluaran kecil yang jika dilakukan setiap hari jumlah akumulasinya dalam satu bulan bisa seharga sebuah sepatu hak tinggi.
Ilustrasi keuangan. Foto: dok. Mastercard
Misalnya setiap hari Anda membeli kopi yang kira-kira harga satuannya Rp 30 ribuan, lalu harga tersebut dikali 30 hari. Berarti uang yang Anda habiskan untuk membeli kopi dalam satu bulan adalah sekitar Rp 900 ribuan. Sebuah harga yang sama dengan satu pasang high-heels dari ZARA yang notabene bisa dipakai berulang kali ketimbang kopi yang sekali minum langsung habis.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya Latte Factor tak hanya berlaku untuk pembelian kopi saja, tetapi juga pada pembelian barang lain seperti camilan, air mineral kemasan, membeli lipstik meski sudah punya lebih banyak, belanja skin care karena diskon, hingga biaya transfer antar bank.
Pada dasarnya, keuangan kita setiap harinya itu dibagi menjadi dua kategori, yaitu pengeluaran besar dan kecil. Tentunya kita lebih mudah memantau pengeluaran besar ketimbang yang kecil sebab sekali keluar uang dalam jumlah yang tidak sedikit dampaknya langsung terasa.
Ilustrasi pengeluaran kecil. Foto: Unsplash
Sedangkan untuk pengeluaran kecil, karena jumlahnya yang tak seberapa kita justru abai dan jarang sekali mengontrolnya. Dalih ‘Ah ya sudah tidak apa-apa, cuma Rp 5000’ atau ‘Wah lucu, murah lagi, beli deh’ seringkali membuat kita impulsif dan membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan dari Forbes, jika kita terjebak dalam siklus Latte Factor, itu tandanya kita telah menghabiskan uang untuk hal-hal yang hanya membuat kita bahagia sesaat. Dan sebenarnya kita bisa mencegahnya dengan mudah untuk menyelamatkan keuangan. Salah satu caranya adalah dengan membuat budget pengeluaran khusus untuk jajan. Setelah itu, kita harus berkomitmen jika uang jajan sudah habis, maka kita harus berhemat dan tidak menghalalkan segala cara hanya untuk memenuhi hasrat impulsif.
Latte Factor ajarkan kita hargai uang sekecil apapun jumlahnya
Ilustrasi keuangan.. Foto: Shutterstock
Tak hanya membantu Anda menyadari bahwa pengeluaran sekecil apapun bisa berdampak besar pada keuangan jika dilakukan setiap hari, Latte Factor juga mengajarkan kita untuk lebih menghargai uang meski jumlahnya sedikit sekalipun.
ADVERTISEMENT
Melansir Forbes, kita memang memiliki kecenderungan membelanjakan uang untuk kebutuhan dan kadang kita membelanjakan uang demi memenuhi keinginan semata. Namun jika kita bisa menahan diri untuk tidak terus-menerus menuruti keinginan, kita bisa lebih berhemat dan menabung untuk mencapai kesejahteraan keuangan.
Nah Ladies, coba cermati lagi pola pengeluaran Anda sehari-hari. Sudah berapa lama terjebak dalam kondisi Latte Factor?