COVER 7 Perempuan - DOVE

Lawan Stereotip Kecantikan Rambut, Ini Cara 7 Perempuan Ekspresikan Diri

10 Desember 2020 10:53 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
7 Perempuan melawan stereotip kecantikan rambut. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
7 Perempuan melawan stereotip kecantikan rambut. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Rambut memang menjadi salah satu aspek yang penting dalam penampilan seseorang, terutama bagi perempuan. Namun karena rambut pula, timbul stereotip tersendiri yang ditujukan kepada perempuan hanya karena pilihan gaya atau bentuk rambutnya.
ADVERTISEMENT
Contoh stereotip yang sering didengar di antaranya adalah; perempuan berambut pendek dianggap tomboy, atau perempuan yang rambutnya diwarnai dianggap tak profesional. Memang tak bisa ditampik, stereotip tersebut banyak dialami perempuan sehingga kadang membuat mereka jadi ragu untuk berekspresi. Namun sebenarnya, stereotip bisa dilawan dengan bijak, asalkan kita lebih berani percaya diri.
kumparanWOMAN berbicara dengan tujuh orang perempuan dari latar belakang berbeda yang bersedia untuk menceritakan tentang stereotip yang sering mereka terima tentang rambut, serta bagaimana cara mereka membangun kepercayaan diri dengan bentuk rambut yang dimilikinya. Seperti apa cerita mereka? Simak selengkapnya berikut ini.

1. Agnes Oryza, 28 tahun, Beauty Blogger

“Rambut keriting tebal disebut mirip sarang lebah”

Beauty blogger Agnes Oryza. Foto: Dok. Instagram/@agnesoryza
Sejak kecil aku sering dapat stereotip aneh tentang rambutku yang keriting ini. Sering dikatain mirip semak-semak lah, sarang lebah lah, ada yang bilang aku nggak urusin rambut karena rambutnya ngembang dan bentuknya kurang teratur. Padahal dulu kan memang belum tahu cara styling-nya. Makanya orang-orang bilang, "udahlah lurusin aja rambutnya biar lebih rapi, lebih cantik".
ADVERTISEMENT
Dulu aku sempat terpengaruh pendapat dan kata orang lain. Sampai pada titik aku merasa lelah bolak-balik ke salon, tapi tetap merasa insecure dengan hasilnya. Akhirnya aku memutuskan untuk ikuti kata hatiku saja, aku lebih nyaman dengan rambut keriting walaupun masa transisinya tidak semudah yang dibayangkan.
Lagipula, punya rambut keriting masih bisa banget di-styling. Aku paling sering pakai bandana atau diikat seperti high ponytail, atau dikepang kecil-kecil. Karena buatku, beda gaya rambut bisa bikin mood berbeda juga. Akhir-akhir ini aku lagi suka gaya rambut half ponytail ala Ariana Grande. Styling rambut seperti ini bikin mood aku lebih playful dan ceria.

2. Kania Dachlan, 28 tahun, Beauty Creator

“Sempat malu warnai rambut ungu”

Beauty influencer Kania Dachlan dengan rambut warna ungu. Foto: Dok. Instagram/kaniadachlan
Aku sering dengar ada stereotip bahwa perempuan yang rambutnya diwarnai pirang atau warna-warni kesannya nakal. Karena itu aku sempat merasa takut di-judge sama orang-orang ketika aku cat rambutku jadi warna ungu. Saking ngga nyaman, akhirnya baru tiga hari cat rambut, aku warnai lagi rambutku jadi dark brown biar kelihatan lebih sopan.
ADVERTISEMENT
Tapi sesungguhnya ngecat rambut warna-warni adalah wujud ekspresi diri yang dari dulu ingin aku coba, setidaknya sekali seumur hidup. Jadi belum lama ini, aku kembali memberanikan diri untuk warnain rambut jadi warna ungu. Untungnya keluarga dan orang-orang terdekatku tidak mempermasalahkan, lagi pula menurutku ini bagian dari self-love, dan yang paling penting aku percaya diri dengan gaya rambut yang aku pilih.

3. Aldisa Sakatanya, 29 tahun, Karyawan Swasta -

“Dikira selalu blow rambut setiap hari karena rambut ikal”

Aldisa Sakatanya dengan rambut ikal mengembang. Foto: Dok. Istimewa
Rambutku panjangnya di bawah bahu dan memang ikal di bagian bawahnya. Warna asli rambutku juga tidak hitam pekat, tapi lebih kecoklatan. Karena itu, orang-orang selalu bilang, "lo nge-blow setiap hari ya?", "lo di curly ya?" atau "rambut lo di cat ya?". Padahal kondisi rambutku sekarang sedang tidak dicat, terus aku juga paling malas nge-blow rambut. Biasanya kalau habis keramas langsung keringkan rambut, terus diikat cepol, sehingga malah semakin keriting.
ADVERTISEMENT
Agak kesal sih dikomentari seperti itu, kesannya aku centil banget setiap hari kalau mau pergi harus nge-blow. Tapi walau orang-orang suka komentarin dan nyinyir dengan cara aku styling rambut, aku berusaha tidak memperdulikan kata mereka karena mereka nggak ikutan ngerawat rambutku.
Aku punya prinsip, nggak usah dengerin apa kata orang tentang gaya rambut kita. Kalau kita percaya diri, pasti tetap akan kelihatan bagus di mata orang-orang. Apapun jenis rambut kamu, mau ikal, lurus, gimbal sekalipun, jangan lupa untuk tetap dirawat biar tetap sehat. Buat yang punya rambut rontok kaya aku, tenang aja. Nanti akan tumbuh rambut baru selama kamu sabar dan tetap rajin merawat rambut.

4. Sheila Octavia, 27 tahun, Desainer Grafis -

“Banyak yang bilang rambut yang sering diwarnai jadi gampang rontok”

Sheila Octavia, Desainer grafid yang hobi warnai rambut dengan warna pink. dok. Istimewa
Rambutku tebal dan megar, paling susah dikeriting pakai curling iron, nggak sampai 30 menit langsung hilang efek keritingnya. Selain itu aku juga suka mewarnai rambut dengan warna pink. Berhubung aku bukan tipikal orang yang koleksinya serba pink, jadi kecintaanku terhadap warna pink aku wujudkan melalui warna rambut.
ADVERTISEMENT
Karena aku sering warnain rambut, banyak yang anggap kalau rambut diwarnain itu pasti rontok dan patah-patah karena sering di-bleaching dan kena bahan kimia (cat rambut). Ada juga yang bilang kalau rambut diwarnai pasti harus punya bujet besar karena sering perawatan ke salon.
Tapi aku sebetulnya nggak sering ke salon. Sekarang membiasakan diri perawatan sendiri di rumah, setiap keramas wajib pakai conditioner, masker dan vitamin rambut.
Sejauh ini, aku nggak terlalu pikirin apa kata orang tentang rambutku yang warna-warni ini. Memang setiap mewarnai rambut, aku selalu pilih warna pink karena ini warna favoritku. Rasanya warna pink ini aku banget dan setiap habis diwarnai jadi jauh lebih percaya diri. Aku berharap semua perempuan juga bisa begitu, pede aja kalau mau mewarnai rambut, ngga usah dengerin kata orang.
ADVERTISEMENT

5. Ireene Tan, 28, Model Plus Size

“Sering dikomentari karena warnai rambut”

Model Plus Size Renee Tan dengan rambut warna kecokelatan. Foto: Dok. Istimewa
Dari dulu aku memang senang mewarnai rambut karena sebagai model plus size, aku harus rajin mencoba gaya baru. Ngecat rambut juga bikin aku lebih fresh dan tambah semangat. Tapi, ibuku dan teman-teman dekat suka komentar ketika aku mewarnai rambut. Terutama ibuku, suka nggak izinin kalau aku cat warna blonde atau terang, karena katanya warnanya aneh.
Teman-temanku juga sama, suka komentar kalau rambutku warnanya terlalu terang kelihatannya gak cocok. Iya, aku dulu pernah cat ash-blonde. Sudah bayar mahal-mahal tapi ternyata cuma bagus satu minggu saja, habis itu warnanya jadi oranye dan cepat luntur.
Apakah aku kapok? Nggak dong. Dulu aku pernah dibilang bahwa warna rambut aku terlalu terang sehingga kelihatan 'alay', tapi aku masih akan tetap warnai rambut. Sampai sekarang pun, aku masih rajin warnain rambut, tapi warna natural gitu seperti dark brown. Biasanya aku warnai rambut sekitar empat bulan sekali. Jadi jangan takut untuk warnai rambut, karena sebetulnya itu kan bagian dari self-love dan cara kita mengekspresikan diri juga.
ADVERTISEMENT

6. Dhany Soehartono, 32 tahun, Content Manager

“Tampil nyentrik karena rambut setengah plontos”

Dhany Soehartono dengan potongan rambut pixie cut. Foto: Dok. Istimewa
Dibanding teman-teman perempuan lainnya, aku lebih suka punya rambut pendek. Terus, bagian bawahnya di-skin, jadi setengah plontos. Model rambut ini sangat menolong sekali, rambut lebih cepat kering setelah keramas dan irit sampo. Alasan lain dari gaya rambutku yang tidak mainstream ini karena rambutku super tebal dan sangat bervolume, jadi dengan gaya seperti ini, styling-nya cukup praktis.
Lagipula, aku juga suka penasaran dengan berbagai gaya rambut. Kira-kira gaya rambut ini cocok nggak ya di aku? Makanya aku coba lakukan, bukan karena ingin dibilang edgy.
Untungnya nggak ada yang komentarin rambutku, karena di lingkunganku sangat suportif. Mereka tidak mempermasalahkan rambutku seperti apa, yang penting aku percaya diri dan bahagia dengan hidupku.
ADVERTISEMENT

7. Steffi Santa, 30 tahun, Content Creator -

“Disuruh panjangin rambut biar cepat dapat pacar”

Content Creator Steffi Santa Foto: Dok. Istimewa
Dulu pernah ada yang bilang katanya aku bisa cepat dapat pacar kalau rambutku panjang. Memang, dulu saat awal kuliah rambutku panjang dan sempat dikeriting, tapi jadi rontok. Terus di semester akhir, aku merasa potongan rambut pendek (bob) lebih mewakilkan kepribadianku.
Di saat teman-temanku lagi suka rambut yang panjang dan wavy mengembang, aku akhirnya memilih untuk potong rambut pendek seperti Alexa Chung. Model rambut itu lumayan bertahan sampai aku kerja, pokoknya rambutku paling panjang sebahu saja.
Akhirnya karena pekerjaan sekarang, aku jadi sering eksplor gaya rambut yang lebih cocok denganku. Karena, kepribadian seseorang kan bisa berubah, ya. Jadi aku ganti gaya rambut memang karena aku suka dan cocok dengan kepribadianku saat ini, bukan karena orang-orang bilang rambutku lebih bagus kalau modelnya seperti ini-itu.
ADVERTISEMENT
---
Disclaimer: Artikel ini merupakan kerjasama kumparanWOMAN dengan DOVE untuk kampanye Rambut Aku Kata Aku. Untuk cerita menarik lainnya seputar isu ini, kunjungi topik Ragam Kecantikan Perempuan Indonesia
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten