Lily Collins Berbagi Pengalaman Terjerumus Toxic Relationship

15 Februari 2023 18:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lily Collins tiba untuk menghadiri 2nd Annual Academy Museum Gala Foto: Valeri Macon/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Lily Collins tiba untuk menghadiri 2nd Annual Academy Museum Gala Foto: Valeri Macon/AFP
ADVERTISEMENT
Lily Collins ternyata pernah terjerumus dalam toxic relationship, lho, Ladies. Pemeran Emily Cooper di serial Emily in Paris ini membagikan pengalaman tak menyenangkannya tersebut dalam salah satu episode podcast We Can Do Hard Things yang dipandu Glennon Doyle.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Pop Sugar, tanpa menyebutkan nama sang mantan kekasih, Lily mengungkap bahwa dirinya mengalami kekerasan verbal dan emosional dalam hubungan asmara saat ia masih berusia 20-an tahun.
Pria tersebut, menurut Lily, membuatnya merasa tersudutkan. Ucapan sang mantan kekasih juga menyebabkan ia mengalami eating disorder atau gangguan makan.
Gaya rambut baru Lily Collins, berponi untuk Emily In Paris Season 3. Foto: Instagram/@lilyjcollins
“Dia memanggilku ‘Little Lily’. ‘Kamu harus jadi Little Lily.’ Dan dia menggunakan kata-kata buruk untuk menyebutku, dalam kaitannya dengan apa yang kukenakan, dan dia bisa memanggilku pelacur,” tutur Lily Collins.
Kata-kata mantan kekasihnya itu terasa meremehkan bagi Lily dan membuatnya merasa tak menjadi diri sendiri. Ia juga menjadi cukup pendiam dan nyaman dalam sunyi, serta menganggap dirinya harus kurus demi merasa sangat aman.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, setelah hubungan yang toxic tersebut berakhir, Lily mencari bantuan profesional dan menjalani terapi. Saat itulah ia memahami, dengan membuat dirinya sekurus mungkin melalui eating disorder, itu menjadi mekanisme pertahanan ego untuk melindunginya dari perlakuan buruk sang mantan kekasih.
Gaya rambut baru Lily Collins, berponi untuk Emily In Paris Season 3. Foto: Instagram/@lilyjcollins
Kini, Lily telah menikah dan berbahagia bersama sang suami. Hanya saja, meski sudah berada dalam hubungan yang sehat, pada saat-saat tertentu, ia masih teringat atau ter-trigger dengan pengalaman pahitnya di masa lampau.
“Ususmu bereaksi, jantungmu mulai berdebar, dan tiba-tiba kamu dibawa kembali ke momen ketika dia mengatakan hal itu sepuluh tahun lalu, tapi kamu tak lagi ada dalam situasi tersebut dan itulah pemicunya dan itu terasa sangat berat. Itu menyebalkan,” ujar Lily, menggambarkan kondisinya setiap kali ingatan masa lalu terkait toxic relationship tersebut mengganggunya.
ADVERTISEMENT
Walau ingatan buruk itu masih muncul, Lily mengaku dirinya merasa tak pernah senyaman ini saat berada dalam hubungan percintaan.
“Sekarang, di hidupku, aku memiliki suami yang luar biasa dan suportif, kami berkomunikasi dan banyak membicarakan hal itu,” pungkas Lily.
Lily Collins menikah dengan Charlie McDowell. Foto: Instagram @lilyjcollins

Banyak perempuan terjerumus dalam toxic relationship

Pengalaman buruk Lily Collins tersebut sangat familiar bagi banyak orang yang pernah terjerumus dalam toxic relationship. Mayo Clinic melansir, kekerasan emosional dapat melibatkan paksaan, ancaman, hingga hinaan yang mengendalikan serta membuat korban percaya bahwa mereka pantas menerimanya.
Lebih lanjut, berdasarkan informasi yang dipublikasikan di National Library of Medicine, 40 persen perempuan dilaporkan memiliki pengalaman dengan expressive aggression; kemarahan atau tindakan kasar yang agresif dalam hubungan asmara. Sementara itu, 41 persen perempuan punya pengalaman menghadapi coercive control atau paksaan untuk berada dalam situasi yang tidak mengenakkan.
ADVERTISEMENT
Seperti pengalaman Lily Collins, pemulihan dari pengalaman terjerat toxic relationship memang tidak bersifat linier dan membutuhkan banyak upaya. Namun, menjadi pulih bukanlah hal yang tak mungkin.
Jadi, Ladies, jika kamu merasa tengah berada dalam toxic relationship, berusahalah untuk menyudahinya. Dalam proses memulihkan diri setelahnya, kamu bisa meminta bantuan orang-orang terdekat yang bisa dipercaya dan, apabila dibutuhkan, carilah bantuan profesional.