Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8

ADVERTISEMENT
Seperti halnya New York, pekan mode London semakin ramping dengan absennya nama besar seperti JW Anderson dan Molly Goddard. Tak seperti Milan dan Paris yang berisi nama-nama besar secara bisnis, London Fashion Week lebih dikenal dengan keberanian talenta-talenta yang tak selalu diikuti dengan dukungan dana yang besar. Cakupan media jauh lebih kecil dibandingkan pekan mode lainnya.
ADVERTISEMENT
Tak heran jika kita melihat bintang-bintang film berjalan di atas catwalk untuk mendongkrak publikasi. Meski demikian, London tetaplah London, perlawanan talentanya patut untuk dinantikan. Berikut lima yang terbaik dari London Fashion Week 2025/2026:
Suara Papan Atas Burberry
Di Inggris, pedesaan mudah diasosiasikan dengan keningratan dan papan atas. Keberadaan tuan tanah membuat gaya hidup pedesaan Inggris memiliki ciri khas tersendiri. Apa yang dikenakan saat berkunjung ke rumah-rumah milik bangsawan?
Burberry menjawab pertanyaan ini di peragaan musim gugur/dinginnya. Bintang Richard E. Grant, Lesley Manville, Jason Isaacs yang sering berperan sebagai priyayi dan film maupun serial didapuk sebagai model, mengentalkan atmosfer.
Mantel hujan, boot setinggi lutut, kerudung rambut, payung dan motif wol kotak-kotak mengantisipasi cuaca luar. Sedang setelan jacquard beludru dan gaun bekerlip cocok untuk petang hari bersama gin tonik. Direktur kreatif Daniel Lee membawa desainnya keluar dari hiruk-pikuk London, koleksi ini untuk mereka yang berjalan-jalan di cantiknya pedesaan Inggris, jika beruntung, dengan seekor labrador yang setia menemani.
ADVERTISEMENT
Masa Kanak-Kanak Simone Rocha
Di dunia Simone Rocha, tak ada batas antara masa kanak-kanak dan dewasa ketika bicara tentang estitika berdandan. Ingatan kecil seringkali dibawanya dalam menciptakan karya.
Adalah fabel ciptaan Aesop, pendongeng asal Yunani sebelum masehi, The Tortoise And The Hare yang menjadi sumber inspirasinya kali ini. Tak tanggung-tanggung, bulu-bulu menjadi pusat perhatian koleksinya.
Alih-alih membawa tas, model-model berjalan dengan menggendong boneka terwelu. Bulu juga muncul di mana-mana: kemben, syal raksasa, ikat pinggang, setelan, dan selendang.
Patung kura-kura muncul di genggaman model, melambangkan semangat Rocha, ‘perlahan tapi pasti memenangkan perlombaan’.
Pita-pita yang menjuntai hadir tak hanya sebagai detail, namun menu utama pada gaun-gaun dan setelan. Jubah dan jaket kulit, denim dan taffeta berpadu apik dengan corak bunga dan sifon yang manis.
ADVERTISEMENT
Pernyataan Seni Erdem
“Seperti lukisan, feminin, dan berani,” begitu Erdem Moralioglu mendeskripsikan koleksi musim gugur/dingin 2025. Ia bekerja sama dengan seniman kontemporer Inggris Kaye Donachie, yang juga lulusan Royal College of Art, London, menyulap goresan impresionisnya ke dalam rangkaian gaun panjang.
Bunga dan wajah perempuan warna-warna biru pucat yang kabur seperti layaknya lukisan cat air tercetak ke dalam kain organza tipis, sulaman, dan berbagai dekorasi.
Kontras dengan lukisan yang terasa feminin, Erdem menyandingkannya dengan jubah-jubah bersiluet kepompong. Berbagai payet dan rumbai lalu bermunculan, bunga tiga dimensi, jubah kulit dan sweater bahan wol meramaikan panggung.
Drama Skulptural Harris Reed dan Label Toga
Bintang Inggris yang tengah naik daun, Florence Pugh membuka peragaan Harris Reed dengan monolog seorang peramal yang teatrikal. Mengenakan gaun korset struktural dan kerudung, ia menyiarkan semangat keberanian dan tekad.
ADVERTISEMENT
Desainer Harris Reed kembali mengetengahkan koleksi yang mencirikan desainnya, bentuk skulptural yang dramatik. Seperti bra emas berbentuk bulu babi, rok gelembung raksasa dengan bra berantena, dan gaun mini asimetris dengan kerah menjulang ke langit.
Sementara label Toga karya desainer asal Jepang, Yasuko Furuta memanjakan pengikut setianya dengan siluet kaku arsitektural yang bertemu jahitan tradisional Inggris, Savile Row.
Setelan klasik dasi kupu-kupu dibelokkannya ke dalam atasan putih berkerah asimetris dengan padanan celana gombrong bervolume untuk wanita dan rok pensil panjang untuk prianya. Desainer yang mencipta tanpa batasan gender ini mendobrak pakem dengan drama yang kalem tapi mencekam.