Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Maybelline Ajak Gen Z Lawan Masalah Kesehatan Mental Lewat Misi Brave Together
21 Oktober 2024 12:32 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Nah, dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia yang jatuh pada 10 Oktober 2024, Maybelline berkolaborasi dengan kumparanWOMAN dengan menggelar acara bertajuk “Brave Together Hadapi Isu Depresi & Anxiety” yang diselenggarakan di Universitas Prasetiya Mulya, BSD, pada Kamis (17/10).
“Maybelline New York kembali meneguhkan komitmennya dalam membangun awareness tentang pentingnya menjaga kesehatan mental, menggandeng Naomi Osaka dengan kisah inspiratifnya untuk mengutamakan kesehatan mental. Tahun ini kami membawa Brave Together dan memberikan pelatihan kepada mahasiswa di Universitas Prasetiya Mulya tentang cara menjadi pendengar yang baik atau yang kita kenal sebagai Brave Talk,” ujar Senior Brand Experience & Community Manager, Maybelline Indonesia, Quincy Wongso.
Sebelumnya, kumparanWOMAN juga telah melah melakukan polling seputar isu kesehatan mental secara daring yang hasilnya, 95,4 persen Gen Z setuju bahwa menjaga kesehatan mental merupakan salah satu hal penting di dalam kehidupan. Selain itu, sebanyak 39,4 persen dari mereka juga merasakan ketakutan akan kehilangan dan 50,8 persennya mengalami kecemasan akan masa depan.
ADVERTISEMENT
Tak sampai di sana, kehadiran media sosial yang masif juga memengaruhi 34,4 persen kesehatan mental Gen Z, terutama saat melihat pencapaian orang lain di internet. Dari polling ini juga ditemukan bahwa bercerita dengan sahabat masih menjadi opsi utama dari 59,7 persen Gen Z saat merasa tidak baik-baik saja. Sayangnya, masih sedikit dari mereka yang meminta bantuan ke psikolog.
Hasil polling ini dipaparkan langsung oleh Pemimpin Redaksi kumparanWOMAN, Fitria Sofyani di sesi yang sama.
"Sebenarnya perempuan di zama ini lebih rentan terkena isu kesehatan mental. Jadi yang penting itu sebenarnya recognize, ketika kita punya problem kena mental, kita mengakui dan terbuka lalu mencari pertolongan, sehingga kita bisa menemukan akar masalahnya dan mengatasinya, lalu teman-teman bisa menghadapi masa depan dan mencapai apa pun yang diinginkan dalam hidup," imbuh Fitria.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, sebagai perwakilan dari Gen Z, Malaikha Kridaman, seorang beauty influencer dan mental health advocate yang juga berprofesi sebagai jurnalis mengungkapkan bahwa bertransisi dari mahasiswa menjadi perempuan karier menjadi salah satu sumber kecemasannya. Kendati demikian, Malaikha menunjukkan bahwa ia bisa melewati semua tantangan itu sambil menjaga kesehatan mentalnya.
“Aku sendiri baru mulai bekerja sebagai jurnalis yang dihadapkan dengan berbagai tantangan untuk beradaptasi di lingkup kerja, mengejar deadline, hingga networking yang nggak jarang membuatku overwhelmed dan cemas. Untuk menjaga kesehatan mental, aku suka curhat ke sahabat dan ibuku, aku juga tak segan untuk konseling ke psikolog,” ujar Malaikha.
Maybelline berikan konseling gratis dan edukasi
Dalam menyukseskan misi Brave Together, Maybelline menggandeng KALM, sebuah platform konseling berbasis online untuk memberikan akses bantuan kepada mereka yang membutuhkan ruang untuk bercerita dan berjuang melawan kesehatan mental seperti kecemasan hingga depresi. Maybelline dan KALM sudah memberikan sesi konseling gratis kepada lebih dari 70 ribu orang hingga saat ini lewat Brave Together.
ADVERTISEMENT
Selain konseling gratis, Maybelline dan KALM juga memperkenalkan program Brave Talk, yaitu gerakan untuk membantu setiap orang agar bisa menjadi pendengar yang baik bagi teman-teman mereka.
Ada lima langkah BRAVE Talk yang diajarkan Maybelline dan KALM. Pertama, beri perhatian penuh dengan bersikap peka dan memperhatikan kondisi teman sekitar. Kedua, ruang dan waktu harus tepat dengan memastikan situasi dan kondisi mendukung untuk mendengarkan cerita. Ketiga, ajukan pertanyaan dengan menanyakan kondisi mereka agar lebih memahami apa yang sedang dialami. Keempat, validasi perasaan dengan menerima perasaan mereka sehingga mereka bisa merasa didengar. Kelima, eksplorasi bantuan profesional dengan mengarahkan teman untuk berkonsultasi ke ahli yang kompeten.