Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Melek Kesehatan Mental, Deece Dewayani Lebih Tenang Usai Jalani Slow Living
10 Oktober 2024 11:30 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Dewasa ini kesehatan mental menjadi salah satu kekhawatiran banyak perempuan . Pasalnya, masalah kesehatan mental ini bisa dipicu oleh berbagai hal, mulai dari karier, masalah finansial, hingga hubungan sosial di lingkungan.
ADVERTISEMENT
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lingkungan kerja yang buruk termasuk adanya diskriminasi, ketidaksetaraan, beban kerja yang berlebihan, kontrol pekerjaan yang rendah, hingga ketidakamanan pekerjaan dapat menimbulkan masalah kesehatan mental bagi pekerja.
Terkadang memaksakan diri di dalam pekerjaan juga dapat menimbulkan stres hingga burnout yang akhirnya memengaruhi kesejahteraan mental kita. Seperti yang dialami oleh Deece Dewayani. Selama 20 tahun ia menjalani kehidupan sempurna sebagai public relation di perusahaan fashion ternama. Namun ia tak menyadari bahwa kondisi fisik dan mentalnya kian terkuras.
“Dulu sih rasanya I am living my best life, kerja jadi fashion PR sebenarnya dream job banget. Cuma along the way, rasanya ada something missing yang eventually jatuhnya aku sakit ke badan, sampai mungkin akhirnya suppress,” tutur Deece saat berbincang dengan kumparanWOMAN di program Ladies Talk untuk memperingati World Mental Health Day 2024.
Dalam perjalanannya untuk menemukan kembali ketenangan hidup, Deece datang ke beberapa dokter di dalam dan luar negeri namun tak pernah mendapatkan diagnosis karena secara medis ternyata kondisi fisiknya baik-baik saja. Sampai akhirnya ia mencoba olahraga yoga dan diving yang mampu menjadi obat baginya.
ADVERTISEMENT
Selama rutin melakukan melakukan yoga, Deece mengaku mendapatkan ketenangan batin yang tidak pernah bisa dirasakan sebelumnya. Aktivitas holistik ini juga membuat dia sadar bahwa ternyata menjalani kehidupan yang bahagia dengan karier yang sempurna membutuhkan titik jeda.
“Badannya kasih tahu kalau ada yang salah cuma aku nggak tahu apa yang salah. Kayak mungkin kasih tahu untuk slowing down, at that period of time yang aku butuhin itu jeda dulu, bukan cuma istirahat tubuhnya, tapi pikirannya (juga),” imbuh Deece.
Deece terus bertumbuh dengan cara menghargai diri sendiri
Setelah selesai dengan perjalanannya sebagai pekerja kantoran dan penyembuhan diri, kini Deece pun lebih fokus terhadap praktik holistik sebagai Sound Healing Facilitator. Menurutnya, praktik ini merupakan bagian dari deep listening exercise di mana seseorang belajar untuk mendengarkan agar terkoneksi dengan tubuhnya sendiri. Dari sound healing Deece juga akhirnya belajar untuk lebih menghargai dan sayang kepada diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Meski mengaku ambisi kian pudar, tapi Deece berusaha untuk terus bertumbuh salah satunya dengan melakukan banyak hal baik buat diri sendiri tanpa khawatir akan komentar negatif orang lain. Di periode ini Deece lebih nyaman menjalani kehidupan sesuai dengan pelan sambil ‘belajar’ setiap harinya. Pasalnya –sebagai fasilitator– ia mengaku banyak menemukan orang yang justru terlalu memaksakan diri hingga tidak sadar bahwa mereka memiliki sesuatu di dalam diri yang sebenarnya perlu ditata ulang.
“We don’t know that we don’t know, rasanya baik-baik aja bisa jadi karena maunya yang aman. Tapi deeper layer kan rasanya nggak uncomfortable, tapi nggak sadar bahwa there is something going on yang perlu diberesin,” kata Deece.
Setiap kesembuhan dari masalah kesehatan mental sebenarnya datang dari diri sendiri. Karenanya, sangat penting untuk berkaca, lalu melihat, kemudian menyadari bahwa ada hal di dalam diri yang sebenarnya perlu dibenahi. Deece juga bilang bahwa manusia lahir dengan segala kualitas baik dan buruk yang seluruhnya harus sama-sama diterima agar bisa terus bertumbuh.
ADVERTISEMENT
Alih-alih menutupi yang buruk dengan berusaha untuk tetap terlihat baik di depan banyak orang, Deece justru mengajak kita untuk menerima dan memprosesnya perlahan. Caranya, tentu dengan menjalani kehidupan di lingkungan yang terasa aman untuk fisik dan mental, menetapkan batasan, menerima diri sendiri, dan menyadari bahwa ada sesuatu yang perlu dibenahi.