Melihat Arah Tren Alas Kaki 2025

Alas kaki bersiluet gladiator lansiran rumah mode Dior. Foto: Bertrand GUAY / AFP

Berita gembira bagi mereka yang mengutamakan kenyamanan. Meski sepatu bertumit tinggi tetap hadir dengan permainan aksen pada hak, trend sepatu dan sandal tahun 2025 sepertinya akan lebih banyak bermodel tumit datar atau sedang.

Contohnya adalah sandal jepit berpadu penghangat kaki oleh Miu Miu, siluet gladiator Dior, hingga sepatu bertali model klasik Oxford yang mencitrakan kesan maskulin.

Dengan berbagai kesibukan, entah mengejar lincahnya balita, naik turun transportasi publik atau berjalan-jalan di mal, tren 2025 seakan membawa keramahan bagi pemakainya. Jika sesekali ingin mendongkrak kepercayaan diri dan merasa seksi, berbagai pilihan alas kaki bertumit tinggi hadir dalam beragam gaya fashion. Berikut beberapa inspirasi yang memberi arahan tren alas kaki 2025:

1. Balet

Tarian balet tak hanya memberi inspirasi namun juga bisa mengawali terbentuknya rumah mode. Salvatore Ferragamo misalnya, dulunya membuat pesanan sepatu balet. Tak heran jika musim ini, direktur kreatif Maximilian Davi membayangkan kembali kostum balet ke tampilan modern dengan sandal jepit berhak tinggi yang diselimuti pita-pita ballerina.

Label Ann Demeulemeester yang dirancang oleh Stefano Gallici menyisipkan sepatu balet hitam dan ungu muda. Sementara Chloé, Dries Van Noten, Acne Studio, dan Louis Vuitton mereka-ulang sepatu balet dengan berbagai teknik dan kemasan.

2. Flip-flop

Kreativitas desainer memberi cita rasa tinggi pada kesederhanaan sandal jepit. Maria Grazia Chiuri untuk Dior dan Isabel Marant membayangkan keteguhan gladiator saat mendandani kaki jenjang perempuan. Miucia Prada yang selalu banyak akal, memberi tambahan aksesori pada pentas Miu Miu: sandal jepit hadir dengan penghangat kaki di sana sini.

Barangkali Chloé dengan sandal transparannya dan Roksanda dengan sol tebalnya yang paling cocok dipakai di pinggir kolam atau pantai. Namun sah-sah saja jika desainer memberi aksen bulu sekalipun untuk meninggikan rasa kemewahan pemakai.

3. Sneakers

Trend yang paling menonjol adalah sneakers setengah lutut dengan sol datar yang mirip sepatu tinju. Kehadirannya di pentas runway Stella McCartney, Dior dan Ann Demeulemeester memberi kesan olahraga gulat dan martial arts yang kuat. Sementara Alexander McQueen, Polo Ralph Lauren, Loewe, Miu Miu, dan Prada sekali lagi mengukuhkan era sneakers beratasan tinggi yang tampaknya akan popular di negara-negara empat musim yang beberapa tahun ini mengalami musim panas yang singkat.

4. Clog

Alas kaki yang memiliki sol tebal dan keras ini awalnya dipakai untuk pertanian. Namun fashion sesekali mengambilnya sebagai inspirasi gaya, yang popular di era 70an. Musim ini Hermès mengetengahkan tampilan hybrid sandal dan clog yang melenggang dengan material kulit mewahnya. Burberry meleburkan loafer dan clog dalam tampilan baru. Serta Chloé oleh desainernya Chemena Kamali menghadirkan sol-sol kayu lewat berbagai sandal wedges nostalgia.

5. Maskulin

Dandanan pria selalu menjadi inspirasi bagi perempuan. Tak terkecuali sepatu-sepatu pria yang klasik, seperti Oxford, Derby maupun brogues. Erdem misalnya terinsipirasi novel The Well of Loneliness tentang perempuan yang hidup sebagai pria, menghadirkan sepatu brogues warna perak dengan imbuhan aksen rumbai. Victoria Beckham memadankan gaun satin feminin dengan sepatu model Oxford berujung runcing. Vivienne Westwood menawarkan loafer yang terlihat nyaman untuk menyetir mobil.

6. Stiletto

Definisi sepatu dengan hak runcing seperti belati (stilus) ini tentu saja menjadi primadona dalam ruang imajinasi setiap perancang. Permainan tebal dan tipis hak sepatu menjamin kesegaran di tiap musim. Saint Laurent yang mendandani modelnya seperti mendiang pendiri Yves Saint Laurent, lengkap dengan jas dan celana lebar, memilih sepatu tumit tinggi bentuk pump sebagai kebalikan. Tampilan retro Schiaparelli berpadu dengan keklasikan stiletto. Tory Burch menandingi stiletto dengan hak sepatu transparan yang melengkung sebagai simbol kekuatan dan keanggunan.

Penulis: Rifina Marie