Mengapa Pilot Perempuan Sangat Sedikit?

9 September 2019 13:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Ilustrasi pilot perempuan. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi pilot perempuan. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kapan terakhir kali Anda mendengar kalimat “Ini kapten Anda berbicara …” dari seorang perempuan? Tidak perlu heran jika kejadian tersebut jarang terjadi, karena jumlah pilot perempuan memang tidak banyak.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Telegraph, International Society of Women Airline Pilots (ISA) memperkirakan ada 4.000 pilot wanita dari sekitar 130.000 pilot di seluruh dunia. Stereotip bahwa pilot adalah pekerjaan laki-laki menjadi alasan utama perempuan enggan menerbangkan burung besi.
British Airways menerbitkan penelitian tentang apa yang membuat perempuan enggan menjadi pilot. Dalam penelitian tersebut, banyak perempuan menangguhkan mimpi sebagai pilot karena kurangnya sosok panutan. Mereka diminta percaya bahwa pilot bukanlah pekerjaan perempuan melainkan laki-laki dan hanya bisa menjadi awak kabin.
Minimnya peminat perempuan yang ingin menjadi pilot menjadi upaya British Airways dan EasyJet untuk membuat kampanye agar banyak perempuan yang mencalonkan diri menjadi pilot, meski begitu, ini bukan hal yang mudah. Mengingat perempuan yang sudah memilih kariernya sebagai pilot pun masih harus menghadapi berbagai tantangan.
ADVERTISEMENT
Tantangan tersebut bukan soal cara menerbangkan pesawat, tapi bagaimana pilot perempuan harus menghadapi masalah kurangnya kepercayaan orang pada kemampuan yang mereka miliki. Hal ini pun dialami oleh Athira Farina Putri (26).
Sebagai pilot perempuan termuda, Athira mengaku tidak mudah baginya untuk menjalani karier yang didominasi kaum Adam. Bahkan sejak Athira mengikuti sekolah pilot, ia sudah diragukan karena perempuan asal Medan ini satu-satunya murid perempuan.
Meski begitu, Athira tidak berkecil hati menerima berbagai pendapatan miring dari orang lain lantaran memilih menjadi pilot. Ia tetap bersemangat untuk menggapai mimpi masa kecilnya.
Ya, pilot adalah cita-cita Athira. Rasa penasaran semasa kecil saat naik pesawat terbang menguatkan niatnya dan membakar semangatnya untuk bisa menerbangkan pesawat dan terbang keliling dunia.
ADVERTISEMENT
Perjalanan yang dilalui Athira Farina untuk menjadi pilot juga cukup panjang. Sebelum menjadi pilot, Athira harus menempuh pendidikan 1,5 tahun. Selain itu, ia juga harus menjadi kopilot terlebih dahulu sampai mengantongi jam terbang yang mencukupi, yaitu 3.000 jam terbang.
Berkat kerja keras, semangat, dan tidak mudah putus asa, kini, Athira sudah mengantongi lebih dari 3.000 jam terbang dan mampu mengemudikan pesawat jet pribadi.
“Rasanya jadi pilot itu bahagia, saya bisa jalan-jalan melihat pemandangan dari atas. Kalau ditanya takut, ya takut; tapi itu manusiawi. Sebab bagaimanapun setiap pekerjaan punya risikonya masing-masing,” kata Athira saat menjadi bintang tamu di salah satu program televisi swasta.
com-Athira Farina Foto: YouTube/Nivea
Perjalanan Athira untuk bisa menerbangkan burung besi adalah salah satu dari sekian banyak perempuan menginspirasi. Apapun profesinya, setiap perempuan berhak memilih. Sebab lebih dari satu abad sejak era Kartini, perempuan Indonesia sudah mengalami banyak kemajuan.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, masih banyak tantangan yang harus dihadapi perempuan — tak terkecuali Athira. Karena itu, supporting system yang kuat dari lingkungan mereka menjadi penguat yang sangat berarti bagi banyak perempuan untuk bekerja dan berkarya.
Pentingnya dukungan atau support system untuk perempuan menjadi perhatian untuk NIVEA.
com-Nivea #ExtraCare for Extra Woman Foto: Dok. Nivea
Sebagai brand, NIVEA percaya jika perempuan didukung, mereka akan lebih berani untuk terus bersinar lebih terang menggapai mimpi-mimpinya seperti NIVEA Extra Whitening Deo yang memberikan dukungan dan perlindungan ekstra agar menjadikan para Extra Women ini berhasil menggapai mimpinya.
Story ini merupakan bentuk kerja sama dengan NIVEA.