Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mengenal 10 Motif Batik yang Dipakai Keluarga Kerajaan di Indonesia
2 Oktober 2021 15:22 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Ladies, setiap tanggal 2 Oktober, masyarakat Indonesia memperingati Hari Batik Nasional. Tanggal ini bertepatan dengan ditetapkannya batik sebagai karya agung warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi atau Masterpiece of The Oral and Intangible Heritage of Humanity oleh UNESCO.
ADVERTISEMENT
Batik yang kita kenal sudah ada sejak zaman kerajaan. Ada beberapa motif batik yang digunakan oleh keluarga kerjaan atau disebut Batik Keraton. Batik Keraton adalah motif batik yang diciptakan khusus untuk lingkungan keraton serta dipakai oleh para raja serta bangsawan pada zaman kerajaan. Nah, berikut adalah 10 motif batik yang digunakan oleh keluarga kerajaan seperti kumparanWOMAN rangkum dari iWareBatik.
1. Kain Cual - Bangka Belitung
Kain Cual merupakan tradisi yang sudah ada sejak abad ke-17. Kata cual sendiri sebenarnya mengacu pada tenunan tekstil yang pertama kali ditemukan oleh Komunitas Muntok di Bangka Barat. Motif batik ini diambil dari tumbuhan dan hewan.
Kini, produsen menggabungkan tulisan tangan batik dalam produksi Batik Cual. Batik Cual dengan motif bunga melambangkan kemurnian, keanggunan, dan harapan baik bagi pengguna.
ADVERTISEMENT
2. Wirasat - Daerah Istimewa Yogyakarta
Batik Wirasat juga memiliki makna tersendiri. Wirasat atau ilham sebenarnya memiliki arti berkah dari Tuhan. Ilham ini dilambangkan dengan cahaya yang berpendar bagai bunga ke empat arah.
Karena itu, motif batik ini melambangkan harapan dan keyakinan akan makna hidup, serta kekuatan hati dalam mengambil keputusan.
3. Abimanyu - Daerah Istimewa Yogyakarta
Ladies, tahukah kamu bahwa Abimanyu merupakan motif batik klasik Kerajaan Mataram? Ya, Abimanyu sendiri mengandung makna harapan agar penggunanya menjadi seorang yang berani dan bijaksana, seperti ksatria Jawa yang terdapat dalam kisah Mahabharata, Pangeran Abimanyu.
4. Kawung Mataram - Daerah Istimewa Yogyakarta
Motif Kawung diciptakan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Kerajaan Mataram (1593-1645) sebagai hadiah bagi putranya ketika ia turun tahta dan menobatkan putranya tersebut. Motif ini mengandung nilai-nilai filsafat yang mendalam. Kawung melambangkan manifestasi Empat Daya Utama di alam semesta (angin, air, api, dan tanah).
ADVERTISEMENT
Kawung juga merupakan pengingat halus bahwa seorang pemimpin harus menguasai empat kemampuan berkomunikasi: kemampuan untuk berkomunikasi dengan Tuhan, berkomunikasi secara internal dengan diri sendiri, berkomunikasi dengan sesama manusia, dan berkomunikasi dengan alam. Motif Kawung mengandung harapan agar sang penggunanya tumbuh menjadi manusia yang hebat dan berguna di masyarakat.
5. Parang Rusak - Daerah Istimewa Yogyakarta
Selain keberanian dan ketegaran, motif ini juga menggambarkan bahwa penggunanya memiliki semangat tak terpatahkan, seperti yang dilambangkan oleh motif bergelombang yang mirip lengkungan pada Keris pusaka Jawa maupun lengkungan ombak laut. Pengguna parang rusak adalah jiwa mulia yang dapat mengendalikan gelombang godaan yang ada dalam kehidupan manusia sehari-hari. Oleh sebab itu, motif ini khusus untuk keluarga kerajaan dan bangsawan.
ADVERTISEMENT
6. Singayaksa - Provinsi Banten
Motif Singayaksa berasal dari nama tempat Sultan Hasanuddin berdoa kepada Tuhan agar memberinya petunjuk mengenai tempat terbaik baginya untuk mendirikan istananya. Motif ini melambangkan harapan untuk mendapatkan petunjuk dari Ilahi dalam hidup, sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik dan benar.
7. Srimanganti - Provinsi Banten
Nama motif Srimanganti berasal dari nama aula istana yang bersambungan dengan gerbang, tempat tamu kerajaan menunggu Sang Sultan siap menyambut mereka. Kata ‘sri’ berarti ‘raja’, sedangkan ‘manganti’ berarti ‘menanti’. Motif ini melambangkan kesempatan besar yang ada di depan nanti, yang merupakan jalan menuju masa depan yang gemilang.
8. Sido Mulyo - Jawa Tengah
Buat yang berasal dari Jawa Tengah, kalian mungkin tidak asing dengan motif batik Sido Mulyo, Ladies. Ya, ini merupakan salah satu motif klasik yang khusus dikenakan mempelai perempuan dalam pernikahan keturunan raja dan bangsawan.
ADVERTISEMENT
Motif batik Sido Mulyo melambangkan harapan baik agar penggunanya mendapatkan kemuliaan, keluarga yang harmonis, dan status sosial yang dihormati.
9. Enggang Dayak - Kalimantan Tengah
Motif Burung Enggang melambangkan kedekatan masyarakat Dayak dengan alam. Segala hal dari Burung Enggang melambangkan kehebatan dan keagungan suku ini. Burung ini juga melambangkan perdamaian dan persatuan.
Sayapnya yang kokoh melambangkan pemimpin yang selalu melindungi rakyatnya, sedangkan ekornya yang panjang dianggap sebagai tanda kemakmuran Suku Dayak. Selain itu, Burung Enggang juga dijadikan sebagai teladan kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Ia melambangkan kasih tanpa syarat terhadap pasangan dan pendidikan anak sehingga menjadi manusia yang matang dan mandiri.
Sangat perlu ditekankan bahwa Suku Dayak dari Kalimantan sangat dekat dengan Burung Enggang. Burung ini selalu dikisahkan dalam berbagai mitos yang berbeda di berbagai daerah di Pulau Kalimantan.
ADVERTISEMENT
Salah satunya, yakni rakyat setempat meyakini bahwa Burung Enggang merupakan panglima para burung. Ia dianggap memiliki kekuatan supernatural dan hanya akan muncul di masa perang. Secara umum, burung ini dianggap sakral dan orang dilarang memburunya, apalagi memakannya.
10. Parang Seling - Jawa Tengah
Buat yang berasal dari Yogyakarta, kalian mungkin tidak asing lagi dengan motif batik Parang Seling, Ladies. Faktanya, ini merupakan motif batik varian feminin dari Parang Klasik yang diseling dengan motif bunga. Selang-seling kedua motif yang berbeda ini mengingatkan para putri kerajaan bahwa mereka diharapkan untuk berlaku halus, lembut, dan harmonis dalam kehidupan sehari-hari, tapi juga tegas dan tak tergoyahkan dalam memegang prinsip dan keyakinannya.
Penulis: Adonia Bernike Anaya
ADVERTISEMENT