Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Mengenal Aliia Roza, Eks Mata-mata Rusia yang Buka Mulut soal Invasi di Ukraina
14 Maret 2022 11:46 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Nah, Ladies, Roza belum lama ini angkat bicara soal Presiden Putin dan invasi pasukan Rusia di Ukraina . Menurut Roza, Putin akan terus melancarkan aksinya di Rusia dan tak akan berhenti.
Kepada media Jam Press pada Jumat (11/3), Roza mengatakan Putin terbiasa mendapatkan apa yang ia inginkan. Oleh karenanya, orang nomor satu Rusia itu tidak akan menerima kekalahan dalam bentuk apa pun dalam konflik dengan Ukraina.
“Saya dilatih dalam program militer yang sama dengan Putin, dan kami diajari bagaimana untuk tetap tenang dan berkepala dingin dalam situasi yang sangat penuh tekanan,” kata Roza, dikutip dari New York Post pada Senin (14/2).
“Tuan Putin [biasanya] selalu menang. Ia tidak bisa kalah dalam perang ini dan bangkit lagi, karena ini akan menghancurkan reputasinya. Ia akan terus melancarkan aksinya hingga akhir,” tambah Roza.
Jatuh cinta dengan laki-laki yang menjadi target intelijen
Pada 2021, kisah hidup Roza sebagai seorang mata-mata Rusia terungkap. Namanya seketika dikenal di mana-mana.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari itu dan pernyataannya soal Vladimir Putin, Roza kini sudah tinggal di Amerika Serikat (AS) sebagai seorang sosialita dan PR Specialist yang berbasis di Los Angeles. Sudah lebih dari satu dekade lamanya, ia tidak kembali ke tanah kelahirannya.
Roza lahir di Uni Soviet dan direkrut sebagai mata-mata ketika dirinya masih remaja. Selama pelatihan, ia mempelajari sejumlah skill yang akan membantunya memperoleh informasi krusial. Salah satunya adalah dengan menggoda target intelijennya.
“Di pusat pendidikan saya, mereka akan mengajari kami bagaimana caranya menggoda laki-laki, bagaimana memanipulasi mereka secara psikologis, bagaimana membuat mereka berbicara sehingga kami bisa memberikan informasi kepada polisi Rusia,” beber Roza kepada The Sun, Agustus 2021.
Bagaikan kisah di film-film action, hidup Roza kemudian berubah 180 derajat ketika ia justru jatuh cinta dengan laki-laki yang menjadi target intelijennya, bernama Vladimir, pada 2004 silam.
“Untuk tugas pertama saya, saya harus berpura-pura menjadi seorang pekerja prostitusi, sehingga saya bisa masuk ke sebuah kelab dan merayu pimpinan geng kriminal yang memasok narkoba ke Rusia. Rasanya sungguh gila, saya menghabiskan waktu bersama orang-orang jahat yang bertarung dan membunuh satu sama lain,” ungkap Roza.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari The Sun, Vladimir dan Roza pun memutuskan untuk menjalin hubungan spesial dan mempertaruhkan nyawa mereka.
“Selama beberapa bulan, saya menjalani kehidupan yang tak pernah saya alami sebelumnya, saya hanya berusia 19 tahun, saya masih gadis kecil saat itu,” ungkap dia.
Tak lama setelahnya, rekan-rekan Vladimir pun menyadari bahwa Roza adalah mata-mata. Roza mengisahkan, dirinya dibawa ke sebuah hutan dan dipukuli oleh setidaknya 10 laki-laki. “Namun, Vladimir menyelamatkan saya dari pembunuhan,” kata dia.
Vladimir, pimpinan dari geng kriminal tersebut, meninggal dunia. Setelahnya, jejak Roza terendus oleh bosnya di militer Rusia.
Mereka mengetahui bahwa penyamaran Roza dalam misinya tersebut terbongkar. Terpantaunya jejak Roza oleh militer Rusia ini tentu mengancam nyawa si mata-mata yang sedang patah hati tersebut.
“Jika Anda mengacau, mereka [militer Rusia] tidak akan membiarkan Anda pergi. Mereka akan menjebloskan Anda ke penjara, tempat Anda akan dibunuh,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Beruntung, dua tahun kemudian, pangeran berkuda putih Roza tiba—ia menikahi seorang oligarki Rusia pada 2006 dan dikaruniai seorang anak. Namun, kebahagiaan Roza tidak berlangsung lama. Suaminya itu dipenjara dan meninggal dunia dalam tahanan.
Tidak ada lagi perlindungan dari orang terkasih, Roza dan anak laki-lakinya, Platon, memutuskan melarikan diri dari Rusia. Dilansir The Sun, mereka sempat tinggal di Swiss dan Inggris, sebelum akhirnya pindah permanen ke AS.
Kini, Roza telah melewati masa-masa kelam dan menikmati hidupnya sebagai sosialita dan PR Specialist di Los Angeles, Ladies. Keluarga besar Roza masih bertahan di Rusia dan kerap berbagi informasi seputar rezim Putin.
“Saya berbicara dengan mereka [keluarga dan teman] setiap harinya, dan mereka mengatakan pada saya bahwa warga Rusia berusia di atas 45 tahun mengikuti rezim Putin karena mereka takut,” kata dia kepada Jam Press pada Jumat (11/3).
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, ia mengatakan, “Tentara Rusia biasanya bukanlah mereka bisa memilih untuk pergi berperang atau tidak. Di sini, ada perintah, dan mereka harus mengikutinya.”