Mengenal Apa Itu Impostor Sindrom, Perasaan Tidak Pantas Mencapai Kesuksesan

17 Februari 2021 12:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi depresi pada perempuan. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi depresi pada perempuan. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ketika mendengar kata 'impostor' mungkin kamu akan teringat dengan permainan Among Us yang sempat heboh pada tahun 2020 silam. Dalam permainan tersebut, impostor dikenal sebagai seorang penipu. Namun dalam dunia psikologi, impostor merupakan sebuah sindrom.
ADVERTISEMENT
Impostor sendiri memiliki arti sebagai sosok orang yang sedang menyamar, menipu, dan melakukan suatu penyelundupan. Lantas, apa arti dari impostor sindrom ini? Mungkinkah memiliki arti yang sama dengan istilah pada permainan tersebut?
Mengutip dari Very Well Mind, impostor sindrom adalah kondisi dimana kamu merasa pencapaian yang telah diraih saat ini bukan sesuatu yang pantas untuk diterima. Bahkan, kamu sering menganggap pencapaian tersebut hanyalah sebuah keberuntungan. Lalu mengapa sindrom ini bernama impostor? Penyebabnya karena orang-orang yang mengalami kondisi ini akan merasa dirinya hanya seorang penipu yang tidak berhak mengakui segala pencapaiannya.
Pada dasarnya, seseorang yang mengalami sindrom ini tidak akan merasa bahwa dirinya tengah berada dalam kondisi impostor sindrom karena terlalu menganggap dirinya sebagai sosok yang tidak percaya diri. Padahal apabila kamu terlalu sering merasa tidak pantas dan terus-menerus merasa kecil serta tidak berharga, kemungkinan besar kamu sedang mengidap kondisi impostor sindrom.
ADVERTISEMENT

Faktor munculnya impostor sindrom pada diri seseorang

ilustrasi wanita cemas, stres atau depresi Foto: Shutterstock
Beberapa ahli juga menganggap ada faktor lain yang menjadi penyebab munculnya sindrom ini. Salah satu yang paling utama apabila orang tersebut memiliki rasa kecemasan yang cukup tinggi, maka tanpa disadari impostor sindrom yang ada pada dirinya akan mulai muncul.
"Terkadang kenangan masa kecil seperti perasaan bahwa nilai kamu tidak akan pernah cukup di mata orang tua dapat menjadi pemicu impostor sindrom," jelas Audrey Ervin seorang psikolog asal Amerika Seirikat.
Sindrom ini juga tidak dipengaruhi oleh apa gender yang kamu miliki, karena baik perempuan atau laki-laki memiliki kesempatan mengidap impostor sindrom. Bahkan yang sudah cukup berumur sekalipun dapat merasakan sindrom ini.
"Sindrom impostor dapat dirasakan oleh siapapun, baik perempuan dan laki-laki yang tidak yakin pada kesuksesan yang telah dicapai," tambah Audrey kembali.
ADVERTISEMENT

Bagaimana cara menangani sindrom ini?

Ilustrasi perempuan berfokus pada apa yang ada di depan mata. Foto: Shutterstock
Mengutip dari TIME, salah satu cara yang efektif untuk menangani sindrom ini adalah mengakuinya tapi tidak melibatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang mengalami sindrom ini harus mengetahui betul apakah kondisi ini akan menghalangi pekerjaannya atau justru membantunya.
Tak hanya itu, kamu juga perlu untuk menghargai kritikan dan menerimanya sebagai sesuatu yang dapat membangun untuk ke depannya. Impostor sindrom terkadang membuat kamu merasa kurang mampu karena tidak pernah bisa yakin dengan kemampuan diri sendiri. Oleh sebab itu, kamu cukup menerima bahwa memang proses untuk mencapai tujuan tersebut tidak selalu sempurna, ada suka dan duka yang perlu dilewati.
"Berbagi perasaan kepada teman ataupun mentor yang kamu percaya karena bercerita dengan orang lain akan membuat kamu merasa bahwa kondisi (impostor sindrom) seperti ini merupakan kewajaran dan bukan sesuatu yang menakutkan," tutup Ervin.
ADVERTISEMENT
Penulis: Johanna Aprillia