Mengenal Cheongsam & Changshan, Baju Khas Tionghoa yang Dipakai saat Imlek

21 Januari 2023 12:32 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Baju tradisional khas Tionghoa. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Baju tradisional khas Tionghoa. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tahun Baru Imlek tinggal menghitung hari, Ladies. Masyarakat Tionghoa biasanya selalu disibukkan dengan berbagai aktivitas untuk menyambut perayaan ini. Mulai dari memasang pernak-pernik Imlek hingga membuat aneka makanan untuk acara nanti.
ADVERTISEMENT
Selain identik dengan kue keranjang dan barongsai, Imlek juga identik dengan baju tradisional bernama cheongsam dan changshan. Kedua baju ini tak lepas dari perayaan Imlek setiap tahunnya. Bahkan, bagi masyarakat keturunan Tionghoa yang hidup di era modern pun, baju ini masih menjadi pilihan kostum perayaan Imlek.
Ilustrasi cheongsam. Foto: NaMong Productions/Shutterstock
Meskipun baju cheongsam dan changshan sudah tidak asing dalam kehidupan mereka, tak sedikit yang belum mengetahui perbedaan keduanya. Terlebih, di balik baju cheongsam dan changshan tersimpan makna filosofi yang hingga kini masih menjadi pertanyaan bagi sebagian orang.
Kira-kira, apa perbedaan kedua baju khas Tionghoa ini? Dan apa makna di balik baju cheongsam dan changshan? Cari tahu jawabannya dalam artikel berikut, seperti yang telah dirangkum dari China Highlights.
ADVERTISEMENT

Apa itu baju cheongsam?

Dalam bahasa Kanton, cheongsam dapat diartikan sebagai gaun panjang. Sementara dalam bahasa Mandarin, cheongsam atau qipao adalah gaya berpakaian yang biasanya dikenakan perempuan Tionghoa saat memperingati hari-hari besar keagamaan.
Awalnya, cheongsam merupakan jubah panjang yang dikenakan oleh perempuan Manchu selama Dinasti Qing, tepatnya pada tahun 1644-1911. di Tiongkok. Gaun panjang itu dipotong menjadi satu bagian yang menjuntai lurus ke mata kaki. Ada celah di kedua sisi gaun itu, tetapi pakaian lain yang dikenakan di bawahnya membuat kakinya tidak terlihat.
Sebelum cheongsam hadir, perempuan Tionghoa umumnya mengenakan pakaian dua potong yang terdiri dari atasan yang dipasangkan dengan rok atau celana. Di era modern, cheongsam pertama kali digunakan oleh sekelompok mahasiswi di Shanghai, China pada tahun 1912.
Ilustrasi baju cheongsam. Foto: aslysun/Shutterstock
Dalam upaya untuk kesetaraan gender, para siswi ini memakai cheongsam sebagai modifikasi dari jubah panjang laki-laki. Cheongsam untuk siswi terbuat dari katun, memiliki desain polos dan longgar dengan lengan lonceng. Kemudian, gaya pakaian ini menarik minat perempuan lain dan menjadi tren dalam berbusana.
ADVERTISEMENT
Lalu, cheongsam menjadi populer di Shanghai, China saat akhir tahun 1920-an. Cheongsam mulai menyebar dari Shanghai ke tempat-tempat dengan komunitas besar China seperti Hong Kong, Taiwan, dan Singapura. Popularitas gaun tersebut semakin meningkat seiring hadirnya poster kalender Shanghai yang menampilkan perempuan berbusana cheongsam.

Lantas, apa bedanya cheongsam dengan changshan?

Masih mengutip sumber yang sama, baju changshan juga menjadi salah satu baju yang sangat identik dengan perayaan Imlek. Sementara cheongsam dipakai perempuan, changshan khusus digunakan oleh para laki-laki.
Kata changshan yang berasal dari Piyin, diartikan sebagai baju panjang. Dulunya, baju ini menjadi salah satu pakaian resmi yang banyak digunakan oleh laki-laki untuk menghadiri beberapa acara. Bahkan, penggunaan baju changshan juga menjadi salah satu pakaian yang digunakan oleh kalangan kelas atas.
ADVERTISEMENT
Menurut laman New Hanfu, baju changshan menjadi pakaian wajib yang harus dikenakan oleh laki-laki di abad ke-17 hingga abad ke-20. Jika laki-laki tidak mengenakan baju ini, maka mereka akan dikenakan sanksi hukuman. Namun, seiring perkembangan zaman, peraturan tersebut mulai dihilangkan bersamaan runtuhnya dinasti Qing pada masa itu.
Saat ini baju changshan telah banyak dimodifikasi dengan berbagai model pakaian ala zaman sekarang. Kendati demikian, model khas dari pakaian ini masih tetap dipertahankan. Sehingga, modelnya masih terlihat layaknya baju tradisional khas Tionghoa.

Makna warna merah pada baju cheongsam dan changshan

Saat ini, baju cheongsam dan changshan sudah menjadi pakaian yang bisa dikenakan di berbagai acara dan sudah tidak mengenal kalangan mana yang bisa mengenakan baju ini. Namun, ada satu hal yang menarik dari kedua baju ini. Baju cheongsam dan changshan sama-sama menggunakan warna merah menyala.
ADVERTISEMENT
Ternyata, penggunaan warna merah pada dua pakaian khas Tionghoa ini bukan tanpa alasan, Ladies. Di mana warna merah memiliki makna yang cukup tinggi bagi para etnis Tionghoa dan keturunannya. Selain baju, warna merah juga mendominasi ornamen Imlek lainnya dan dipadu dengan warna keemasan.
Baju Imlek Foto: Stephanie Elia/kumparan
Menurut Prestige Online Hong Kong, awal mula warna merah melekat pada perayaan Imlek dimulai ketika seekor binatang buas bernama Nian akan datang pada malam Tahun Baru Imlek untuk melahap penduduk desa, ternak, dan tanaman. Untuk melindungi diri dari makhluk mitos, orang-orang akan meletakkan makanan di depan pintu mereka, berharap Nian tidak akan menyakiti siapa pun setelah mengomsumsinya.
Suatu malam, orang-orang melihat Nian takut pada seorang anak yang mengenakan pakaian merah. Sejak itu, mereka telah menggantung lentera merah dan gulungan musim semi dengan bait untuk menjauhkan binatang itu selama satu tahun lagi.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu, mereka percaya bahwa warna merah menandakan keberuntungan, keberuntungan, vitalitas, perayaan, dan kemakmuran. Terutama selama Tahun Baru Imlek, orang-orang akan menghiasi diri mereka dengan pakaian merah untuk meningkatkan keberuntungan dan menangkal roh jahat.