Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Mengenal Clitoral Atrophy, Kondisi saat Klitoris Tak Respons Rangsangan Seksual
27 Agustus 2023 16:25 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tetapi, pernahkah mendengar istilah clitoral atrophy atau atrofi (penyusutan) klitoris? Dikutip dari Healthline, ini adalah kondisi ketika klitoris tak lagi berfungsi sebagaimana mestinya; berhenti merespons gairah seksual.
Nah, apa saja gejala dan penyebab clitoral atrophy? Simak rangkumannya berikut ini, Ladies, seperti dilansir beberapa sumber.
Gejala clitoral atrophy
Ada beberapa gejala clitoral atrophy. Salah satunya penurunan respons terhadap stimulasi klitoris.
Dilansir Medical News Today, ketika wanita dengan clitoral atrophy mulai atau mencoba menjadi terangsang, respons klitoris mereka akan berkurang. Bahkan, dalam beberapa kasus, mungkin tidak ada respons sama sekali.
Kemungkinannya, akan terlihat ukuran klitoris mengecil. Klitoris juga bisa terlihat pucat karena kurangnya aliran darah.
Kemudian, clitoral atrophy dapat menyebabkan penurunan atau hilangnya dorongan seksual. Ini akan membuat frustrasi wanita yang mungkin aktif secara seksual. Selain itu, perubahan terkait ketebalan klitoris dapat menyebabkan rasa sakit selama berhubungan seks.
ADVERTISEMENT
Penyebab clitoral atrophy
Clitoral atrophy, Healthline melansir, dapat disebabkan oleh kurangnya aktivitas seksual. Klitoris dapat menjadi kering dan tipis bila kamu berhenti melakukan hubungan seksual secara teratur atau tak merangsang diri sendiri secara sering. Bahkan, klitoris dapat menyusut dan menghilang di balik kulit penutupnya.
Saat berkonsultasi dengan dokter, kamu mungkin akan diberi rekomendasi untuk melakukan aktivitas seksual yang teratur, termasuk masturbasi. Sebab, klitoris bergantung pada aliran darah yang memadai. Aktivitas seksual dapat membantu mengembalikan aliran darah, yang kemudian akan kembali meningkatkan sensasi.
Clitoral atrophy juga mungkin terjadi ketika tingkat testosteron menurun. Testosteron bertanggung jawab atas libido. Jaringan spons di klitoris juga membutuhkan hormon ini untuk menghasilkan gairah.
Tingkat testosteron juga cenderung turun jelang menopause, pun saat memulai penggunaan kontrasepsi hormonal atau mengonsumsi suplemen estrogen.
ADVERTISEMENT
“Terdapat beberapa kondisi kala ukuran atau penampilan klitoris dapat berubah. Setelah menopause, klitoris mungkin terlihat menjadi lebih kecil dan ada kondisi kulit yang membuat klitoris dapat tertutup atau tersembunyi, dengan tudungnya menempel di atasnya,” ujar ginekolog dr. Elizabeth Farrell, sebagaimana dikutip dari Jean Hailes for Women's Health.
Mereka yang menjalani histerektomi atau operasi pengangkatan rahim mungkin mengalami clitoral atrophy. Sebab, ovarium bertanggung jawab atas produksi estrogen dan testosteron.
Apa yang harus dilakukan jika mengalami clitoral atrophy?
Jika kamu merasakan gejala-gejala seperti yang telah disebutkan, jangan disepelekan, ya, Ladies. Clitoral atrophy bisa menjadi penyebab disfungsi seksual perempuan yang serius, namun sering terlupakan. Ketika mengalami clitoral atrophy, segera konsultasikan kepada dokter untuk mendapatkan tes dan perawatan yang tepat.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Medical News Today melansir, ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi clitoral atrophy. Salah satunya dengan merangsang klitoris secara teratur untuk membantu melancarkan aliran darah ke klitoris.
Cara berikutnya adalah menggunakan stimulan seksual. Mengoleskan pelumas sebelum melakukan aktivitas seksual dapat membantu meningkatkan sensasi klitoris.
Kamu juga bisa melakukan latihan kardiovaskular. Ini membantu merangsang aliran darah ke seluruh tubuh, termasuk klitoris. Selain itu, ada opsi untuk menjalani terapi estrogen.